Tudingan Anies Baswedan sebagai antek Amerika dan pialang oligarki kembali menjadi perbincangan di sebuah group WhatsApp. Sayangnya, tudingan tersebut jangankan bukti. Indikatornya saja sang penuding tidak bisa menyebutkan kalau Anies Baswedan antek Amerika. Malah ia menuding lagi kalau Anies Baswedan sebagai pialang oligarki.
Dalam percakapan sebuah group WhatsApp, ada seorang anggota group menuding Anies Baswedan “terindikasi proyek intelijen Amerika”. Dia juga menyebut Anies Baswedan dengan SBY seri 2.
Tentu saja penulis berupaya mengejar indikasi yang dituding tokoh tersebut dengan bertanya, kalau Anies Baswedan proyek intelijen Amerika seharusnya menang dong Pilpres 2024 kemarin? Sembari penulis meminta indikasinya agar bisa didiskusikan.
Lalu ia menjawab, Anies Baswedan ia singkat ARB kalah karena gerakan intelijen AS, Central Intelligence Agency, CIA kalah lincah dengan intelijen RRC, Kementerian Keamanan Negara (Ministry of State Security/MSS). MSS melalui akses Joko Widodo.
Untuk memperkuat argumentasinya ia dengan nada bertanya, “Siapa yang ditemui RRC begitu presiden-wakil presiden dilantik? Dengan tegas ia jawab Gibran Rakabuming Raka. Siapa yang bisa membantah kalau RRC berada dibelakang Jokowi untuk memenangkan Prabowo-Gibran?
Bahkan negara pertama yang dikunjungi Prabowo Subianto setelah dilantik sebagai Presiden ke-8 adalah RRC. Hanya berselang 18 hari setelah Presiden Prabowo resmi sebagai presiden bertemu dengan Presiden RRC, XI jinping di Beijing.
Sementara tudingan terhadap Anies Baswedan didukung Amerika sama sekali tidak ia sebutkan indikatornya. Bahkan yang bersangkutan tidak muncul lagi di group meski penulis kejar agar ia menyebutkan indikasi yang ia tuding terhadap Anies Baswedan.
Malah orang tersebut kembali muncul dengan tudingan baru. Anies Baswedan pialang oligarki. Padahal oligarki sejak tahun 2017 hingga Pilpres 2024 adalah pihak yang paling kencang menggembosi Anies Baswedan. Terakhir, di Pilkada Jakarta tahun 2024.
Bagaimana mungkin Anies Baswedan sebagai pialang oligarki sementara oligarki melalui rezim Jokowi pihak yang paling keras menjegal Anies Baswedan di Pilpres dan Pilkada Jakarta tahun 2024.
Sebagai orang yang mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024 merasakan betul bahwa tidak ada indikasi dukungan Amerika dan oligarki 9 naga terhadap pasangan calon Anies-Muhaimin di Pilpres 2024.
Para pendukung Anies Baswedan gotong royong dalam pendanaan untuk memenangkan Anies Baswedan. Kaos, spanduk, dan alat peraga kampanye lainnya dibuat secara sukarela dan bergotong royong.
Tidak ada indikasi ada bantuan asing khususnya Amerika dalam pendanaan kampanye Anies Baswedan. Kami merasakan betul pasangan calon Anies-Muhaimin “kemarau” panjang dalam hal logistik hingga hari pencoblosan. Bahkan banyak pengusaha yang takut mendukung Anies-Muhaimin.
Justru aroma tak sedap pasangan calon Prabowo-Gibran didukung oleh RRC melalui antek-anteknya di lingkaran kekuasaan Jokowi. Negara pertama yang dikunjungi oleh Prabowo setelah resmi menjadi Presiden adalah RRC. Indikasi kuat bila Prabowo-Gibran didukung oleh RRC.
Bahkan Presiden Jokowi mengerahkan sumber daya negara untuk memenangkan putra sulungnya, anak haram konstitusi, Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden.
Menuduh Anies Baswedan sebagai SBY seri 2 merupakan tuduhan keji apalagi tanpa disertai indikator dan bukti. Yang menuduh wajib membuktikan.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya setiap manusia dipenuhi tuntutannya, niscaya orang-orang akan menuntut harta dan darah suatu kaum.
Namun, penuntut wajib datangkan bukti dan yang mengingkari dituntut bersumpah.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh al-Baihaqi seperti ini dan sebagiannya ada dalam Bukhari dan Muslim)
Jangan menuduh tanpa bukti bila tidak mau disebut sebagai pendusta.
“Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta.” [QS. an-Nur: 13]
Bandung, 7 Dzulqa’dah 1446/5 Mei 2025
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis