Situasi perekonomian Indonesia benar-benar di ujung tanduk. Bahkan ada yang menyebut kondisinya nyaris sama dengan era krisis 1998. Utang pemerintah mendekati Rp9.000 triliun, kurs rupiah di atas Rp16.000/US$ dan maraknya korupsi.
Dengan tingginya risiko ekonomi Indonesia, bisa jadi bahan ‘mainan’ demi meraup cuan bagi spekulan ulung sekelas George Soros. Dan hal itu diamini ekonom Yanuar Rizki saat diwawancara Inilah, Jakarta, Kamis (14/3/2025). Langkah awal Soros adalah mengganggu nilai tukar (kurs) rupiah.
“Jika ditanya motivasi Soros mengganggu ekonomi Indonesia lewat nilai tukar rupiah, ya jelas keuntungan untuk posisi hedging di masa depan. Caranya, dengan mengambil posisi di harga yang tepat di saat ini,” papar Yanuar.
Selanjutnya Yanuar mengingatkan momen saat mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhamad menyerang Soros karena dianggap biang kerok jatuhnya ekonomi Asia pada 1998.
Kala itu, Soros berkomentar, negara-negara di Asia terjebak dalam gunungan utang yang membuat perekonomiannya sulit bergerak. Kemudian, nilai tukar mata uang mereka ambruk melahirkan krisis moneter. Ditambah lagi maraknya praktik KKN, memicu gejolak sosial di mana-mana.
Selanjutnya, Soros melakukan big short dengan memborong seluruh mata uang negara-negara di Asia karena analisa ke depan, kurva Asia akan mengalami masalah di sisi pembiayaan fiskal, buntut instabilitas politiknya. Di Indonesia, hal ini terkait dengan subsidi energi dan sembako.
“Jadi, menurut Soros posisi short yang dilakukan, semata hitungan analisanya adalah saat fiskal sebuah negara jatuh oleh pelemahan nilai tukar, karena mampu bayar utang luar negeri. Maka, isu tata Kelola yang korup, membuat mata uang negara-negara Asia semakin melemah. Dan itulah profit untuk pengelola hedge fund (Quantum Fund),” kata Yanuar.
Yanuar betul. Jangan pernah remehkan Soros. Rekam jejaknya tak hanya berhasil menggulingkan perekonomian sejumlah negara di Asia, yakni Malaysia, Thailand dan Korea Selatan pada 1997-1998.
Pria kelahiran Budapest, Hongaria pada 12 Agustus 1930 itu, pernah mengguncangkan dunia pada 16 September 1992. Dia dijuluki ‘The Man Who Broke the Bank of England’ karena berhasil menjungkir-balikkan ekonomi Inggris dan sejumlah negara di Eropa.
Ya, pada 16 September 1992 yang dijuluki Black Wednesday, Soros memanfaatkan kerentanan mata uang poundsterling Inggris.
Diborongnya mata uang asing sehingga memaksa bank sentral Inggris yakni Bank of England menyerah. Alhasil, Inggris keluar dari mekanisme nilai tukar Eropa. Dalam aksi ini, Soros meraup cuan jumbo hingga miliaran dolar AS dalam hitungan hari.
Dan ingat, sebagai spekulan senior, tentu saja Soros punya jaringan hedge fund luas dan kuat. Memanipulasi sentimen pasar bukan sesuatu yang rumit baginya. Apalagi saat ini, seorang investor hedge fund ternama, Ray Dailo bisa leluasa masuk istana. Jangan-jangan satu jaringan?(Sumber)