Dalam Alquran, Allah SWT menjadikan rumah sebagai karunia-Nya kepada kita.
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا
“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal…..” (QS an-Nahl 16: 80).
Makna ayat ini, kata Syekh Muhammad Al-Ghazali dalam Studi Kritis atas Hadits Nabi SAW, secara jelas Allah menyatakan bahwa rumah-rumah adalah suatu nikmat yang harus diikuti dengan syukur.
Mendirikan rumah bisa bermakna ibadah kepada Allah SWT. Karena itu, membangun rumah harus dilandaskan pada niat lillahi ta’ala, agar perbuatan kita menjadi amal saleh.
Rumah merupakan salah satu tempat yang efektif, di samping tempat-tempat lainnya seperti di gedung-gedung pencakar langit, untuk memperbanyak membaca tasbih, tahmid, dan qiraatul quran.
وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَىٰ فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًاا
”Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah mahalembut lagi mahamengetahui.” (QS Al-Ahzab [33]: 34).
Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita, Terangilah rumah-rumahmu dengan bacaan Alquran. Namun, tak jarang kita jumpai orang-orang mendirikan rumah dengan niat riya.
Rumah menjadikan mereka bangga, sombong diri dan pamer ketinggian jabatan dan kekayaan di hadapan khalayak.
Rumah besar pun tak akan mendatangkan kebaikan atau tidak bermanfaat dalam kehidupan, bila kita berfoya-foya dan mengerjakan maksiat di dalamnya.
Kiranya sangat relevan kalau kita renungkan kisah runtuhnya rumah-rumah kaum Tsamud karena kezalimannya (QS 7: 74 dan 27: 52). Kita pikirkan juga hadits Nabi SAW tentang bangunan yang tidak ada gunanya karena berlebihan. Hadits ini diriwayatkan Abu Daud dan Tirmizi dari Anas.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ فَرَأَى قُبَّةً مُشْرِفَةةً فَقَالَ مَا هَذِهِ قَالَ لَهُ أَصْحَابُهُ هَذِهِ لِفُلَانٍ رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ قَالَ فَسَكَتَ وَحَمَلَهَا فِي نَفْسِهِ حَتَّى إِذَا جَاءَ صَاحِبُهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَلِّمُ عَلَيْهِ فِي النَّاسِ أَععْرَضَ عَنْهُ صَنَعَ ذَلِكَ مِرَارًا حَتَّى عَرَفَ الرَّجُلُ الْغَضَبَ فِيهِ وَالْإِعْرَاضَ عَنْهُ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَىى أَصْحَابِهِ فَقَالَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُنْكِرُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا خَرَجَ فَرَأَى قُبَّتَكَ قَالَ فَرَجَعَ الرَّجُلُ إِلَى قُبَّتِهِ فَهَدَمَهَا حَتَّى سَوَّاهَا بِالْأَرْضِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى االلَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَلَمْ يَرَهَا قَالَ مَا فَعَلَتْ الْقُببَّةُ قَالُوا شَكَا إِلَيْنَا صَاحِبُهَا إِعْررَاضَكَ عَنْهُ فَأَخْبَرْنَاهُ فَهَدَمَهَا فَقَالَ أَمَا إِنَّ كُلَّ بِنَاءٍ وَبَالٌ عَلَى صَاحِبِهِ إِلَّا مَا لَا إِلَّا مَاا لَا يَعْنِي مَا لَا بُدَّ مِنْهُ
Dari [Anas bin Malik] berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar rumah, lalu beliau melihat bangunan yang tinggi. Beliau lalu bertanya: “Apa ini?” para sahabat menjawab, “Ini adalah bangunan milik si fulan, seorang laki-laki Anshar.” Anas berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam dan hanya memendam dalam hatinya, hingga ketika pemilik bangunan itu datang dan memberi salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di depan orang-orang beliau berpaling darinya.
Beliau melakukan hal itu berulang-ulang hingga laki-laki paham bahwa Rasulullah sedang marah dan menghindar darinya. Maka laki-laki itu pun mengeluh kepada para sahabat Rasulullah. Laki-laki itu berkata, “Demi Allah, aku telah mengingkari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Para sahabat berkata, “Rasulullah keluar dan melihat bangunan milikmu.”
Anas berkata, “Lalu laki-laki pulang dan menghancurkan rumahnya hingga rata dengan tanah. Ketika suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dan melihat bangunan tersebut telah hilang, beliau pun bertanya: “Apa yang terjadi dengan bangunan tersebut?” para sahabat menjawab, “Pemilik banguan itu pernah mengeluh kepada kami tentang berpalingnya baginda kepadanya, maka kami pun mengabarkan kepadanya. Lalu ia pulang dan menghancurkan rumah miliknya. Rasulullah bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya setiap bangunan itu akan membawa bencana bagi pemiliknya, kecuali yang tidak, kecuali yang tidak.” Maksudnya sesuatu yang memang dibutuhkan.”