News  

Hendri Satrio: PPP Telat Adaptasi, Suara Pindah ke PAN, PKS dan PKB

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tumbang di Pemilu 2024. Perolehan suaranya yang rendah membuat partai ini tidak memiliki perwakilan di DPR pada 2024-2029.

Founder KedaiKopi, Hendri Satrio alias Hensat, menilai kegagalan partai yang lahir di era orde baru itu karena lambat dalam beradaptasi. Berbeda dengan partai berbasis Islam lain seperti PKB, PAN, dan PKS.

“Partai ini terlambat beradaptasi dengan kondisi situasi pada saat banyaknya partai-partai baru yang menawarkan ideologi serta program-program baru serta pemilih-pemilih muda yang muncul pada saat Pilpres 2019 dan 2024,” kata Hensat kepada wartawan, Kamis (21/3).

Menurut Hensat hasil buruk pada Pileg 2019 harusnya menjadi peringatan bagi PPP untuk berbenah. Tapi partai berlambang ka’bah ini justru sibuk dengan masalah internal.

“Konflik internal yang terjadi, pergeseran ketua umum yang tiba-tiba, kemudian masuknya calon dari luar partai atau nonkader, walaupun populer masuk ke dalam partai, tapi menurut saya waktunya masih terlalu mepet. Ya sehingga memang tidak bisa mendapatkan hasil yang bagus,” jelas Hensat.

Pada Pemilu 2019 PPP meraih 6.323.147 suara atau 4,52%. Tapi menurut Hensat kader PPP yang berada di DPR tidak sanggup meningkatkan elektabilitas partai selama 2019-2024.

“Pada saat di DPR kader-kader atau wakil-wakil rakyat dari PPP kurang menunjukkan jati dirinya di depan masyarakat jadi tidak menonjol dibandingkan partai politik lain seperti yang berbasis Islam, seperti PKS, PKB, dan PAN, jadi otomatis makin lama makin menghilang,” tutur Hensat.

Pada Pemilu 2024, perolehan PPP turun menjadi 5.878.777 suara atau 3,87%. Kondisi ini membuat PPP tidak lolos ke senayan sebab tidak memenuhi ambang batas parlemen atau parliamentary threshold 4 persen.

“Partai ini tidak segera berbenah dan menunjukkan keunikan serta jati diri partainya. Jadi, ya, akhirnya walaupun hanya kurang sekitar 0,13 atau 0,14 persen saja akhirnya gagal menembus Senayan,” pungkas Hensat.

(Sumber)