News  

Aura Kekuasaan Jokowi Mulai Runtuh: Dari Singgasana Presiden ke Pusaran Isu Ijazah Bodong

Pemerhati Politik dan Kebangsaan M Rizal Fadillah mengungkapkan potret suram mantan Presiden Joko Widodo. Dalam analisis tajamnya, Rizal menyebut bahwa ketika menjadi Presiden, semua masalah seolah mudah diatasi. Aparat negara, perangkat hukum, dan instrumen kekuasaan bisa dioperasikan sesuai kebutuhan. Para penjilat dan pengabdi kekuasaan hadir, mulai dari yang tulus hingga yang hanya mengejar fulus. Dekat dengan Presiden berarti modal untuk ikut berkuasa dan mengeruk kekayaan.

‘Namun, masa jabatan tak bisa selamanya abadi. Menjelang akhir periode, Jokowi disebut berusaha memperpanjang nikmat kuasa,” kata Rizal kepada Radar Aktual, Sabtu (31/5/2025).

Isu amandemen untuk tiga periode sempat dilempar, meski akhirnya gagal. Ketika partai pengusungnya, PDIP, tak merestui perpanjangan itu, Jokowi mengalihkan dukungan pada sosok lain: Prabowo Subianto, sang Jenderal yang dinilainya “lembek,” sambil menitipkan putranya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai bentuk perpanjangan kekuasaan minimal.

Tetapi, Rizal menilai Jokowi kini mulai menyadari bahwa loyalitas di sekitarnya makin longgar. Banyak yang datang dengan basa-basi, loyalis yang pura-pura, serta anak yang dinilai belum berwibawa di Istana.

“Semua itu membuat Jokowi disebut semakin gelisah. Bahkan, ikatan spiritualnya yang tipis membuatnya mencari pegangan pada simbol-simbol mistik lemah,” ungkapnya.

Salah satu pukulan terberat datang dari serangan isu ijazah. Saat menjabat dulu, isu ini sudah muncul, tetapi kini justru makin kencang saat ia sudah tidak lagi berkuasa.

Rizal menyebut Jokowi kalang kabut dan stres. Ada bahkan yang datang langsung ke rumahnya untuk menanyakan soal ijazah misterius itu. Dalam kondisi tercemar dan terhina, Jokowi akhirnya memilih melapor ke Polda Metro Jaya.

Namun, harapan agar UGM (Universitas Gadjah Mada) bisa menutupi tudingan itu dinilai gagal. Rizal menyoroti bahwa borok-borok makin terkuak, bahkan alumni UGM sendiri ikut mempertanyakan integritas kampusnya. Pelesetan “Universitas Geng Mulyono” pun muncul di tengah publik, menyakitkan bagi semua pihak.

Kini, harapan terakhir Jokowi disebut hanya bertumpu pada institusi kepolisian. Namun, ketika Dirtipidum Bareskrim Polri menyatakan ijazah Jokowi asli, Mabes Polri justru dinilai publik terjebak dalam perangkap: dinilai tidak profesional, terburu-buru, bahkan “bunuh diri.” Menurut Rizal, Jokowi sendiri yang menyerahkan “pisau” itu ke Polri, yang suatu hari bisa dipakai untuk menikam balik dirinya.

Rizal Fadillah menutup analisisnya dengan pernyataan keras: Jokowi kini dikutuk manusia sebagai orang yang tega membohongi diri sendiri. Kita belum bicara soal kutukan Tuhan, tegasnya, karena itu adalah ujung dari sebuah drama besar. Jokowi yang dulu tampil tenang dan sederhana, kini disebut mulai menua dengan sorot mata sayu dan sendu, terbebani masa lalu yang tak kunjung hilang meski antrian tamu masih terus datang.

“Terlalu banyak kisah pilu yang menempel padanya, mulai dari tuduhan pemalsuan identitas, sertifikat, hingga kemenangan yang dianggap penuh kecurangan. Semua itu kini jadi beban sejarah yang berat bagi seorang Joko Widodo,” pungkasnya.