Reliji  

Zuhud, Menjauhi Dunia Agar Lebih Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT

Zuhud diartikan sebagai sifat seseorang yang yang menjauh dari harta benda dan segala kenikmatan duniawi. Orang yang bersikap zuhud memiliki tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 77, Allah SWT berfirman tentang perintah bersikap zuhud.

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Artinya: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baik (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

Artinya: Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.

Dikutip dari buku Spiritual Enlightment karya Ikhwan Marzuqi menjelaskan bahwa seorang muslim diperbolehkan bersikap zuhud namun tetap boleh mencari harta dengan alasan untuk keberlangsungan hidup.

Arti Zuhud
Mengutip buku Hidup Sehat dan Bahagia Dalam Perspektif Tasawuf karya Muzzakir, zuhud artinya adalah perasaan yang tidak menyukai dunia dan berpaling daripadanya dari dalam hati. Oleh karena itu, zuhud dapat dicapai dengan meninggalkan segala yang bersifat keduniaan dan beribadah secara sungguh-sungguh hanya untuk Allah SWT.

Zuhud pada hakikatnya adalah merasa puas dengan perkara yang telah dimiliki, ridha degan keadaan yang ditempuh dan perkara yang tidak ada. Zuhud juga merupakan sikap yang tidak menginginkan pengganti yang berkaitan dengan kekayaan.

Orang-orang yang zuhud, mereka akan menyedikitkan hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan dan menganggap dunia hanya sementara.

Seseorang yang merasakan dirinya seorang zuhud namun masih terdapat sisa-sisa keduniaan dalam hatinya, maka mereka tidak dapat digolongkan dalam zuhud.

Menurut Abu Thalib al-Makki, ada beberapa hal yang termasuk zuhud, berikut diantaranya:

1. Zuhud dinyatakan sebagai menunggu kematian serta memendekkan angan-angan.

2. Zuhud dikategorikan sebagai tidak memakai pakaian mewah hanya sekedar untuk keperluan saja karena pakaian mempengaruhi tahap keimanan seseorang.

3. Sifat zuhud juga tidak berlebih-lebihan dalam mendirikan kediaman sebagai tempat tinggal di dunia.

4. Mencintai kefakiran dan orang fakir serta bergaul dengan mereka.

5. Meninggalkan ilmu yang sia-sia yang menjurus ke arah keduniaan serta mendorong untuk mendapatkan keagungan dan kemegahan yang mengakibatkan kelalaian terhadap Allah SWT.

6. Zuhud terhadap keduniaan dengan mencari perkara yang halal dalam makanan dan minuman serta menghindari dari hal-hal yang syubhat dan berlebihan.

Sifat Zuhud Abu Ubaidah
Dalam buku Para Panglima Perang Islam yang ditulis Rizem Aizid, seorang yang memiliki sifat zuhud adalah Abu Ubaidah. Saking sederhana hidupnya, ia bahkan tidak memiliki satu barang berharga pun di dalam rumah.

Hal ini diketahui ketika Khalifah Umar berkunjung ke rumah panglimanya itu. Padahal sebagai panglima perang, Abu Ubaidah memiliki hak atas sebagian harta rampasan perang, lalu ia bisa hidup mewah dan bergelimang harta.

Abu Ubaidah beranggapan bahwa harta dunia tidaklah penting. Ia lebih mementingkan kehidupan akhiratnya daripada kesenangan duniawi.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda dan menegaskan maksud dari zuhud. “Zuhud terhadap dunia bukanlah mengharamkan yang halal dan menyia-nyiakan harta. Akan tetapi, zuhud terhadap dunia adalah, engkau lebih percaya pada apa-apa yang ada di sisi Allah daripada apa-apa yang ada di tanganmu, dan pahala musibah yang menimpamu membuatmu lebih suka seandainya dia terus menimpamu.” (HR Tirmidzi)