News  
Kapolda Sultra Brigjen Pol Iriyanto (ketiga kiri), Gubernur Sultra, Ali Mazi (tengah berdiri), Pangdam XIV Hasanuddin, Mayjen TNI Surawahadi (kiri) menemui pengungsi korban kericuhan di Masjid Babut Taqwa Desa Laburunci, Buton, Sulawesi Tenggara, Jumat (7/6/2019). Pertemuan tersebut bertujuan untuk memberikan rasa aman kepada para pengungsi dan berharap warga dapat menahan diri untuk melakukan aksi anarkis. ANTARA FOTO/Awit/Jjn/hp.

Kementerian Sosial (Kemensos) sedang melakukan assesment santunan untuk korban jiwa hingga kebutuhan pengungsi akibat pembakaran dan kerusuhan di Buton, Sulawesi Tenggara. “Sedang dilakukan assesment ya,” kata Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (8/6).

Sementara itu, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat menambahkan, tim Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial (PSKBS) turun ke lokasi kerusuhan hari ini. Tim ini, dia melanjutkan, kemudian melakukan koordinasi dan asesment kebutuhan pengungsi serta memastikan data santunan untuk calon ahli waris korban.

“Kebutuhan pengungsi merupakan bagian dari assesment dan segera dikondisikan untuk bantuan kedaruratannya. Dinas sosial bekerja sama dengan aparat setempat melakukan hal ini,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (8/6).

Sementara untuk korban meninggal, dia melanjutkan, harus mendapatkan rekomendasi dari pihak kepolisian sebagai korban atau pelaku. Jika terbukti sebagai korban, dia menambahkan, nantinya ahli warisnya akan mendapatkan santunan Rp 15 juta per jiwa.

Sebelumnya, Polda Sulawesi Tenggara telah mendata rumah warga yang menjadi korban pembakaran dalam aksi kerusuhan di Desa Gunung Jaya, Buton, Rabu (5/6). Setidaknya dua jiwa tewas, 87 rumah yang dibakar, dan semua penghuni rumah tersebut telah dievakuasi. Menurut Bupati Buton La Bakri, ada sekitar 700 warga Desa Gunung Jaya mengungsi di rumah-rumah warga Desa Laburunci. [republika]