Didesak Relawan, Akankah Anies Rasyid Baswedan Bikin Partai Politik Bermodal Ketokohan?

Namanya juga relawan. Idealis. Terkadang terlalu menyederhanakan persoalan. Seolah bikin partai politik itu mudah.

Punya ketokohan sudah cukup untuk bikin partai politik. Padahal, ketokohan saja tidak cukup untuk bikin partai politik. Perlu duit.

Ambillah contoh Surya Paloh dengan Partai NasDemnya. Hary Tanoesudibjo dengan Perindonya. Dan M. Amien Rais dengan Partai Ummatnya.

Dua contoh terakhir patut menjadi pelajaran bagi kita. Belajar dari kegagalan partai politik melenggang ke Senayan. Lolos parliament threshold 4 (empat) persen. Partai Ummat dan Perindo dua-duanya gagal lolos ke DPR.

Partai Ummat punya ketokohan M. Amien Rais tapi tidak punya duit. Sebaliknya terjadi di Perindo. Punya uang tapi ketokohan Hary Tanoesudibjo tidak punya nilai “jual” di mata rakyat.

Meski telah merekrut beberapa tokoh Islam seperti TGB Muhammad Zainul Majdi dan Ustadz Yusuf Mansur sebagai calon anggota legislatif tidak mampu mendongkrak suara Perindo. Faktor utamanya adalah Hary Tanoesudibjo.

Ketokohan yang punya nilai “jual” dan duit merupakan 2 (syarat) utama sukses bikin partai. Contohnya Surya Paloh dan Partai NasDem. Sejak ikut Pemilu tahun 2014, Partai NasDem sukses besar. Lolos ke DPR .

Dalam Pemilu 2014, Partai Nasdem meraih 8.402.812 suara (6,72 persen) dari total suara nasional. Alhasil Partai NasDem berhasil meraih 35 kursi di DPR periode 2014 sampai 2019.

Pada Pemilu 2019 suara Partai NasDem melonjak tajam. Partai Nasdem meraih 12,66 juta suara (9,05 persen) dari total suara sah nasional. Hasil itu menempatkan Partai NasDem sebagai partai ke-5 terbesar. Dengan kenaikan perolehan suara itu, Partai Nasdem mendapatkan 59 kursi di DPR periode 2019 sampai 2024, atau 10,26 persen dari total 575 kursi yang diperebutkan.

Sukses Partai NasDem tak terlepas dari ketokohan Surya Paloh dan fulus yang dimilikinya. Sebagai pengusaha media yang sukses dan bergerak di berbagai bidang usaha. Harta kekayaan Surya Paloh pada tahun 2018 mencapai Rp 8,74 triliun. Dengan kekayaan ini menempatkan bos Media Group tersebut sebagai orang terkaya ke-77 dari 150 orang terkaya di Indonesia versi Globe Asia.

Bagaimana dengan Anies Rasyid Baswedan?. Modal pendukung sudah punya. Ada 40,9 juta lebih atau 24,95 persen pemilih Anies-Muhaimin di Pilpres 2024. Ketokohan Anies Rasyid Baswedan punya nilai “jual” tinggi.

Buktinya Pemilu 2024. Partai koalisi pendukung Anies-Muhaimin perolehan kursi DPR naik tajam. PKB mendapatkan coattail effect atau efek ekor jas paling tinggi diikuti Partai NasDem. PKS menjadi juara di Pemilu 2024 di DKI Jakarta.

Nilai “jual” saja tidak cukup seperti dalam kasus Partai Ummat. Walaupun uang bukan segala-galanya tapi segala-galanya perlu uang. Anies Rasyid Baswedan bukan pengusaha besar seperti Surya Paloh. Sukses Partai NasDem tidak terlepas dari ketokohan Surya Paloh dan duit yang dimiliki Surya Paloh untuk menjaring suara rakyat dalam memilih Partai NasDem.

Lalu lebih strategis mana? Anies Rasyid Baswedan masuk partai politik atau bikin partai politik agar tidak kehilangan momentum di Pilpres 2029?

Wallahua’lam bish-shawab.
Jakarta, 17 Syawal 1445/26 April 2024
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis