Memberikan bantuan kepada orang lain adalah tindakan yang terpuji. Namun, sering tanpa kita sadari, cara kita membantu justru bisa melukai harga diri orang tersebut.
Membantu bukan hanya soal “memberi”, tetapi juga tentang bagaimana kita memberi, sehingga penerima tetap merasa dihargai sebagai manusia yang bermartabat. Hasil pemberian pun akan lebih bermanfaat dan berkesan.
Mengapa Harga Diri Itu Penting?
Bagi banyak orang, terutama mereka yang mengalami keterbatasan, mempertahankan harga diri adalah perjuangan harian. Bantuan yang datang dengan sikap merendahkan, mengasihani berlebihan, atau mengungkit-ungkit kebaikan, justru bisa memperdalam rasa malu dan minder mereka.
Mereka mungkin butuh uluran tangan, tetapi mereka tetap ingin dihargai sebagai individu yang punya martabat. Dan di antara seni dalam memberi adalah menguatkan, bukan mengasihani.
Ada perbedaan besar antara menguatkan dan mengasihani.
- Menguatkan berarti kita melihat mereka sebagai rekan, bukan sebagai objek belas kasihan.
- Menguatkan berarti menawarkan dukungan tanpa membuat mereka merasa kecil.
Misalnya, saat kita memberikan bantuan finansial kepada seorang teman yang kesulitan, kita bisa mengemasnya sebagai “pinjaman tanpa beban” atau “dukungan sementara”, bukan sedekah yang nantinya kita ungkit-ungkit.
Membantu Tanpa Mengumbarnya

Salah satu cara paling mulia dalam memberi adalah secara anonim. Dengan membantu tanpa mengekspos diri, kita menjaga perasaan orang yang kita bantu tetap utuh. Mereka merasa dibantu oleh tangan yang tidak menghakimi, tidak menuntut balas, dan tidak mempermalukan.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (1)
Banyak kisah dalam Sejarah, dari dermawan zaman dulu hingga orang biasa yang memilih memberi secara diam-diam demi menjaga kehormatan orang lain. Sayangnya, kebanyakan orang saat ini justru kebalikannya.
Banyak orang dengan sengaja mengekspos kebaikannya membantu sesama hingga mereka jadikan konten di media sosial. Satu sisi hal ini bisa menginspirasi banyak orang untuk ikut membantu sesama. Tapi di sisi lain juga bisa membuat niat membantu menjadi tidak Ikhlas.
Padahal, niat adalah kunci dari setiap amal. Dan apa yang akan kita dapatkan dari amal kita tergantung niatnya.
Membantu Tanpa Merendahkan dengan Bahasa Tubuh dan Kata-Kata
Ketika membantu, perhatikan juga bahasa tubuh dan kata-kata kita. Dengan menjaga Bahasa tubuh dan kata-kata, perasaan orang yang kita beri pun tidak akan tersinggung. Berikut beberapa cara menjaga Bahasa tubuh dan kata-kata saat membantu orang lain:
- Jangan berbicara dengan nada merendahkan.
- Jangan membuat mereka merasa bersalah karena menerima bantuan.
- Hindari kalimat seperti “Kasihan sekali kamu…” atau “Kalau bukan karena saya, kamu tidak bisa…”.
Sebaliknya, gunakan kata-kata yang membangkitkan semangat seperti, “Semangat ya, ini cuma sementara” atau “Saya percaya kamu akan bangkit lagi.”
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan dalam segala urusan.” (2)
Membantu tanpa merendahkan adalah bentuk tertinggi dari empati dan kemanusiaan. Itu bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan fisik orang lain, tetapi juga menjaga nyala harga diri mereka tetap hidup.
Karena pada akhirnya, dalam dunia yang penuh luka ini, membantu dengan kasih sayang dan penghargaan adalah cara kita merawat kemanusiaan itu sendiri.