Tekno  

Lama Tak Terdengar, Nenek Moyang Jejaring Sosial ‘Friendster’ Muncul Kembali

Lama tak terdengar, media sosial Friendster dikabarkan akan kembali hadir dalam waktu dekat. Hal ini terlihat dari laman resmi https://friendster.com/ yang sudah bisa diakses oleh publik.

Friendster adalah media sosial terpopuler pada awal tahun 2000-an, sebelum akhirnya tumbang oleh Facebook. Situs baru Friendster kali ini menampilkan background warna putih dengan sejumlah wajah orang didesain membulat.

“A NEW ERA OF PERSONALIZED NETWORKING,” tulis di halaman pertama situs Friendster, sebagaimana pantauan kumparanTECH, Sabtu (27/1).

“Menghadirkan kembali ke masyarakat. Temukan kembali pesona awal era jejaring sosial, yang kini diperbaharui dengan sentuhan kontemporer. Friendster lebih baik dari sebelumnya untuk orang-orang,” tulis kalimat selanjutnya.

Di bawah kalimat tersebut terdapat kolom yang bisa diisi dengan email, dan saat kamu mencoba mengisinya, kamu akan masuk dalam antrean untuk menjajal Friendster lebih awal. Ya, tampaknya Friendster masih menyembunyikan tampilan media sosialnya. Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 20.000 orang yang masuk dalam antrean tersebut.

Sejarah Friendster
Friendster adalah media sosial yang lebih dulu dikenal oleh masyarakat Indonesia. Friendster dibuat oleh seorang programer asal Kanada bernama Jonathan Abrams pada tahun 2002 dan mulai beroperasi pada 2003. Nama Friendster sendiri diambil dari dua suku kata, yakni ‘Friend’ yang berarti teman, dan ‘Napster’ yang artinya fenomena.

Friendster mendapat kejayaan pada tahun 2000-an di kalangan anak muda yang ingin mencari teman atau pacar di jagat dunia maya. Dia menjelma menjadi platform sosial yang bisa menghubungkan orang-orang di berbagai belahan dunia.

Menurut data Venturebeat, per Juni 2008, Friendster punya pengguna aktif bulanan mencapai 37,1 juta orang di mana mayoritas pengguna berasal dari Asia. Sementara total seluruh pengguna di tahun tersebut mencapai 115 juta orang.
Atas prestasinya ini, Friendster sempat mendapatkan pendanaan hingga lebih dari 50 juta dolar dari sejumlah venture capital, termasuk Kleiner, Perkins, Caufield & Byers, dan Benchmark Capital.

Jauh sebelum itu, pada 2003 Google juga pernah menawarkan uang sebesar 30 juta dolar untuk membeli Friendster, namun tawaran itu ditolak.

Pamor Friendster mulai tergerus ketika Facebook hadir pada 2004. Meski Friendster melakukan revolusi pada platform-nya, namun Facebook berhasil melakukan pendekatan yang lebih baik kepada para pengguna.

Dengan cepat, Facebook milik Mark Zuckerberg mulai memperbaiki kekurangan Friendster dan perlahan-lahan menggeser keberadaan Friendster. Facebook mampu menawarkan lebih banyak fitur dan lebih sedikit bug dari platform media sosial yang lainnya.

Karena pengguna di situs webnya terus turun, Friendster akhirnya dijual ke perusahaan asal Malaysia bernama MOL Global pada 2009 seharga 40 juta dolar. Friendster kemudian bertransformasi menjadi situs web game online.

Data-data pengguna Friendster yang dulu pernah menjajalnya mulai dihapus pada 31 Mei 2011. Facebook benar-benar memenangkan permain dengan menguras semua pengguna Friendster.

Kini, Friendster berencana akan comeback, dan tentu saja ingin mengulang kesuksesan yang pernah diraih sebelumnya. Belum diketahui kapan Friendster rilis secara resmi. Namun, mari kita tunggu hal menarik apa yang akan hadir di nenek moyangnya jejaring sosial ini.(Sumber)