Tokoh muda Golkar, Achmad Annama menilai kaum milenial masih jadi obyek pelengkap dalam kontestasi 5 tahunan, Musyawarah Nasional (Munas) partai. “Kaum milenial masih menjadi obyek pelengkap penderita atau kasarnya barang dagangan yang seksi dan laris manis di Munas ini” kata Annama.
Hal ini disampaikan Annama dalam acara Bincang Politik yang diselenggarakan Komunitas Golkar Milenial (GoMile) bekerjasama dengan Generasi Muda (Gema) Ormas MKGR Kota Bekasi di La Cone Kafe, Kamis, 15 Agustus 2019.
Annama menganggap calon-calon Ketua Umum (Caketum) Partai Golkar yang sudah deklarasi belum memiliki konsep yang mumpuni terkait kaum milenial.
“Baik Ketua Umum petahana bang Airlangga Hartarto maupun caketum bang Bambang Soesatyo (Bamsoet) belum memiliki konsep yang jelas terkait pemberdayaan potensi dan kompetensi Golkar Milenial. Kalau cuma pemanis dan bumbu penyedap untuk apa? ” lanjut Ketua PP AMPG ini.
Menurut Annama, menyikapi bonus demografi yang didominasi kaum milenial harusnya Partai Golkar berbenah dan menangkap peluang.
“Di Pemilu April 2019 kemarin terbukti Golkar dijauhi oleh para pemilih pemula. Kaum Milenial. Di kantong-kantong urban kota besar Golkar terkapar.” Sesal Wakil Ketua Depidar SOKSI DKI Jakarta.
Di 3 dapil DKI Jakarta, lanjut Annama, suara Golkar menciut dan jumlah kursi menyusut. “Dari perolehan 3 kursi DPR di 2014 kini tersisa 1 kursi. Dari 9 kursi DPRD di 2014 kini hanya tinggal 6 kursi. Seakan-akan Golkar dimusuhi kaum Milenial. Ini harus dirubah.” ungkap Annama.
Partai Golkar harus lebih bersahabat dengan kaum milenial. Karenanya, para caketum Golkar ke depan harus lebih memperhatikan aspirasi kaum milenial.
“Bukan hanya diprioritaskan sebagai pengurus dalam jumlah besar. Tapi bagaimana mengakomodir dan merekrut mereka untuk ikut aktif berpolitik melalui Partai Golkar. Siapa yang mampu, Airlangga atau Bamsoet? Kita lihat bersama.” pungkas Annama.