Maraknya kejadian keracunan makanan yang diduga berasal dari menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi alarm keras atas lemahnya pengawasan mutu pangan yang seharusnya dijalankan oleh Badan Gizi Nasional (BGN).
Dokter dan ahli gizi masyarakat, dr. Tan Shot Yen, menilai klaim keberhasilan MBG sebesar 99,99 persen tidak bisa serta-merta dijadikan tolok ukur keberhasilan program, apalagi jika masih terjadi kasus anak-anak mengalami mual, muntah, hingga keracunan setelah mengonsumsi makanan MBG.
“Mungkin yang 99,9 persen itu hanya urusan sasaran penerima. Tapi bagaimana dengan kualitas makanannya? Transparansi hasil evaluasi MBG sejauh ini belum pernah benar-benar dipublikasikan secara terbuka,” tegas dr. Tan, kepada Inilah.com, Sabtu (10/5/2025).
Dr. Tan pun sebelumya telah mengingatkan akan bahayanya dampak keracunan makanan. Hal ini sama sekali tidak bisa dianggap sepele, mengingat sasaran pangan adalah anak-anak.
Kondisi tubuh anak yang lebih sensitif terhadap zat berbahaya menjadikan mereka lebih mudah mengalami dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, hingga komplikasi sistemik.
Dalam keterangannya kepada Inilah.com, dr. Tan Shot Yen menyoroti salah satu risiko serius dari penyajian makanan dalam program MBG yakni pada kondisi makanan yang tidak matang sempurna, khususnya daging ayam.
Temuan ayam mentah dalam menu MBG itu terjadi di sebuah sekolah di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan kalau permasalahan ini sudah masuk dalam kategori serius. Bahkan tukang masak di restoran pun katanya tidak mungkin menyajikan makanan mentah, kecuali dalam hidangan khusus seperti sashimi di restoran Jepang.
“Potongan ayam yang dimasak massal seharusnya melalui proses pemasakan dalam rentang waktu yang sesuai dengan tingkat kematangan yang telah ditentukan,” tutur Tan.
Lantas apa saja, dampak kesehatan akibat konsumsi ayam mentah atau kurang matang, dr. Tan menjabarkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Infeksi bakteri berbahaya seperti Salmonella, Listeria, Campylobacter, hingga E. coli, yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan serius.
2. Gejala keracunan makanan seperti diare, mual, muntah, dan kram perut, yang dalam kasus tertentu bisa berujung pada dehidrasi parah.
3. Gangguan metabolisme, karena daging yang belum matang sempurna sulit dicerna tubuh, sehingga menghambat pemecahan protein yang dibutuhkan untuk metabolisme.
Dengan risiko yang begitu besar, dr. Tan Shot Yen menegaskan temuan ayam mentah dalam menu MBG tidak boleh dianggap remeh.
Selain itu, dr. Tan, juga menyoroti adanya produk ultra processed food (UPF) berupa susu kemasan berperisa yang tinggi kadar gula di dalam menu MBG.
Menurut dr. Tan pangan kemasan ini cenderung mengundang kematian, ketimbang kenikmatan. Makanan atau minuman jenis ini menjadi salah satu penyebab utama obesitas, terutama karena kandungan gula, garam, dan lemaknya yang tinggi.
Selain itu, konsumsi makanan ultra-proses juga dapat mengganggu pertumbuhan dan status gizi anak, mengingat kandungan nutrisinya yang minim namun tinggi kalori.
Lebih jauh, ia juga menyoroti, makanan atau minuman kemasan cepat saji berkontribusi terhadap meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan sindroma metabolik.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular meningkat jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi.(Sumber)