News  

Wow! Ini Aset dan Kekayaan Luar Biasa Keluarga Lukminto Saat Sritex Diputuskan Pailit

Bangkrutnya PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal ribuan karyawan, masih jadi sorotan.

Di tengah kabar pailit, keluarga dan anak-anak mendiang HM Lukminto, yang merupakan pendiri Sritex, tetap memiliki berbagai aset bisnis di sejumlah sektor.

Kakak beradik Iwan Setiawan Lukminto dan Iwan Kurniawan Lukminto, yang merupakan putra dari HM Lukminto, sang pendiri Sritex, diketahui memiliki berbagai aset dan bisnis yang tersebar di beberapa industri.

Mulai dari tekstil, properti, perhotelan, olahraga, hingga investasi internasional.Berikut adalah daftar aset keluarga Lukminto yang masih eksis di tengah gonjang-ganjing pailit Sritex dan PHK ribuanpekerja.

1. Bisnis Tekstil: Pilar Utama Kekayaan Keluarga Lukminto

Bisnis utama keluarga ini berawal dari industri tekstil, yang mereka kembangkan melalui PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) sejak 1966.

Sritex berkembang menjadi salah satu raksasa tekstil terbesar di Asia Tenggara, memproduksi kain dan pakaian untuk pasar domestik maupun internasional.

Perusahaan ini menjadi pemasok seragam militer untuk NATO, tentara Jerman, hingga pasukan di berbagai negara Eropa.

Selain itu, Sritex juga memproduksi pakaian untuk merek-merek global ternama seperti Uniqlo, Zara, JCPenney, New Yorker, Sears, dan Walmart.

2. GOR Sritex

Selain tekstil, keluarga Lukminto memiliki GOR (Gedung Olahraga) Sritex di Kota Solo.

GOR ini digunakan untuk berbagai pertandingan basket, bola voli, serta berbagai turnamen olahraga lainnya.

Bahkan, GOR Sritex sempat menjadi venue dalam event nasional, seperti Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII di 2024.

GOR ini juga kerap digunakan untuk konser musik dan acara besar lainnya. Meski Sritex pailit, aset ini masih tetap beroperasi.

3. Bisnis Perhotelan di Berbagai Kota

Melalui anak perusahaan PT Wisma Utama Binaloka, keluarga Lukminto juga memiliki portofolio bisnis perhotelan yang cukup luas.

Beberapa hotel yang mereka operasikan di berbagai daerah, seperti di Solo, Jogja hingga Bali.

Sejumlah hotel itu, di antaranya adalah Diamond Hotel, Grand Orchid, @Hom, Holiday Inn Express, Horison Hotel dan Solo Mansion.

Dengan aset hotel yang tersebar di beberapa kota besar, bisnis perhotelan keluarga Lukminto tetap berjalan meski Sritex mengalami kebangkrutan.

4. Tumurun Museum

Tumurun Museum adalah museum seni yang berlokasi di Solo.

Museum ini didirikan oleh keluarga Lukminto sebagai bentuk penghormatan terhadap sang pendiri, HM Lukminto, yang dikenal sebagai kolektor seni.

Di museum ini, terdapat berbagai koleksi lukisan, seni kontemporer, instalasi seni, hingga mobil-mobil antik.

Awalnya, museum ini hanya untuk konsumsi keluarga, tapi sekarang telah dibuka untuk umum dengan sistem tiket masuk.

5. Industri Kertas

Selain tekstil, keluarga Lukminto juga terjun ke bisnis industri kertas melalui PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT).

Perusahaan ini memproduksi berbagai produk kertas, seperti karton box, paper tube dan paper cone.

6. Investasi dan Perdagangan Grosir di Singapura

Tak hanya di Indonesia, keluarga Lukminto juga memiliki investasi di luar negeri.

Mereka memiliki dua perusahaan investasi dan perdagangan grosir di Singapura.

Perusahaan-perusahaan tersebut fokus pada perdagangan barang grosir dan investasi. Menambah sumber pendapatan keluarga Lukminto di luar bisnis tekstil.

7. Saham Sritex (SRIL)

Diketahui, Sritex juga mulai melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2013 dengan kode emiten SRIL.

Namun, saham perusahaan tekstil tersebut saat ini masih dalam status suspensi atau dibekukan perdagangannya di BEI.

Di luar masalah pembekuan perdagangan saham BEI itu, diketahui keluarga HM Lukminto menjadi pemegang saham yang cukup besar.

Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pemegang saham terbesar di perusahaan tersebut adalah Iwan Setiawan Lukminto, yang menjabat Komisaris Utama Sritex.

Iwan Setiawan memiliki 109 juta lembar saham atau 0,53 persen dari total saham perusahaan.

Di bawahnya ada sang adik, Iwan Kurniawan Lukminto yang memiliki saham atas nama individu sebesar 108 juta lembar. Atau setara dengan 0,52 persen.

Sementara untuk anak mendiang HM Lukminto lainnya, yakni Vonny memiliki 1,8 juta (0,01 persen). Kemudian, Margaret dan Lenny masing-masing 1 juta (0,01 persen).

Berdasarkan data perdagangan Stockbit, saham Sritex masih tercatat dengan harga Rp 146 per lembar saham, meski sudah dalam kondisi suspensi. (Sumber)