News  

Prihanggono, Eks Preman Yang Buka Layanan Hapus Tato Tanpa Syarat di Sleman

Puluhan orang berbondong-bondong ke Warung KongSuu di Desa Widodomartani, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Senin (10/2). Mereka hendak menggunakan layanan hapus tato gratis tanpa syarat yang dibuka oleh Prihanggono atau Pri Beruntung.
Prihanggono merupakan mantan preman yang kini telah insaf dan hijrah. Pria kelahiran Kota Semarang tahun 1977 itu kemudian membuka panti asuhan di Desa Widodomartani. Di panti asuhan itu juga dibuka layanan hapus tato gratis.
Dari pantauan, antrean layanan hapus tato itu sudah mencapai 27 orang. Prihanggono yang juga pemilik Warung KongSuu menggarap dengan telaten pasiennya. Menggunakan sebuah mesin laser dia turut dibantu beberapa para santrinya.
“Alhamdulillah saya hijrah dari dulu preman, terus jadi debt collector. Alhamdulillah sudah mendirikan panti asuhan Daarul Qolbi selama enam tahun tanpa proposal tanpa meminta-minta. Kita doanya minta dipertemukan dan alhamdulillah cukup,” ujar Prihanggono.
Ada satu kisah yang membuat Prihanggono membuka layanan hapus tato tanpa syarat. Ketika itu dia didatangi ibu-ibu yang curhat bahwa anaknya yang lama minggat, pulang ke rumah dengan badan penuh tato. Rencana hapus tato urung lantaran sang anak tak mampu setor hafalan surat Alquran.
“Terus saya melihat banyak program tato yang sifatnya tapi kadang-kadang harus ada syarat harus hapal surat Alquran harus setoran hafalan surat,” sebutnya.
“Itu bagus saya mendukung tetapi waktu itu saya ada tamu ibu-ibu jam 10 malam. Anaknya itu minggat dari kelas 6 SD pulang sudah besar dan tatonya penuh,” ujarnya.
“Terus saya sarankan untuk ke teman-teman yang dakwah hapus tato gratis tapi beliau punya kendala setoran (hafalan),” jelasnya.
“Ibunya pulang, setelah seminggu dua minggu saya berpikir kalau ini nggak ada solusi berarti Islam nggak ada solusi. Karena saya melihat ini satu contoh kasus berarti di luar sana banyak lagi kasus,” ujarnya.
Prihanggono berikhtiar apa yang dia dengar ini harus ada wadah dan solusi. Dia pun membuka layanan hapus tato tanpa syarat. Tak hanya itu, orang yang tidak beragama Islam pun diperbolehkan memakai jasanya.
“Saya sebagai mantan preman saya melihat teman-teman di luar sana yang konteksnya anak jalanan atau terminal atau apa, saat mau hijrah kalau enggak ada wadah kalau ke dokter atau salon kecantikan kan mahal.”
“Ini salah satu fasilitas buat teman-teman yang hijrah juga. Makanya kita judulnya hapus tato tanpa syarat. Tidak hanya Islam di luar agama Islam boleh hapus tato. Saya ingin manfaat buat semua,” ujarnya.
Apa yang menjadi alasan Prihanggono ini cukup wajar. Musababnya, biaya hapus tato seukuran 3×4 sentimeter bisa mencapai Rp 500 ribu hingga Rp 3 juta. Dia juga memfasilitasi hapus tato gratis ini dengan tuntas lantaran dia selalu buka tiap hari di warungnya.
“Sebenarnya hari ini mulai buka layanan hapus tato tapi banyak yang antusias jadi sudah mulai kemarin Minggu (9/2),” katanya.
Prihanggono menjelaskan jangan pernah melihat seseorang dari tampilan luarnya. Siapa tahu orang tersebut calon penghuni surga. Dan siapa tahu pula orang tersebutlah yang menyelamatkan kita.
“Kelihatannya casing tatoan bakal tapi ternyata dia calon penghuni surga kan keren. Di saat kita di neraka siapa tahu terus kita ditarik ke surga kan kita lebih keren lagi,” katanya.
“Di sini ada kontak infaq mengisi boleh enggak juga boleh. Kalau mengisi harapannya buat keberkahan buat panti,” ujar dia.
Wawan Prianto (40) salah seorang peserta hapus tato dari Kasihan, Bantul mengatakan tertarik dengan program ini lantaran tak mencantumkan syarat apa pun. Dia menghapus tato di bagian lengan kanan.
“Ini kan saya tertarik karena anak saya menginfokan ada penghapusan tato. Saya sudah tua, anak masih muda jangan sampai anak saya ikut. Tidak ada biaya. Yang mengelola ini anak pondok jadi sodakoh saja,” ujarnya. 
Sementara itu Yulius (42) yang mengantar istrinya menghapus tato mengaku melihat informasi ini di Facebook. Dia mengaku memang kesulitan mencari hapus tato gratis di Yogyakarta.
Hal tersebut berbeda dengan Bandung yang banyak ditemui layanan serupa. “Terus ke sini. Kalau di Bandung banyak. Ini baru ini saya tahu.,” kata dia. {kumparan}