Partai Gelora Jegal PKS Gabung Koalisi Prabowo-Gibran?

PKS di persimpangan baru kata Anies Rasyid Baswedan merespon dinamika partai Koalisi Perubahan akhir-akhir ini. Oposisi atau mengikuti jejak NasDem dan PKB. Dari partai Koalisi Perubahan hanya PKS yang belum merapat ke partai koalisi pendukung Prabowo-Gibran.

Partai NasDem dan PKB sudah merapat. Presiden terpilih Prabowo Subianto sudah berkunjung ke NasDem Tower dan DPP PKB. PKS yang belum didatangi Prabowo Subianto. Rencananya Sabtu, 27 April 2024 Prabowo Subianto mendatangi DPP PKS. Ternyata Prabowo tidak hadir dalam acara yang dikemas Halalbihalal dan Tasyakuran Milad PKS ke-22.

Semua Ketua Umum Partai Koalisi Perubahan hadir. Termasuk calon presiden Anies Rasyid Baswedan juga hadir. Sayangnya, Prabowo Subianto yang diharapkan hadir ternyata tidak hadir.

Ada apa di balik ketidakhadiran Prabowo Subianto di acara PKS? Ketidakhadiran Prabowo Subianto kabarnya dijegal oleh Partai Gelora. Benarkah? Petinggi Partai Gelora dan elit PKS pasti bisa menjawabnya.

Partai Gelora merasa terancam bila bekas seterunya, PKS masuk partai koalisi Prabowo Subianto menyusul Partai NasDem dan PKB. Setidaknya bila PKS merapat jatah menteri sudah di tangan. Mungkin elit Gelora tidak ridho bila ada menteri dari PKS di kabinet Prabowo Subianto.

Pasca Anis Matta cs keluar dari PKS, Anis Matta dkk membentuk Gerakan Indonesia Baru (Garbi). Pemilu 2019 Garbi gagal menggembosi PKS. Justru perolehan suara PKS naik di Pemilu 2019.

Demikian pula dalam Pemilu 2024. Perolehan kursi PKS di DPR naik. Bahkan PKS jadi juara dalam Pemilu 2024 di Jakarta. Sementara Partai Gelora gagal lolos ke DPR. Perolehan suara Partai Gelora tak sampai 1 persen hanya 0,84 persen atau 1.281.991 suara pemilih.

Partai Gelora memang bagian dari partai koalisi yang mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Partai Gelora bersama Partai Demokrat merupakan dua partai yang tidak mendapatkan coat-tail effect. Bahkan Partai Demokrat harus kehilangan beberapa kursi di DPR.

Sedangkan perolehan kursi PKS di DPR bersama Partai NasDem dan PKB bertambah. Sementara Partai Gelora tidak lolos ke DPR dan menjadi partai gurem yang tidak memberikan kontribusi suara ke Prabowo Subianto di parlemen yang akan datang. Tentu ini akan menjadi pertimbangan Prabowo Subianto dan Gerindra dalam menerima PKS.

Secara kalkulasi politik bagi Prabowo Subianto dan Gerindra, PKS lebih menguntungkan dibandingkan Partai Gelora untuk menjaga pemerintahan Prabowo Subianto stabil 5 tahun ke depan.

Belum lagi ditambah rekam jejak PKS selama 10 tahun terakhir. Setia sebagai oposisi Jokowi karena sebelumnya di Pilpres 2014 dan 2019, PKS bersama Gerindra partai paling setia mendukung Prabowo Subianto.

Kita akan lihat. Bisikan Partai Gelora lebih ampuh atau lobby-lobby politik PKS lebih ampuh dalam “perebutan” pengaruh Prabowo Subianto?

Kita tunggu saja apakah Prabowo Subianto akan bertandang ke DPP PKS sebagai sinyal diterimanya PKS dalam partai koalisi pendukung Prabowo Subianto?

Bandung, 20 Syawal 1445/29 April 2024
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis