Reliji  

Sederet Contoh Peringatan Tahun Baru Islam 1447 Hijriyah Yang Islami dan Menarik

Tahun Baru Islam 1447 H akan jatuh pada Jumat 27 Juli 2025. Pada malam tahun baru tersebut, sebagian umat Islam merayakannya dengan sejumlah aktivitas. Kita dapat menemukan contoh kegiatan peringatan tahun baru Islam baik di desa maupun di kota.

Perlu diketahui bahwa penanggalan Islam dimulai dengan bulan Muharram dan berakhir di bulan Dzulhijjah. Meski sama-sama terdiri dari 12 bulan, tahun hijriah sedikit lebih pendek dibandingkan tahun masehi karena dalam setiap bulan hanya terdiri dari 29 atau 30 hari. Sementara itu, terdapat sejumlah bulan yang terdiri dari 31 hari dalam kalender masehi.

Layaknya tahun baru masehi, umat Islam pun menyambut datangnya tahun baru hijriah dengan penuh suka cita. Lantas, kegiatan apa saja yang bisa dilaksanakan untuk memperingati tahun baru hijriah atau Islam? Mari simak penjelasan lengkap di bawah ini untuk mendapatkan inspirasi lengkapnya!

Contoh Kegiatan Peringatan Tahun Baru Islam 1447 H

Dalam rangka memperingati datangnya Tahun Baru Islam 1447 H, ada sejumlah kegiatan yang dapat kita lakukan untuk memeriahkannya. Berikut ini merupakan beberapa contohnya yang dihimpun dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Kendal, Pemerintah Kabupaten Purworejo, Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara, Pemerintah Kabupaten Jember, Pemerintah Kabupaten Purbalingga, serta Pemerintah Kabupaten Sekadau.

1. Pawai Taaruf

Salah satu kegiatan yang cukup populer dalam menyambut tahun baru Islam adalah pawai taaruf. Kegiatan ini biasanya melibatkan peserta dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, organisasi keagamaan, hingga masyarakat umum. Peserta berjalan bersama-sama menyusuri rute yang telah ditentukan, seringkali dengan membawa spanduk, poster bertema Islami, atau diiringi dengan musik drumband dan penampilan budaya lainnya. Pawai ini memberikan nuansa meriah sekaligus edukatif, memperkenalkan semangat hijrah kepada generasi muda dengan cara yang menyenangkan.

Lebih dari sekadar pawai, kegiatan ini mengandung pesan simbolis tentang kebersamaan dan semangat persaudaraan dalam menyambut tahun yang baru. Dengan mempertemukan berbagai elemen masyarakat dalam satu pergerakan bersama, pawai taaruf menjadi ajang silaturahmi massal dan memperkuat rasa memiliki terhadap nilai-nilai Islam. Selain itu, aktivitas ini juga menumbuhkan kreativitas, karena biasanya diwarnai dengan kostum bertema Islami, pertunjukan seni, serta pesan-pesan moral yang dikemas dalam bentuk visual dan atraktif.

Yang tak kalah penting, pawai taaruf juga menjadi media syiar Islam di ruang publik. Masyarakat luas yang menyaksikan kegiatan ini akan tersentuh oleh semangat religius yang disampaikan secara damai dan positif. Oleh karena itu, kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi peserta, tetapi juga berdampak baik dalam menyebarkan semangat hijrah kepada masyarakat luas.

2. Pengajian dan Tausiyah Umum

Kegiatan pengajian atau tausiyah umum adalah bentuk peringatan tahun baru Islam yang sarat makna. Melalui ceramah agama yang disampaikan oleh tokoh ulama atau penceramah, umat Islam diajak merenungi kembali makna hijrah Nabi Muhammad SAW dan kaitannya dengan kehidupan saat ini. Biasanya, tema yang diangkat mencakup pentingnya introspeksi, memperbaiki diri, serta memperkuat keimanan dan ketakwaan.

Tidak jarang, pengajian ini juga dijadikan forum untuk menyampaikan pesan sosial dan moral kepada masyarakat. Selain membahas sejarah hijrah, ceramah sering kali menyentuh isu-isu aktual, seperti pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah, mempererat persatuan, dan menjauhi perpecahan. Hal ini membantu membentuk kesadaran kolektif untuk menjaga kedamaian dan kerukunan di tengah masyarakat yang beragam.

Lebih lanjut, suasana pengajian biasanya diiringi dengan doa bersama, pembacaan ayat suci Al-Quran, serta lantunan sholawat yang menambah kekhusyukan. Dalam beberapa kegiatan, pengajian juga disertai dengan santunan atau kegiatan sosial sebagai juga wadah untuk memperkuat solidaritas sosial umat.

3. Santunan Anak Yatim dan Kaum Dhuafa

Sebagai bentuk kepedulian dan praktik nyata dari ajaran Islam, kegiatan santunan anak yatim dan kaum dhuafa menjadi bagian yang sangat dianjurkan dalam peringatan tahun baru Islam. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan secara simbolis dalam acara besar seperti pengajian umum, atau secara khusus dalam acara tersendiri. Anak-anak yatim serta warga kurang mampu diberi perhatian melalui bantuan materi, bingkisan, atau uang santunan.

Makna kegiatan ini sangat dalam. Selain meringankan beban saudara sesama, ini menjadi wujud nyata dari ajaran Rasulullah SAW yang sangat memuliakan anak yatim, terlebih pada bulan Muharram yang juga dikenal sebagai waktu istimewa untuk berbagi. Memberi kepada mereka bukan hanya mendatangkan pahala, tapi juga memperkuat empati dan mengajarkan kepada masyarakat pentingnya solidaritas sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Menariknya, kegiatan santunan ini juga bisa dikombinasikan dengan acara edukatif atau hiburan yang bersifat Islami, seperti pembacaan doa bersama, penampilan hadroh, atau tausiyah singkat. Hal ini menjadikan acara lebih hangat dan menyentuh hati, serta membangun semangat kebersamaan antara penerima dan pemberi manfaat.

4. Kegiatan Budaya dan Kreativitas Islami

Di beberapa daerah, tahun baru Islam juga diperingati dengan sentuhan budaya lokal seperti pagelaran wayang kulit, kuda kepang, atau kirab hasil bumi. Kegiatan ini memperlihatkan bagaimana nilai-nilai Islam bisa berdampingan dengan kearifan tradisional masyarakat. Pagelaran semacam ini biasanya menyisipkan pesan moral Islami dan cerita-cerita yang membawa nilai kebajikan, menjadikannya alat dakwah yang mudah diterima masyarakat.

Selain menghibur, kegiatan budaya ini juga memupuk rasa cinta terhadap warisan tradisi yang bernilai luhur. Dalam konteks Islam, seni dan budaya dapat menjadi media syiar yang lembut dan efektif. Ketika dikemas dengan baik, masyarakat akan merasa dekat dengan pesan agama tanpa merasa digurui. Ini juga menjadi ruang ekspresi kreatif, baik bagi seniman lokal maupun generasi muda yang ingin berkarya dalam nuansa religius.

Tidak kalah penting, acara semacam ini menghidupkan suasana kebersamaan. Ketika warga dari berbagai dusun atau komunitas berpartisipasi membawa hasil bumi, bergotong royong, dan tampil di hadapan publik, tercipta jalinan sosial yang kuat. Inilah bentuk lain dari hijrah sosial, dari kehidupan yang individualistik menjadi masyarakat yang peduli dan saling terhubung.

5. Kegiatan Edukatif di Lembaga Pendidikan

Di lingkungan pendidikan, peringatan tahun baru Islam bisa menjadi sarana penting untuk membentuk karakter anak-anak sejak dini. Kegiatan seperti karnaval Islami, lomba cerdas cermat agama, hingga penampilan seni Islami sering kali diadakan untuk memeriahkan momen Muharram. Dalam kegiatan seperti ini, siswa tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga belajar tentang nilai-nilai agama secara kontekstual dan menyenangkan.

Pentingnya kegiatan ini terletak pada pembiasaan yang baik. Anak-anak diajak untuk memahami dan mencintai ajaran Islam melalui pengalaman langsung yang menyenangkan. Selain itu, banyak sekolah atau madrasah yang menjadikan acara ini sebagai momen untuk berbagi dengan sesama, misalnya melalui santunan anak yatim di lingkungan sekitar sekolah. Hal ini mengajarkan nilai kepedulian dan kebersamaan sejak dini.

Di bawah pengawasan guru, siswa juga dilatih untuk tertib, disiplin, dan bertanggung jawab selama kegiatan berlangsung. Selain menyambut suka cita tahun baru Islam, kegiatan ini sekaligus menjadi pembelajaran karakter yang penting bagi anak-anak.

6. Gotong Royong dan Aksi Sosial

Sebagai pelengkap kegiatan spiritual dan budaya, gotong royong dan aksi sosial juga menjadi pilihan yang sangat bermakna dalam menyambut tahun baru Islam. Misalnya, dengan mengadakan kegiatan bersih-bersih makam, tempat ibadah, atau lingkungan desa. Selain menjadi amal jariyah, kegiatan ini juga mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan merawat peninggalan para leluhur.

Lebih dari sekadar membersihkan lingkungan, gotong royong ini memperkuat rasa kebersamaan antarwarga. Orang-orang dari berbagai usia dan latar belakang ikut turun tangan, menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat. Aksi ini dapat menjadi awal dari kolaborasi lain yang lebih besar dalam pengembangan masyarakat.

Kegiatan sosial lainnya bisa berupa pengumpulan donasi, pembagian sembako, atau bantuan untuk santri dan pelajar kurang mampu. Ini menjadi refleksi nyata dari semangat hijrah, yaitu berpindah dari kehidupan yang individual ke arah kehidupan sosial yang lebih peduli dan penuh kasih sayang. Maka, melalui gotong royong dan aksi sosial, makna tahun baru Islam dapat dirasakan secara konkret oleh seluruh lapisan masyarakat.

7. Malam Tasyakuran dan Napak Tilas Desa

Selain kegiatan bernuansa massal dan edukatif, beberapa wilayah juga mengadakan malam tasyakuran sebagai bentuk rasa syukur dalam menyambut tahun baru Islam. Tasyakuran ini biasanya berlangsung sederhana dan khidmat. Acara diisi dengan tahlil bersama dan kegiatan napak tilas sejarah desa, menjadikan momentum ini tidak hanya religius tetapi juga sarat nilai historis.

Tradisi tasyakuran seperti ini mengandung makna yang mendalam. Tahlil menjadi wujud doa bersama untuk keselamatan desa dan penghormatan kepada leluhur atau tokoh yang berjasa. Sementara itu, napak tilas membuka ruang kontemplasi bagi masyarakat tentang asal-usul dan perjalanan desanya, sehingga menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah kelahiran dan mendorong semangat menjaga warisan lokal. Tak hanya itu, kegiatan ini juga mempererat ikatan sosial antar generasi. Kaum muda dan tua duduk bersama dalam suasana yang akrab dan sakral, berbagi cerita, dan belajar dari nilai-nilai masa lalu.

Nah, itulah tadi sejumlah contoh kegiatan peringatan tahun baru Islam yang dapat detikers terapkan. Semoga bermanfaat!