News  

Pesawat Jeju Air Tergelincir dan Terbakar di Bandara Muan, 127 Dari 173 Penumpang Tewas

Tragedi kecelakaan pesawat terjadi di Korea Selatan setelah Pesawat Jeju Air yang ditumpangi 175 penumpang gagal mendarat dan menabrak tembok pembatas bandara. Akibat kejadian tersebut, Pesawat Jeju Air langsung meledak. Peristiwa ini sempat direkam oleh kamera masyarakat yang berada di Bandara Muan, Korea Selatan.

Video amatir menunjukkan pesawat mendarat dengan posisi tidak sempurna, mengeluarkan asap dari mesinnya sebelum akhirnya tergelincir dan menabrak pagar. Api dengan cepat melahap badan pesawat, meninggalkan puing-puing yang sulit dikenali.

Dari total 175 penumpang di dalam pesawat, 173 merupakan warga lokal, sementara dua lainnya berkewarganegaraan Thailand. Kata juru bicara pemerintah Thailand, Jirayu Houngsub, dua wanita asal Thailand yang berada di pesawat itu berusia 22 dan 45 tahun.

Sementara itu, hingga kini pasukan pemadam kebakaran memastikan terdapat 120 orang tewas, dan dua awak pesawat berhasil selamat. Kedua awak itu ialah seorang pria dan seorang wanita. Menurut kepala pemadam kebakaran Muan, Lee Jung-hyun, mereka diselamatkan dari bagian ekor pesawat yang terbakar.

“Hanya bagian ekor yang masih sedikit bentuknya, dan bagian lainnya (pesawat) tampak hampir mustahil dikenali. Penumpang terlempar keluar setelah benturan, sehingga peluang untuk bertahan hidup sangat kecil,” kata Lee, seperti diberitakan Reuters.

Berdasar laporan kronologi otoritas setempat, pengawas lalu lintas udara sempat memperingatkan pilot Jeju Air 2216 tentang risiko tabrakan dengan burung yang terdeteksi di jalur pendaratan.

Tak lama setelah peringatan itu dikeluarkan, pilot mengumumkan “mayday,” menandakan adanya kondisi darurat. Pesawat mulai menurun untuk mencoba pendaratan darurat. Pesawat mendekati Landasan Pacu 1 di Bandara Muan untuk pendaratan.

Pesawat mendarat, namun gagal mengeluarkan roda pendaratan, tergelincir dari landasan, menabrak pagar pembatas bandara, dan terbakar hebat. Dampak kerasnya benturan membuat sejumlah penumpang terlempar keluar dari badan pesawat.

Pihak berwenang menduga bahwa tabrakan dengan burung dan kondisi cuaca buruk menjadi faktor utama insiden ini. Salah satu awak yang selamat menguatkan teori tersebut, menyatakan kepada petugas penyelamat bahwa pesawat mengalami tabrakan dengan burung sebelum insiden terjadi.

Media lokal Korsel juga sempat memberitakan percakapan seorang penumpang dengan keluarganya yang menyebut mesin pesawat tersangkut burung. “Seekor burung tersangkut di sayap pesawat, jadi saya tidak bisa mendarat,” tulis penumpang itu. Setelah pesan tersebut, kontak dengan penumpang itu terputus.

Korban tewas mencakup 54 pria, 57 wanita, dan sembilan lainnya yang belum dapat diidentifikasi jenis kelaminnya. Proses identifikasi berjalan lambat karena kondisi jenazah yang sulit dikenali. Sebanyak 169 penyidik forensik dan lebih dari 500 petugas darurat dikerahkan untuk mencari korban dan melakukan evakuasi.

Atas kejadian ini, CEO Jeju Air, Kim E-bae, menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada keluarga korban kecelakaan pesawat. Dalam konferensi pers singkat, Kim menegaskan prioritas utama perusahaan saat ini adalah mendukung keluarga korban.

Ia mengatakan pesawat yang mengalami kecelakaan tidak memiliki catatan insiden sebelumnya, dan tidak menunjukkan tanda-tanda awal kerusakan sebelum penerbangan.

“Apa pun penyebabnya, sebagai CEO, saya merasa sangat bertanggung jawab atas insiden ini. Jeju Air akan melakukan segala yang mungkin untuk segera menangani kecelakaan ini dan memberikan dukungan kepada keluarga penumpang. Kami juga akan melakukan yang terbaik untuk memastikan penyebab kecelakaan tersebut bekerja sama dengan pemerintah,” ucap Kim dalam siaran persnya.

Kecelakaan ini menjadi yang terburuk bagi maskapai Korea Selatan sejak tragedi Korean Air di Guam pada 1997 yang menewaskan lebih dari 200 orang. Meski bukan maskapai asal negeri ginseng, pada 2002 sempat pula terjadi kecelakaan Air China di dekat Bandara Gimhae Korsel yang menewaskan 129 dari 166 penumpang. {redaksi}