Dalam Islam, menjadi kaya bukanlah hal yang tercela. Bahkan, banyak tokoh mulia dalam sejarah Islam yang memiliki kekayaan luar biasa. Yang terpenting, satu hal yang perlu kita pahami bersama: kaya itu boleh, tapi jangan jadi duniawi.
Bolehkah Menjadi Orang Kaya? Boleh Jika Dikelola dengan Iman
Islam memang mengajak umatnya untuk hidup sederhana dan menerima apa adanya. Tapi, bukan berarti Islam melarang kita untuk jadi kaya raya. Bahkan, kekayaan bisa menjadi berkah selama kita mengelolanya dengan iman. Rasulullah ﷺ bersabda:
نِعْمَ المالُ الصَّالحُ للرَّجُلِ الصَّالح
“Sebaik-baik harta adalah yang dimiliki oleh orang saleh.” (1)
Saat ini, kekayaan lebih identik kepada orang yang tidak sholih. Namun, faktanya banyak juga orang sholih yang kaya dan punya harta melimpah. Jika harta jatuh ke orang dzalim, maka bisa membahayakan. Sebaliknya, harta akan sangat bermanfaat jika berada di tangan orang-orang sholih.
Harta dalam genggaman orang beriman akan ia gunakan untuk membangun umat, membantu yang lemah, dan menegakkan kebaikan. Maka, menjadi kaya adalah karunia, selama tidak membuat kita lupa kepada Allah.
Duniawi Itu Ketika Hati Tertambat
Menjadi duniawi artinya hati tertambat pada dunia. Yang dikejar hanya kesenangan sesaat, status sosial, dan pujian manusia. Padahal, dunia hanyalah perhiasan fana yang tak sebanding dengan kenikmatan akhirat.
Allah mengingatkan kita:
وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
“Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (2)
Memang, banyak orang yang terperdaya dengan kesenangan dunia yang hanya sesaat. Oleh karena itu, jangan sampai dunia membuat kita menunda ibadah, meninggalkan shalat, atau bermewah-mewah hingga lupa zakat.
Jika harta atau hal duniawi lainnya membuat kita lupa kepada Allah, atau menurunkan level keimanan dan ketakwaan, artinya duniamu tidak berkah. Apa artinya punya banyak harta tapi tidak berkah? Hidup pun tidak akan tenang dan Bahagia.
Abdurrahman bin Auf adalah contoh teladan. Ia seorang saudagar kaya raya, tapi hidupnya penuh sedekah, rendah hati, dan tidak terikat pada kemewahan. Bahkan ketika meninggal, sebagian hartanya masih digunakan untuk perjuangan Islam.
Kaya bukan untuk dipamerkan, tapi untuk dititipkan. Karena semua akan ditanya kelak: dari mana dan untuk apa harta itu digunakan. Selama sobat Cahaya Islam mendapatkan kekayaan dengan cara yang halal dan menggunakannya pada jalan yang halal pula, maka akan aman.
Harta di Tangan, Akhirat di Hati
Sobat Cahaya Islam, menjadi kaya itu bukan tujuan utama dalam hidup. Tetapi, jika Allah memberikan kita kelapangan rezeki, jadikan itu sebagai sarana untuk lebih dekat kepada-Nya, lebih ringan membantu sesama, dan lebih luas menebar manfaat.
Tidak ada salahnya bekerja keras dan berusaha untuk jadi orang kaya. Ataupun berdoa agar Allah memberikan rezeki yang melimpah. Yang terpenting, kita tidak boleh lupa bahwa semua itu dari Allah. Maka, kita juga harus menggunakannya sesuai dengan yang Allah rihai.