Israel dan Hamas telah menyepakati gencatan senjata di Gaza yang akan dimulai pada Minggu (19/1). Kesepakatan ini mencakup pertukaran sandera dan tahanan, menandai babak baru setelah 15 bulan konflik yang mematikan. Pengumuman tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, yang bertindak sebagai mediator utama.
“Kedua pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan tentang tahanan dan pertukaran sandera. Gencatan senjata ini diharapkan menjadi langkah awal menuju perdamaian permanen,” ujar Sheikh Mohammed dalam konferensi pers dikutip dari AFP, Kamis (16/1).
33 Sandera Israel Dibebaskan
Sebagai tahap awal, 33 sandera Israel—termasuk wanita, anak-anak, dan lansia—akan dibebaskan oleh Hamas. Sebagai gantinya, Israel akan melepaskan tahanan Palestina dari penjara-penjaranya. Gencatan senjata ini juga mencakup langkah untuk mengurangi operasi militer Israel di kawasan padat penduduk di Gaza. Ribuan truk bantuan kemanusiaan juga akan diizinkan masuk setiap harinya, membantu warga Gaza yang menghadapi krisis parah.
Kesepakatan ini disambut gembira oleh warga Gaza dan keluarga sandera di Israel. Perayaan berlangsung di Khan Younis dan Deir al-Balah, sementara keluarga di Israel menyuarakan harapan untuk kembalinya para sandera.
Namun, serangan udara Israel tetap berlanjut setelah pengumuman Qatar. Hamas melaporkan bahwa lebih dari 20 warga, termasuk 12 orang di Gaza City, tewas dalam serangan tersebut.
Konflik Berkepanjangan
Sejak agresi besar-besaran Israel pada Oktober 2023, lebih dari 46.700 warga Palestina dilaporkan tewas. Krisis kemanusiaan semakin memburuk dengan lebih dari dua juta penduduk Gaza yang kehilangan tempat tinggal. Sementara itu, Israel mengklaim masih ada 94 sandera yang ditahan Hamas, termasuk mereka yang dianggap tewas.
Sheikh Mohammed mengungkapkan, fase pertama gencatan senjata ini akan berlangsung selama enam minggu. Negosiasi untuk fase kedua, termasuk pembebasan sandera yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel, akan dimulai pada hari ke-16. Pembangunan kembali Gaza juga menjadi bagian penting dari fase akhir kesepakatan ini.
Pernyataan Pemimpin Dunia
Presiden AS Joe Biden menyebut kesepakatan ini sebagai hasil dari diplomasi yang “penuh ketekunan”. Sementara itu, PM Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas belum memberikan pernyataan resmi terkait rincian kesepakatan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak agar semua pihak memprioritaskan pengurangan penderitaan di Gaza. “Langkah ini harus menjadi awal untuk membangun perdamaian dan keamanan yang berkelanjutan,” ujarnya. (Sumber)