Pemerintah Australia baru-baru ini mengeluarkan perintah untuk melarang penggunaan aplikasi kecerdasan buatan (AI) asal China, DeepSeek, bagi semua pegawai negeri sipil (PNS).
Larangan ini diberlakukan untuk mencegah risiko keamanan yang diyakini tidak dapat diterima. DeepSeek, yang diluncurkan bulan lalu, telah menggebrak dunia teknologi dengan model bahasa skala besar yang canggih, tetapi juga memunculkan kekhawatiran terkait keamanan siber.
Pemerintah Australia menilai DeepSeek menimbulkan potensi ancaman keamanan negara, sehingga mereka mengambil langkah tegas untuk menghindari risiko yang mungkin ditimbulkan.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Australia, Stephanie Foster, menyatakan setelah melakukan analisis ancaman maka diputuskan bahwa produk, aplikasi, dan layanan jaringan DeepSeek tidak dapat diterima karena potensi risikonya terhadap keamanan nasional.
“Setelah mempertimbangkan analisis ancaman dan risiko, saya telah menetapkan bahwa penggunaan produk, aplikasi, dan layanan jaringan DeepSeek menimbulkan risiko keamanan yang tidak dapat diterima oleh Pemerintah Australia,” kata Mendagri, seperti dikutip dari China Times, Rabu, 5 Februari 2025.
Sebagai bagian dari arahan ini, semua entitas federal non-korporat di Australia diwajibkan untuk mengidentifikasi dan menghapus aplikasi DeepSeek dari sistem dan perangkat seluler pemerintah paling lambat tanggal 5.
Selain itu, sistem pemerintah dan perangkat seluler yang digunakan para PNS juga diminta untuk menghindari mengakses, menggunakan, atau menginstal produk DeepSeek di masa depan.
DeepSeek pertama kali menarik perhatian dunia teknologi bulan lalu ketika mengklaim bahwa chatbot barunya, R1, sebanding dengan kecerdasan buatan (AI) dari AS, namun dengan biaya yang jauh lebih murah.
Klaim ini menimbulkan kecemasan, mengingat kinerja tinggi DeepSeek dan harga murahnya, yang menimbulkan dugaan bahwa teknologi tersebut mungkin merupakan hasil rekayasa balik dari teknologi AI terkemuka di AS, seperti yang digunakan oleh ChatGPT.
Larangan penggunaan DeepSeek ini juga terkait dengan ketegangan yang lebih luas antara Australia dan China. Sejak 2018, hubungan kedua negara semakin tegang setelah Australia melarang perusahaan telekomunikasi China, Huawei, untuk berpartisipasi dalam jaringan 5G nasional karena masalah keamanan.
Ketegangan ini semakin memuncak dengan tindakan keras Australia terhadap pengaruh China di luar negeri dan seruan untuk penyelidikan terkait asal-usul pandemi Covid-19.
Meskipun hubungan dagang antara Australia dan China sempat mengalami ketegangan hebat, terutama dengan larangan impor lobster hidup Australia yang akhirnya dicabut oleh China pada akhir tahun lalu, ketidakpercayaan antara kedua negara masih terlihat, terutama terkait dengan isu keamanan siber dan teknologi.(Sumber)