Malang memiliki sebuah desa tertua yang berusia 800-an tahun, yaitu Desa Merjosari. Desa ini pernah menjadi bagian dari Kerajaan Singosari, Kediri, dan Mataram Islam, serta pernah menjadi tempat suci.
Secara administrasi, Merjosari merupakan nama kelurahan di Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Sebelum 1987, daerah ini masih bernama Desa Merjosari yang terletak di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Dalam artikel ini akan kita ulas mengenai Desa Merjosari di Malang, mulai dari asal-usul, sejarah sebagai tempat suci, hingga berbagai temuan situs bersejarah di sana.
Asal-usul Nama Merjosari
Menurut ahli purbakala Suwardono dan Rakai Hino, nama Merjosari berkaitan dengan sungai yang ada di daerah tersebut. Hal ini berdasarkan temuan data di Staatblad nomor 16 tahun 1819.
“Arti Merjosari terkait kata amrtajayasri, dengan amerta sama dengan merto. Kata merti sama dengan metro, nama sungai yang mengalir di Desa Merjosari,” kata Suwardono dalam wawancara dengan detikcom pada 9 Maret 2023.
Kedua purbakalawan itu juga mengumpulkan data di Museum Mpu Purwa dan informasi penduduk setempat. Diperoleh informasi usia Desa Merjosari adalah 809 tahun pada 2025, berdasarkan prasasti dengan tahun 1216 Masehi.
Pernah Menjadi Tempat Suci
Desa Merjosari juga diyakini pernah menjadi tempat suci. Hal ini berdasarkan temuan prasasti Kertajaya atau Merjosari II di dekat rumah petinggi Djojoredjo. Dalam prasasti itu terdapat penulisan huruf dan penanggalan Jawa Kuno yang unik.
Berbekal buku sistem penanggalan Jawa Kuno karya Louis Charles Damais, Suwandono berpendapat angka 1138 Saka pada prasasti setara dengan hari Selasa Legi 3 Mei 1216 Masehi. Ditemukan juga lukisan garudamukha sebagai segel dan pendapa yang melengkapi tulisan Kr-t-ja-ya pada prasasti.
Tanggal 3 Mei 1216 Masehi merupakan hari yang dikhususkan masyarakat untuk bertapa di hutan (wanaprasta) atau wihara. Lokasi wihara untuk tapa merupakan peninggalan Raja Kertajaya yang dibangun oleh Rakryan Manguri dengan nama wihara pertapaan Sang Apanji Durggati Rakryan Juru Baba Kaki Ganjar.
Tradisi Merjosari yang pernah menjadi tempat suci dipertahankan pemerintah dan warga setempat hingga kini. Misalnya, lewat kegiatan Bersih Desa dan doa bersama di Makam Eyang Djojo Tirto Rodjo seorang prajurit Kerajaan Mataram Islam yang pernah menguasai Desa Merjosari.
Temuan Situs Bersejarah di Merjosari
Berdasarkan informasi dari Museum Mpu Purwa, Suwardono dan Rakai Hino menemukan 12 titik lokasi benda cagar budaya (BCB) di Merjosari yang terdiri dari:
- 10 Batu Umpak, beberapa fragmen bata dan arca (Dukuh Candri-Jl. Mertojoyo Barat (Barat Masjid Al Ikhlas)).
- Arca Vyala Singa dan beberapa fragmen pondasi bata (Dukuh Sempol-Jl. Mertojoyo Barat Dalam (Perum Dinoyo Residence)).
- 2 Batu Makara (Dukuh Gandul atau Pekarangan Pak Legimin-Jl. Joyo Pranoto Merjosari berdasarkan laporan Belanda).
- Tempat Yoni berbentuk kubus polos (Perempatan jalan depan Kantor Kelurahan Merjosari).
- Tempat Yoni (belakang pos kamling Jl. Joyo Utomo Gg. IX atau sawah Mbok Ratemo berdasarkan laporan Belanda).
- Tempat Yoni dan struktur bata kuno (Jl. Mertojoyo kawasan Taman Singha dan sekarang ada di rumah Pak Hari Kurniawan alias Kibat).
- Arca Buddha perunggu (Kampus UNIGA-Jl. Mertojoyo Blok L).
- Situs Pasidikan dengan fragmen pondasi bata dan arca belum jadi (Jl. Joyo Suko Gg. II).
- Situs Urung-Urung alias Goa Bawah Tanah (sisi timur Jl. Joyo Suko).
- Situs Urung-Urung alias Goa Bawah Tanah (Jl. Joyo Tamansari I).
- Tempat Yoni (Sawah Kasin-Merjosari).
- Tempat Batu Lumpang (Sawah Kasin-Merjosari).
Titik lokasi sejarah Merjosari sebagai desa tertua di Malang ini masih bisa disaksikan masyarakat umum. Spot ini tentunya diharapkan bisa terus lestari hingga bisa disaksikan lintas generasi.