News  

Jubir AMIN Pastikan Dukungan Warga Nahdliyin ke Anies-Muhaimin Makin Kuat

Paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) menutup 2023 dengan mendapatkan dukungan yang terus mengalir dari warga Nahdliyin, yang terdiri dari jemaah, santri, sampai kiai.

Hal ini dipastikan langsung jubir AMIN Muhammad Husnil. Ia memastikan dukungan warga Nahdliyin berasal dari berbagai daerah.

“Tak terbendung. Terakhir sebelum pulang ke Yogyakarta pada 30 Desember 2023, Pak Anies mendapatkan dukungan dari para kiai se-Ponorogo di Pesantren Al-Iman, Ponorogo. Sebelumnya mendapatkan dukungan dari Brebes, Rembang, Tuban, Bojonegoro. Alhamdulillah, hampir semua basis Nahdliyin di Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah semakin solid mendukung AMIN,” kata Husnil.

Secara kuantitatif, lanjut dia, bisa dilihat dari angka dari berbagai lembaga survei terkait elektabilitas AMIN yang sudah naik ke peringkat kedua. AMIN diyakini akan masuk ke putaran kedua dan melaju sebagai pemenang.
Menurut Husnil, ada tiga faktor mengapa dukungan dari Nahdliyin ini semakin kuat.

Pertama, warga Nahdliyin semakin sadar bahwa dari ketiga capres-cawapres yang ada saat ini, hanya pasangan AMIN yang benar-benar santri. Mereka menunjukkannya dengan sikap dan pengetahuannya sebagai santri.

“Pak Anies dan Gus Imin memperlakukan kiai-kiai secara takzim. Coba dicek saja, bagaimana Pak Anies salim ke kiai-kiai sepuh dan takzimnya beliau memperlakukan mereka. Dicium bolak-balik. Gus Imin juga begitu, ya memang santri tulen. Siapa yang meragukan ke-NU-an Gus Imin, berarti tidak tahu sejarah tentang NU,” kata Husnil.

Pasangan AMIN ini, kata Husnil, bisa mewujudkan impian dan imajinasi para kiai tentang tipikal pemimpin yang benar-benar berasal dari santri.

“Pak Anies dan Gus Imin di berbagai kesempatan itu ya diberi kesempatan untuk membuktikan kesantrian mereka, mulai dari sikap terhadap kiai, kemampuan keduanya mengimami jemaah, memimpin tahlil, bahkan sampai memimpin bacaan selawat. Keduanya sangat bisa,” papar dia.

Yang unik, Husnil menceritakan Anies dan Gus Imin di banyak sowan ke kiai sepuh mendapat ijazah doa untuk diamalkan.

“Pemberian ijazah doa atau wirid ini bukan praktik sembarangan, tidak semua yang sowan itu mendapatkan ijazah. Tergantung tingkatannya. Kalau kiai sepuh itu menilai bahwa orang yang sowan itu sudah bisa mengamalkannya dan berada pada tingkatan cukup tinggi, beliau akan mengijazahkan doa-doa tertentu,” ujar dia.

“Khusus untuk Pak Anies dan Gus Imin, banyak kiai yang akhirnya melakukan tirakat untuk melindungi keduanya melalui jalur-jalur langit,” papar Husnil.

Selain itu, Husnil menceritakan hal paling mengharukan ketika para kiai mengajak para santri khusus untuk melakukan tirakat-tirakat untuk AMIN.

“Kalau yang lain, mungkin akan bergerak kalau ada logistik. Yang ini berbeda, justru para kiai itu yang mengeluarkan logistik sendiri untuk keperluan AMIN. Jumlahnya sudah ratusan kiai dan mungkin lebih dari ratusan ribuan santri yang melakukan ini. Mereka rutinan. Saya bahkan sering hampir tak bisa berkata-kata lagi melihat dukungan tulus dari para kiai ini,” ujar Husnil.

Yang menggerakkan mereka, kata Husnil, karena Anies dan Gus Imin dianggap sudah bekerja secara nyata terhadap kepentingan umat dan santri.

“Baru di era Pak Anies ada beasiswa untuk santri dan siswa madrasah di Jakarta, kelompok yang sering terlupakan. Pak Anies juga memberikan perhatian untuk kesejahteraan para pengurus masjid, guru madrasah, menjadikan para ulama sebagai penasihat beliau atas berbagai masalah yang ada di Jakarta. Kiai, ulama, habaib ditempatkan begitu terhormat dan dihormati oleh Pak Anies selama di Jakarta,” terang dia.

“Kalau terkait Gus Imin, kita jangan lupa bagaimana beliau memperjuangkan peringatan Hari Santri, memperjuangkan UU Pesantren di parlemen melalui kekuatan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),” imbuhnya.

Husnil menegaskan Anies dan Gus Imin membawa bukti nyata dan ke depannya akan banyak membawa program dan keberpihakan untuk kalangan Nahdliyin.

“Para kiai, santri, dan Nahdliyin lebih mempercayai yang sudah membawa bukti,” terang Husnil.
Alasan ketiga, kata dia, para kiai dan santri benar-benar melihat harapan tentang kebangkitan politik santri ada di AMIN. Menurut dia, para kiai dan warga Nahdliyin merasa sekarang momentum yang paling tepat untuk melihat kebangkitan politik santri.

“Dari berbagai fase sejarah, santri tak pernah mendapatkan kesempatan sejauh ini, padahal termasuk yang mendirikan republik ini. Bahkan sampai kemarin dengan pemilihan Kiai Ma’ruf Amin, para kiai akhirnya kecewa karena beliau ternyata hanya dijadikan sebagai penggaet suara saja. Tidak diberi kewenangan strategis yang lebih luas,” ungkapnya.

“Dengan Pak Anies dan Gus Imin menjalankan kepemimpinan dwitunggal, insya Allah keduanya berkolaborasi untuk mengangkat harkat derajat politik santri dan memberikan keberpihakan kepada Nahdliyin agar mendapatkan kesempatan maju dan sejahtera,” pungkasnya.(Sumber)