Bamsoet: Aklamasi Munas 2014 Bikin Golkar Pecah Jadi Pelajaran Pahit

Majunya Bambang Soesatyo (Bamsoet) sebagai calon ketua umum di Munas Golkar, awal bulan Desember masih penuh teka-teki.

Sejauh ini Bamsoet belum juga mendeklarasikan dirinya secara resmi untuk maju di Munas. Berbeda dengan Bamsoet, Airlangga Hartarto secara terang-terangan sudah menyatakan akan kembali maju sebagai calon Ketum Golkar.

Walaupun belum mendeklarasikan diri, namun tak menutup kemungkinan Bamsoet akan bertarung melawan Airlangga di Munas.

“Jadi bahasa saya walaupun saya belum menyatakan maju tapi bukan berarti saya tidak maju. Sabar saja, ini bagian dari strategi kami di tim,” kata Bamsoet di sela Rapimnas Golkar di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (14/11/2019).

Dia menambahkan, sudah ada beberapa nama yang siap maju di Munas. Untuk itu kemungkinan calon tunggal yang berujung aklamasi sangat kecil.

“Kalau lihat konstelasi yang ada, calon tidak satu. Ada Ridwan Hisjam, Indra Bambang Utoyo, kemungkinan juga ada saya. Saya belum memutuskan, bukan berarti saya tidak maju. Kita lihat perkembangan ke depan,” ucapnya.

Ketua MPR ini pun mengungkapkan bahwa Partai Golkar mempunyai pengalaman pahit dalam pemilihan Ketum Golkar secara aklamasi.

Partai Golkar pecah pada saat Munas di Bali 2014, dimana Aburizal Bakrie terpilih secara aklamasi dan melahirkan Munas Ancol dibawah kepemimpinan Agung Laksono.

“Pelajaran pahit ini harus jadi renungan kita semua. Demokrasi yang ada di Golkar jangan dibunuh, biarkan berkembang. Kalau yakin didukung mayoritas pemilik suara kenapa mesti takut lalu merancang aklamasi. Pasti demokrasi dan menang itu akan tercapai melalui pertarungan di Munas,” tegasnya.