News  

Buntut Proyek Jalan Mirip Keramik, Pakar Tata Kota: Kota Medan Semrawut, DPRD Tidak Berfungsi

Arjuna Jaya, Pakar Lingkungan dan Tata Kota Sumut, mempertanyakan seberapa penting pembangunan jalan menggunakan teknik coating yang diklaim Bobby Nasution untuk menambah nilai estetika.

Sebab dari tatanan, menurutnya Kota Medan masih terbilang semrawut dan masih banyak yang perlu diperhatikan dari nilai estetikanya. “Sebenarnya apa tujuan dan kepentingannya.

Kenapa Bobby membuat model begitu, itu aja pertanyaan. Kenapa di Medan bisa gagal, meski dicuci pakai bahan kimia segala macam, itu tidak cocok untuk kota besar. Kalau memasang wajah Gibran di mana-mana apa estetika? lampu pocong yang enggak dicabut itu apa estetika? Kan jadi semrawut Kota Medan,” ucapnya.

Gagalnya pembangunan di Kota Medan, kata Arjuna, tidak lain disebabkan oleh lemahnya fungsi pengawasan dan kontrol yang dilakukan DPRD Medan.

Di tahun 2022 dijelaskan Arjuna Jaya, bahwa anggaran untuk pembangunan jalan dan drainase di Kota Medan mencapai Rp1 triliun. “Kelemahannya saat ini memang DPRD Medan itu tidak berfungsi sebagai perancang undang-undang, sebagai perencanaan anggaran dan pengawas tidak berfungsi.

DPRD sekarang ini sebagai kacungnya Bobby. kenapa begitu, karena dia minta uang tips. Itulah akibatnya. Padahal ini perencanaannya sudah lama, masa tiba-tiba begitu, masa enggak ada yang tau, masa DPRD tidak peduli,” cetusnya.

“Kenapa jalan dan drainase sekarang masih banjir, kemarin tanggal 18 masih banjir di daerah Setia Budi. Mana uang yang 1 triliun yang sudah dianggarkan itu mana, apa hasilnya.

Itu pemasangan U ditch ada hasilnya tidak mengurangi banjir di Medan, buktinya enggak. Jadi DPRD enggak berani mempertanyakan.

Kenapa, DPRD gak berani melakukan pengawasan ke Bobby,” cetusnya lagi. Sementara, menanggapi ucapan Bobby Nasution yang menjelaskan adanya miskomunikasi antara Polantas, Dishub dan Dinas SDABMBK, Dosen senior Universitas Sumatera Utara (USU) ini menyebutkan jika itu hanya ucapan untuk mengalihkan kesalahan saja. “Enggak betul itu, ucapannya gak betul.

Kan sudah dibuka untuk umum, apanya lagi yang kurang. Udah dibuka jalannya ternyata waktu hujan licin. Kenapa itu gak ada percobaan. Makanya pada pembuatan jalan itu sekiranya aspalnya bagaimana kondisinya, bagaimana kekasaran jalannya, bagaimana gelombang yang ada di jalan, kualitas bahannya bagaimana, pengerjaannya bagaimana, itu ada aturannya dan standartnya. Itu yang tidak punya, pengawasan tidak punya,” kata Arjuna. (Sumber)