News  

Kisah Di Balik Helikopter Rakitan Buruh Bengkel di Sukabumi

Seorang Pria di Sukabumi yang Berprofesi Sebagai Buruh Bengkel dengan Helikopter Rakitannya

Jujun Junaedi (42) mengaku bosan terhadap suasana kemacetan di jalan depan bengkel tempat dia bekerja sehari-hari, tepatnya di Jalan Sukabumi-Bogor, Karangtengah, Cibadak.

Pria warga Kampung Cibubuay, Desa Damareja, Kecamatan Nagrak, tersebut akhirnya memutuskan untuk mencoba merakit sebuah helikopter yang dia beri nama, Gardes JN 77 GM.

Tujuannya sederhana, warga akan mampu memiliki sarana transportasi yang hargnya terjangkau dan harapannya tak ada lagi masalah kemacetan. Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Dirakit sejak setahun lalu

Junaedi menceritakan, proses perakitan Gardes JN 77 GM sudah dilakukan sejak Agustus 2018. Dirinya mengaku hanya merakit saat hari libur atau setiap Minggu.

Semua proses sejak awal hingga berbentuk sebuah helikopter dikerjakan seorang diri atau kadang dibantu anak laki-laki pertama dan kerabat. Saat ini, proses perakitan hanya tinggal penyelesaian baling-baling utama yang masih dalam pengerjaan.

Apabila sesuai rencana, pada akhir 2019 atau awal 2020, Gardes JN 77 GM itu akan menjalani uji terbang. “Insya Allah saya inginnya pada akhir tahun atau awal tahun 2020 bisa melakukan uji terbang,” ungkap Jujun saat ditemui di rumahnya, Minggu (3/11/2019).

2. Rupa dan biaya helikopter karya Junaedi

Junaedi menjelaskan, helikopter miliknya berukuran panjang 8 meter dari kepala hingga ekor.

Lalu untuk mesin, helikopter hasil kerja kreatif lulusan STM (SMK) Siliwangi 1996 ini menggunakan mesin penggerak generator set (genset) berkapasitas besar 24 PK, 700 cc, dan dua silinder berbahan bakar premium.

Total biaya sementara perakiran helikopter dengan rangka berbahan besi hingga saat ini sudah mencapai Rp 30 juta. Meskipun tergolong pengeluaran yang besar, namun Junaedi mengaku tidak mengganggu anggaran untuk rumah tangga.

“Makanya, proses pembuatan helikopter ini lama karena untuk membeli barang yang dibutuhkan harus menunggu waktu, perlu menyisihkan. Karena kan saya tidak mau mengganggu uang dapur,” tutur pria yang saat duduk di bangku SMK itu pernah mendapatkan beasiswa.

3. Mulai dari nol, Junaedi melakukan riset untuk merakit

Junaedi mengaku, pengetahuan tentang merakit helikopter minim. Modal pengetahuan hanya apa yang didapat saat duduk di bangku STM, pengalaman kerja di bengkel alat berat serta berkonsultasi dengan sejawatnya yang mayoritas mekanik alat berat.

Untuk itu, dia pun mencari tahu dengan riset dari konten-konten video pada YouTube yang menayangkan cara-cara pembuatan helikopter. Namun, konten YouTube yang pernah dilihat dan dipelajarinya tidak maksimal.

“Kalau video dalam YouTube itu tidak ada penuntasan sampai ukuran yang diberikan. Makanya, saya harus mengolah sendiri,” tutur ayah dari tiga anak itu

4. Ingin lihat helikopter buatan pabrik dan konsultasi ke ahli

Jujun mengaku belum pernah melihat dari dekat helikopter buatan pabrikan. Alasannya, dia tidak punya akses untuk melihat helikopter dari dekat. Padahal, dia ingin sekali melihat dan mempelajari kondisi bagian dalam helikopter.

Sebenarnya dia berharap ada ahli pesawat terbang yang bisa memberikan masukan untuk penyempurnaan pembuatan helikopter meskipun prosesnya nyaris selesai.

“Saya terbuka bila ada ahli teknik penerbangan yang mau membantu penyempurnaan pembuatan helikopter ini karena saya belum pernah menumpang helikopter,” ujar dia yang sudah beberapa kali terbang menumpang pesawat terbang komersial. {kompas}