News  

Ekonom UI: Bukan Datang, Investor Asing Justru Ramai-ramai Angkat Kaki dari Indonesia

Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky mengungkapkan, kondisi investasi di Indonesia, saat ini, memasuki tren negatif. Banyak investor asing mengerem produksi dan angkat kaki dari negara ini.

Hal itu diungkap Riefky, berdasarkan studi terbaru dari World Bank yang dipaparkan dalam diskusi Selular Business Forum (SBF) di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (5/12/2024).

“Sekarang yang paling banyak terjadi di kalangan investor, baik domestik maupun foreign (asing) adalah bukan kita itu mau menarik investasi asing, tapi malah sudah shifting ke arah foreign investor. Ini banyak yang mau keluar dari Indonesia,” kata Riefky.

Menurut Riefky, untuk menjaga agar investasi yang sudah masuk ke Indonesia, tidak keluar, menjadi tantangannya besar bagi tim ekonomi bentukan Presiden Prabowo.

Ia menjelaskan, banyak investor yang sebelumnya sudah menanamkan modalnya mulai merasa cemas. Termasuk salah satunya karena ketidakpastian regulasi dan perubahan peraturan yang terlalu sering terjadi.

Riefky menyebut, kepastian hukum menjadi kendala besar yang sering dihadapi investor asing. Terlebih berdasarkan data yang ia miliki, kepastian hukum di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara Timur Tengah dan Afrika Utara, serta di bawah rata-rata kawasan Asia Timur dan Pasifik.

“Misalnya, kalau perizinannya tidak kunjung selesai atau regulasi perdagangannya berubah cukup sering, itu membuat investor ragu untuk memilih Indonesia,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Riefky, faktor penghambat investasi lainnya tak lain ialah, indeks produktivitas tenaga kerja di Indonesia yang relatif rendah.

Berdasarkan data yang dicuplik Riefky dari Penn World Table, indeks produktivitas tenaga kerja di Indonesia, berada di urutan terbawah ketimbang China, Vietnam, Turki, India hingga Singapura. Indonesia memiliki nilai 1,42 saja.

Belum cukup sampai di situ, kata Riefky, faktor penghambat investasi lainnya juga merujuk kepada masih rumitnya administrasi dan birokrasi.

Berdasarkan data World Bank, kata Riefky, Indonesia memiliki proses birokasi dan administrasi yang lebih rumit di banding negara-negara pembanding seperti China, Vietnam, Turki, India hingga Singapura.

“Beberapa aspek tersebut mencakup dokumen perizinan usaha, perpajakan, hingga perdagangan. Kondisi ini membuat iklim investasi Indonesia relatif tidak kondusif dibandingkan dengan negara pembanding,” jelas Riefky.(Sumber)