News  

Soroti Penyergapan 2 Ton Sabu Senilai Rp. 5 Triliun, Akbar Faizal: Jaga Keluarga Kita

Akbar Faizal (IST)

Mantan Anggota DPR RI yang mengawali karier sebagai Jurnalis, Akbar Faizal mengungkapkan hasil temuan 2 ton sabu.

Melalui unggahan di akun X pribadinya @akbarfaizal68, ia mengungkapkan kronologi penyergapan sabu dan 2 orang yang berperan dibaliknya.

“Shabu sebanyak 2 ton berhasil disergap BNN diperairan Batam, Kepri. Terbesar sepanjang sejarah. Nilainya sekitar 5 T. Jaga keluarga kita dari ancaman narkoba. @INFOBNN,” keterangan unggahan Akbar, dilansir X Senin (26/5/2025).

Dalam lampiran video Akbar Faizal menjelaskan proses penyergapan sabu yang berhasil dilakukan, dengan menampilkan tumpukan kardus di dalam sebuah ruangan.

“Operasi penyergapan sabu 2 ton, terbesar dalam sejarah. Tumpukan kardus ini nilainya 5 triliun, ini adalah narkoba, sabu hasil operasi yang dilakukan oleh badan Narkotika Nasional dengan dukungan Bea Cukai dan Angkatan Laut,” ujar Akbar Faizal.

Menurutnya penemuannya tersebut merupakan sebuah prestasi besar yang pertama kalinya, nilainya pun bikin kaget.

“Ini sebuah prestasi besar untuk pertama kalinya jumlahnya sampai 2 ton. Kira-kira kalau kita matematika kan nilainya sekitar 5 triliun itu sama dengan anggaran BNN selama 2 tahun anggaran,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa hal itu merupakan hal yang tidak seharusnya dibanggakan karena mendapatkan dampak negatif dibaliknya.

“Tetapi yang saya mau katakan adalah secara diam-diam terjadi sebuah kesenyapan yang mematikan,” lanjutnya.

Bagaimna tidak, menurutnya dampak ini akan mengarah kepada generasi penerus bangsa apabila didiamkan begitu saja.

“Anak-anak kita terancam oleh narkoba 2 ton, barang-barang ini di dalam identifikasi BNN ini diintip dan ditempel selama kurang lebih 5 bulan,” tuturnya.

Didalam penjelasan yang disampaikan berdasarkan catatan dari tim BNN, proses operasi ini, melakukan pergerakan dari teluk Andaman di daerah Myanmar yang berasal dari sebuah negara bagian di perbatasan di Myanmar, China, dan Thailand itu bernama SAN State.

Tim Indonesia bergabung dengan menggunakan kapal-kapal yang diberi oleh negara dan kemudian dipakai untuk beroperasi.

“Akhirnya kemudian saya mendapatkan dua nama di sini sebenarnya sebagai pemain utama, pemain utama yang sudah terkenal itu bernama Freddy Pratama tidak tertangkap masih bebas dengan sekarang,” ujar Akbar Faizal.

“Tapi ada satu nama yang luar biasa menurut saya, sebuah nama perempuan Indonesia bernama Dewi Astutik,” sambungnya.

Perempuan yang bernama Dewi Astut memiliki jaringan atau koneksi di luar negeri yang sangat luar biasa, sampai ke Brazil dan Adis Ababa di Afrika.

“Kira-kira gini penjelasannya, kalau kemudian Freddy Pratama itu memiliki uang. Dewi Astutik ini sekitar 40 tahun usianya. itu memiliki jaringan,” bebernya.

Sebagai penutup, ia meminta agar pihak yang berwenang segera menindak lanjut hal tersebut, terlebih sudah ada beberapa bukti.

“Jadi pemirsa dan terkhusus kepada para pengambil kebijakan di Jakarta BNN sedang melakukan segalanya dan secara diam-diam seperti saya sampaikan tadi kita terancam,” katanya.

“Coba liat 2 ton , ini bukan kerupuk, ini bukan terigu, ini bukan gula ini narkoba mari menjaga keluarga kita,” tutupnya. (Sumber)