Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya diminta tidak lagi tutup mata terhadap keterlibatan elite PBNU dalam bisnis tambang yang merusak lingkungan. Koordinator Aktivis Muda Masyarakat Umat (MU) Jakarta, Dewa Micko, mendesak PBNU segera bersikap tegas terhadap Ahmad Fahrur Rozi alias Gus Fahrur yang kini menjabat sebagai komisaris di PT Gag Nikel, perusahaan tambang yang beroperasi di kawasan sensitif Raja Ampat.
“Benar-benar aneh, PBNU selama ini diam membisu atas kerusakan lingkungan di Raja Ampat. Ternyata ada pengurusnya sendiri yang duduk manis sebagai komisaris perusahaan tambang di sana,” ujar Dewa dalam keterangannya kepada Radar Aktual, Senin (9/6).
Menurut Dewa, Gus Fahrur yang menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah PBNU 2022–2027 justru telah merusak citra ormas Islam terbesar di Indonesia itu.
“Seorang kiai seharusnya berdakwah, mengurus umat. Bukan malah sibuk main tambang dan jadi bagian dari perusahaan perusak lingkungan. Ini bukan hanya melukai hati umat, tapi juga mempermalukan institusi PBNU,” tegasnya.
Lebih lanjut, Dewa mendesak Gus Yahya untuk tidak ragu mengambil tindakan tegas berupa pemecatan terhadap Gus Fahrur demi menjaga marwah organisasi.
“Kalau PBNU ingin tetap dipercaya publik sebagai penjaga moral bangsa, jangan biarkan ada petinggi yang rakus materi. Pecat Gus Tambang sekarang juga!” serunya.
Sebagai informasi, Gus Fahrur juga tercatat sebagai Komisaris BUMD PT Panca Wira Usaha Jatim, aktif di MUI, serta menjabat di Yayasan IAI Al-Qolam Malang. Di jajaran komisaris PT Gag Nikel, ia duduk bersama tokoh-tokoh lain seperti Brigjen (Purn) Saptono Aji, Hermansyah, dan Lana Saria dari Kementerian ESDM.
Diketahui, PT Gag Nikel selama ini menuai sorotan dari aktivis lingkungan karena dinilai merusak ekosistem laut dan hutan tropis di Raja Ampat—salah satu kawasan konservasi paling penting di dunia.
“Kalau PBNU masih diam, ini bukan hanya soal lingkungan. Ini soal kredibilitas,” pungkas Dewa Micko.