Secara bahasa, Shalat berarti doa. Namun secara istilah, para ulama mendefinisikan Shalat sebagai serangkaian ucapan dan gerakan yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dikerjakan dengan niat dan syarat-syarat tertentu
Dalam Islam, perintah Shalat lima waktu baru diturunkan setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan perjalanan Isra Miraj.
Namun, ternyata dalam Shalat itu sendiri telah dilakukan oleh nabi-nabi terdahulu meski tidak sama seperti yang telah ditetapkan saat ini.
Mengutip dari Republika, seorang sejarawan muslim asal Baghdad, Dr. Jawwad Ali dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Sholat atau Tarikh as-Shalah fi al-Islam” juga telah menjelaskan bahwa Shalat sudah dikerjakan sebelum Islam datang oleh para nabi-nabi terdahulu.
Shalat Nabi-Nabi Terdahulu
Melansir dari NU Online, Almaghfurlah Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam “Fiqh Sirah Nabawiyah” menyebutkan bahwa:
وكان عليه السلام قبل مشروعية الصلاة يصلي ركعتين صباحا ومثليهما مساء كما كان يفعل إبراهيم عليه السلام.
Artinya: “Sebelum pensyariatan Shalat, nabi terdahulu melakukan Shalat masing-masing 2 rakaat di pagi dan sore hari sebagaimana dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm.”
Adapun pakar Ilmu Alquran KH Ahsin Sakho, via Republika juga menjelaskan bahwa Shalat sudah terdeteksi ada bahkan sejak zaman Nabi Adam AS. Di dalam teks-teks Alquran, terdapat beberapa ayat yang menunjukkan perintah Shalat di masa Nabi-Nabi terdahulu semisal Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Zakaria, Nabi Musa, Nabi Isa, hingga Nabi Muhammad SAW.
Hanya saja, sholat yang dimaksud pada masa terdahulu itu berbeda dengan sholat yang ada di zaman Rasulullah SAW. Tapi esensinya sama, yakni berdoa. Berikut ini adalah penjelasan dan dalil perintah Shalat pada nabi-nabi terdahulu:
Shalat Nabi Adam dan Nabi Nuh
Perintah Shalat kepada Nabi Adam dan Nabi Nuh terdapat dalam surat Maryam ayat 58 yang berbunyi:
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ مِنْ ذُرِّيَّةِ اٰدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوْحٍۖ وَّمِنْ ذُرِّيَّةِ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْرَاۤءِيْلَۖ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَاۗ اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوْا سُجَّدًا وَّبُكِيًّا
Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yakni para nabi keturunan Adam, orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, keturunan Ibrahim dan Israil (Ya‘qub), serta orang yang telah Kami beri petunjuk dan Kami pilih. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih, mereka tunduk, sujud, dan menangis.” (QS. Maryam:58).
Berdasarkan tafsir dari NU Online, semua nabi dan rasul mendapat karunia, nikmat, dan petunjuk semenjak dari Nabi Adam bapak pertama sampai kepada Nabi Nuh bapak kedua, sampai kepada Nabi Ibrahim dan anak cucunya termasuk Ishak, Yakub, Ismail, Musa, Harun, Zakaria, Isa dan semua orang pilihan-Nya
Mengutip dari Republika, Nabi Adam juga merupakan manusia pertama yang mengerjakan Shalat Subuh.
Konon, ketika diturunkan dari surga ke bumi untuk menjadi khalifah, Nabi Adam mengerjakan Shalat dua rakaat menjelang terbit fajar.
Rakaat pertama sebagai tanda syukur karena terlepas dari kegelapan malam. Sedangkan rakaat kedua, bersyukur atas datangnya siang.
Shalat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Jika Nabi Adam adalah manusia pertama yang mendirikan Shalat subuh, maka nabi Ibrahim adalah orang pertama yang menunaikan Shalat Zuhur.
Karena ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih Ismail dan menggantinya dengan seekor domba, seruan itu datang saat waktu tergelincirnya matahari.
Nabi Ibrahim pun segera sujud kepada Allah sebanyak empat rakaat di waktu itu juga. Rakaat pertama sebagai tanda bersyukur bagi penebusan, kedua, tanda syukur atas dihilangkannya kedukaan dari dirinya dan anaknya, ketiga tanda syukur atas keridhaan Allah, dan keempat tanda syukur karena Allah mengganti tebusannya.
Kisah Nabi Ibrahim tersebut diabadikan Alquran dalam Surat Ibrahim ayat 37 yang berbunyi:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Arinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan Shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezeki lah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” ( QS Ibrahim : 37).
Adapun surat yang menggambarkan tentang Shalat Nabi Ismail tertera dalam surat Maryam ayat 55:
وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا
Artinya: “Dan dia (Ismail) menyuruh keluarganya untuk melaksanakan Shalat dan zakat, dan ia adalah seorang yang diridloi disisi Tuhan-Nya.” (QS. Maryam:55).
Shalat Nabi Ishaq dan Nabi Ya’qub
Selain Nabi Ismail, keturunan Nabi Ibrahim yang tercatat mendirikan Shalat juga ada Nabi Ishaq dan Nabi Ya’qub.
Dalam Alquran surah Al-Anbiya ayat 72-73 Allah berfirman, yang bunyinya:
وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ نَافِلَةًۗ وَكُلًّا جَعَلْنَا صٰلِحِيْنَ,
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَۙ
Artinya: “Kami juga menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) Ishaq (anak) dan sebagai tambahan (Kami anugerahkan pula) Ya‘qub (cucu). Masing-masing Kami jadikan orang yang saleh. Kami menjadikan mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk atas perintah Kami dan Kami mewahyukan kepada mereka (perintah) berbuat kebaikan, menegakkan Shalat, dan menunaikan zakat, serta hanya kepada Kami mereka menyembah.” (QS. Al-Anbiya: 72-73).
Shalat Nabi Musa dan Nabi Harun
Allah subhanahu wa ta’ala juga memerintahkan Shalat kepada Nabi Musa dan saudaranya, Nabi Harun melalui ayat berikut:
وَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰى وَاَخِيْهِ اَنْ تَبَوَّاٰ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوْتًا وَّاجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قِبْلَةً وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya: “Telah Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya (Harun), “Ambillah oleh kamu berdua beberapa rumah di Mesir untuk tempat tinggal kaummu, jadikanlah rumah-rumahmu itu kiblat (tempat ibadah), dan tegakkanlah sholat. Gembirakanlah orang-orang mukmin.” (QS. Yunus: 87).
Nabi Musa Juga konon merupakan manusia pertama yang mengerjakan Shalat Isya.
Saat itu, ia tengah dalam kedukaan dan ia tersesat di negeri Madyan. Lalu Allah pun menghilangkan semua rasa duka citanya di malam hari.
Nabi Musa pun mendirikan Shalat empat rakaat sebagai tanda syukurnya kepada Allah. Rakaat pertama sebagai tanda duka cita terhadap istrinya, rakaat kedua sebagai tanda duka cita terhadap saudaranya Nabi Harun, rakaat ketiga tanda duka cita terhadap Firaun, dan keempat tanda duka cita terhadap anak Firaun.
Shalat Nabi Yunus
Menurut Imam Haqiqi, Nabi Yunus adalah manusia pertama yang mendirikan Shalat ashar. Kala ia baru saja selamat dari perut ikan paus, waktu tengah menjelang sore.
Nabi Yunus pun Shalat sebanyak empat rakaat sebagai rasa syukurnya kepada Allah karena telah keluar dari empat kegelapan, yakni kegelapan karena meninggalkan kaumnya, kegelapan di dasar lautan, kegelapan malam, dan kegelapan di dalam perut ikan nun.
Kisah Nabi Yunus termaktub dalam Alquran surat Al-Anbiya ayat 87 yang berbunyi:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” ( QS Al-Anbiya : 87).
Shalat Nabi Zakaria
Dalam surat Ali Imran, dikisahkan bahwa Nabi Zakaria juga mendirikan Shalat.
فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ
Artinya: “Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan sholat di mihrab.” (QS. Ali Imran: 39).
Shalat Nabi Isa
Nabi Isa juga mendirikan perintah Shalat sebagaimana disebutkan di dalam Alquran surat Maryam ayat 30 yang berbunyi:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
Artinya: “Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) Shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam [19]: 30-33).
Nabi Isa juga merupakan manusia pertama yang melaksanakan Shalat Maghrib. Saat itu, Allah mengeluarkannya dari kejahilan dan kebodohan kaumnya di waktu terbenamnya matahari.
Nabi Isa pun bersujud sebanyak tiga rakaat, yang mana rakaat pertama untuk menegaskan bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang Maha Esa, kedua menafikan tuduhan berzina atas ibunya, dan ketiga untuk menyakinkan kaumnya bahwa tuhan itu hanya satu dan bukan dua atau tiga.