Beda Gaya Caketum Baru Golkar, Bamsoet Vs Airlangga

Politisi dituntut menggunakan cara-cara baik yang menjunjung tinggi etika dan syarat dengan nilai kemanusiaan. Ada yang memilih tampil dengan menghalalkan segala cara. Tapi ingat, risikonya akan dibully oleh publik. Apalagi untuk politisi senior Golkar seperti Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo, mereka harus tampil elegan.

Dalam hal gaya berbusana, Airlangga memilih busana yang simpel dan ia menyukai batik karena memberinya kenyamanan. Sementara selera Bamsoet adalah potongan busana yang body fit atau yang membentuk tubuh, dengan paduan warna yang disesuaikan kegiatannya.

Nampak jelas Airlangga dan Bamsoet memiliki selera berbeda. Menjelang Munas Golkar yang akan digelar Desember 2019, dua politisi Golkar ini juga terus memperlihatkan strategi dan taktik yang berbeda.

Plt Ketua Golkar DKI Rizal Mallarangeng pernah mengingatkan Bamsoet agar santun dan jangan main kayu. Menurut Rizal, Bamsoet punya janji tidak akan menjadi saingan Airlangga.

Dalam pandangan politik Rizal Mallarangeng, Bomsoet punya utang budi pada Airlangga, sebab ia jadi Ketua DPR dengan tanda tangan Pak Airlangga. Itu juga yang menjadi alasan, kata Rizal, Golkar DKI mencabut dukungan untuk Bamsoet.

Sementara Airlangga kabarnya masih diidamkan untuk kembali memimpin Partai Golkar. Sebagai Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga sukses menghantarkan capres dan cawapresnya menjadi pemenang Pilpres. Golkar pun tercatat sebagai pemenang terbanyak kedua dan meraih 85 kursi di DPR RI.

Saat menyatakan dirinya akan maju sebagai calon ketua umum, Bamsoet mengilustrasikan pencalonannya dengan perumpamaan singa dan domba. Saya tidak akan takut menghadapi pasukan singa yang dipimpin oleh domba, kata Bamsoet, tapi saya akan takut menghadapi pasukan domba yang dipimpin oleh singa.
Airlangga bicaranya tidak berapi-api. Gaya berkomunikasinya sangat tenang.

Ia diakui memiliki personal branding yang tak umum dikalangan politisi. Ia termasuk menteri yang sering diajak jogging bareng Presiden Jokowi sambil berbincang ringan tema kebangsaan di seputar Kebun Raya Bogor.
Dalam hal strategi, pendukung Bamsoet mendorong percepatan Munas, dengan harapan dilakukan sebelum pelantikan anggota legislatif, serta presiden-wakil presiden terpilih hasil pemilu 2019.

Sementara di sisi Airlangga, ada Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung berpendapat bahwa tak perlu ada percepatan musyawarah nasional Partai Golkar. Sejak awal, kata Akbar, sudah disepakati bahwa munas akan digelar pada akhir 2019.

Wakil Presiden sekaligus mantan Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla juga sepakat tak perlu ada percepatan munas. Udah capek Munaslub di Golkar, katanya.

Mengenai dukungan dari DPD kabupaten/kota, DPD I dan ormas, Airlangga diminta kembali menjadi ketua umum Golkar. Ketua Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebutkan, sekitar 400 unsur pimpinan DPD di sejumlah daerah di Indonesia menyatakan dukungan kepada AH.

Kepastian suara bulat mendukung Airlangga kembali menjadi ketua umum juga diperlihatkan oleh Golkar Jatim. Menurut Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur Zainudin Amali, pengurus DPD I Partai Golkar Jawa Timur berikut 38 pengurus DPD II kompak mendukung Airlangga. Deklarasi dukungan Golkar Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara juga sudah disampaikan bersamaan. Dari Sulsel, DPD I dan 24 DPD II Golkar di Sulsel penuh mendukung Airlangga. Begitupun dari Golkar Sulawesi Barat. Terbaru, dukungan solid juga diberikan oleh Golkar Jawa Tengah dan DIY.

Sementara dukungan untuk Bamsoet hanya datang dari DPD Golkar tingkat II Maluku Tenggara dan empat Kabupaten di Riau. [rilis.id]