Anggota Komisi IX DPR Irma Suryani Chaniago mengakui program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih terbilang baru sehingga masih membutuhkan banyak evaluasi. Hal ini ia sampaikan menyusul ditemukannya buah busuk dalam paket MBG yang diterima siswa SMP Negeri 13 Surabaya, Jawa Timur.
“MBG ini kan memang program baru, jadi tentu masih ada banyak yang harus dievaluasi. Evaluasi perbaikan kualitas menu dan lain-lain harusnya tidak sulit, karena pada tiap dapur umum kan ada ahli gizi dan dua orang pengawas dari BGN (Badan Gizi Nasional),” ucap Irma kepada Inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Jumat (28/2/2025).
Sementara untuk anak-anak yang mengidap alergi makanan tertentu, menurutnya, hingga saat ini masih dicarikan solusi. “Karena katering kan tidak melayani anak dengan menu orang per orang,” jelasnya.
Ia juga mendukung prosedur evaluasi MBG yang berasal dari keluhan siswa, kemudian disampaikan oleh pihak sekolah ke pengawas program ini.
“Terkait soal prosedur evaluasi rasanya sudah betul, siswa melaporkan ke pihak sekolah, lalu pihak sekolah ke pengawas MBG. Kan tidak mungkin siswa langsung ke pengawas MBG,” tuturnya.
Oleh karena itu, sambung dia, masyarakat masih harus terus mengawal program MBG bila ke depan masih terus ditemukannya makanan dengan kondisi tidak layak. Meski begitu, ia tidak ingin menyalahkan masalah ini sepenuhnya kepada Kepala BGN, Dadan Hindayani.
“Jangan menjustifikasi terlalu jauh, kita butuh sama-sama mengawal program ini,” ujar Irma.
Sebelumnya, Perwakilan Ombudsman RI Jawa Timur memberikan beberapa catatan penting kepada Badan Gizi Nasional terkait pelaksanaan program MBG di daerah tersebut. Hal ini menyoroti temuan buah basi dalam paket MBG yang diterima siswa SMP Negeri 13 Surabaya.
Kepala Keasistenan Pencegahan Maladministrasi Ombudsman RI Perwakilan Jawa Timur, Ahmad Azmi dalam keterangannya dikutip di Jakarta, Kamis (27/2/2025), mengatakan pihaknya telah menemukan beberapa kejadian yang perlu menjadi perhatian BGN dalam melaksanakan program MBG.
Catatan pertama yang diberikan terkait mekanisme pendataan MBG oleh pihak Dinas Pendidikan (Dispendik) Jawa Timur. BGN setempat seharusnya memiliki data mengenai siswa dengan alergi terhadap jenis makanan tertentu, bukan dari pihak Dispendik dan sekolah yang mengambil langkah pertama.
“Masalahnya, proses pendataan itu, terutama berkaitan dengan alergi makanan, dilakukan atas inisiatif sekolah dan Dispendik, tapi tidak didorong oleh BGN selaku penyelenggara program,” kata Azmi.
Catatan berikutnya, Azmi mengatakan distribusi MBG belum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang mendorong adanya evaluasi dari publik mengenai program yang diberikan pemerintah. Dalam hal ini, BGN dinilai tidak memberikan instrumen yang jelas untuk dievaluasi oleh para siswa sebagai penerima manfaat.
“Kami melihat di lapangan beberapa siswa tidak diberikan instrumen jelas dari BGN untuk mengevaluasi makanan yang mereka terima. Lebih seringnya, siswa menyampaikan umpan balik kepada sekolah, lalu sekolah baru menyampaikannya ke BGN. Inisiatif ini baru muncul dari sekolah,” ujarnya.
Catatan ketiga, Ombudsman menilai perlu ada alat ukur atas keberhasilan MBG. Pasalnya, MBG dianggap sebuah program pemerintah yang dilakukan untuk meningkatkan gizi anak sekolah dengan memberikan asupan yang sehat.
“Kami melihat inisiatif evaluasi ini justru muncul dari pihak sekolah, bukan dari BGN. Seharusnya ada alat ukur yang disediakan BGN untuk mengevaluasi gizi yang diterima siswa. Saat ini, keberhasilan treatment dari MBG belum disediakan oleh BGN,” terangnya.
Terakhir, Azmi mengungkap pihaknya menemukan kejadian di mana beberapa siswa mendapatkan makanan yang sudah dalam kondisi basi dan tidak layak konsumsi. Biasanya, jenis makanan yang sering didapati adalah sayur atau buah.
“Tadi ada informasi yang kami peroleh dari siswa ternyata menu MBG ada yang basi. Temuan ini lebih banyak menyangkut dua hal, yakni buah dan sayur. Hari ini kami mendapatkan informasi bahwa buah melon yang disediakan dalam keadaan basi, beberapa di antaranya sudah tidak layak konsumsi,” paparnya.(Sumber)