Arta Grace Monica (35), orangtua murid di Kabupaten Lebak, menggotong meja dan kursi seorang diri ke sekolah.
Arta melakukan itu sebagai bentuk tanggung jawab karena anaknya dituduh merusak kursi dan meja di kelas sehingga disuruh mengganti.
Peristiwa itu terjadi pada Senin (28/4/2025), dan video saat Arta menggotong meja dan kursi beredar luas di media sosial.
Dalam potongan video, Arta berjalan seorang diri menuju gedung SD 2 Pasir Tangkil, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak, Banten.
Saat dikonfirmasi, Arta mengaku berjalan 200 meter dari rumahnya ke sekolah.
“Karena disuruh mengganti oleh kepala sekolah di grup kelas, saya bersedia tanggung jawab,” kata Arta usai mengantarkan meja dan kursi ke sekolah, Senin.
Arta mengatakan, niat mengganti meja dan kursi muncul setelah orangtua murid ditegur oleh kepala sekolah di grup WhatsApp.
Dalam tegurannya, kepala sekolah menyebut anak-anak diminta untuk tidak merusak fasilitas sekolah dan belum tentu mau mengganti.
Adapun meja dan kursi yang dimaksud rusak merupakan tempat duduk anaknya.
“Saya tanya ke anak saya, kata anak saya itu memang sudah rusak sebelumnya, tapi saya bersedia ganti dan sampaikan di grup itu. Kepala sekolah bilang alhamdulillah kalau mau ganti,” kata Arta.
Arta kemudian membeli satu set meja dan kursi serupa secara online.
Harganya, kata dia, Rp 400.000.
“Harganya cukup untuk membeli sekarung beras,” ujarnya.
Saat meja dan kursi sudah tiba, Arta kemudian mengantarkannya ke sekolah dengan berjalan kaki seorang diri.
Arta juga membubuhkan tulisan “Meja ini dapat dibeli oleh orangtua karena disuruh mengganti” di atas meja dengan spidol hitam.
Arta mengaku sedih dengan peristiwa yang baru saja dia alami.
Namun demikian, dia juga mengaku lega karena sudah menuntaskan tanggung jawabnya.
Bupati ganti uang kursi
Sementara itu, Kepala Bidang Sekolah Dasar (Kabid SD) Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Hadi Mulya, mengatakan, peristiwa itu merupakan bentuk kesalahpahaman antara orangtua murid dan pihak sekolah.
“Salah paham, karena kepala sekolah mengimbau saja awalnya,” kata Hadi kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin.
Hadi menuturkan, kedua belah pihak saat ini sudah dimediasi dan sudah menyelesaikan kesalahpahaman ini.
Dalam mediasi itu, kata Hadi, juga hadir Bupati Lebak Hasbi Asyidiki Jayabaya yang kemudian mengganti uang pembelian meja dan kursi kepada Arta.
Adapun meja dan kursi itu kini juga sudah dikembalikan ke Arta.
Selain itu, Hadi juga mengatakan akan memberikan arahan kepada pihak sekolah agar tidak memberi imbauan atau teguran kepada orangtua murid melalui grup WhatsApp.
“Berikutnya harus bersurat resmi agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi seperti ini,” ujarnya.
Hadi juga menjamin anak dari Arta tidak akan mendapatkan tindakan diskriminatif di sekolah setelah kejadian ini.(Sumber)