Hidayah Datang Justru Setelah Memalsukan Al-Qur’an

Terkadang Allah memberi hidayah kepada seseorang itu dengan jalan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ada seseorang dari kalangan non muslim yang mimpi bertemu ulama, tiba-tiba ingin masuk Islam.

Penulis juga pernah membimbing baca dua kalimat syahadat, bagi seorang Nasrani yang ada di dalam penjara (di kota Dumai) setelah menyatakan ingin masuk Islam, karena ada pengajian Maulid Nabi (SAW) di lapas, dan penulis diminta sebagai pengisi acaranya. Padahal para sipir tidak ada yang tahu sebelumnya, jika hari itu akan ada penghuni lapas yang ingin menjadi muallaf.

Ada juga yang memeluk Islam karena seringnya mendengarkan adzan, atau karena diberi kesembuhan oleh Allah setelah berobat kepada tabib muslim, atau karena menyaksikan kebalnya umat Islam Uighur dari serangan virus Corona, sehingga warga Komunis China beramai-ramai menyatakan masuk Islam, dan lain sebagainya.

Termasuk informasi yang tidak disangka-sangka, tentang ada seorang Yahudi yang menyatakan masuk Islam, justru setelah memalsukan ayat-ayat Alquran dengan sengaja.

Imam Yahya bin Aktsam berkata: “Ketika masih menjadi seorang Amir, Al- Ma’mun mempunyai sebuah majelis pertimbangan. Di antara para hadirin ada seorang lelaki Yahudi yang berpakaian bagus, berwajah ganteng, dan berbau harum. Orang Yahudi itu dapat berbicara dengan baik.

Ketika majelis bubar, Al- Ma’mun memanggilnya dan bertanya kepadanya, “Apakah engkau seorang Yahudi?”. Orang itu menjawab, “ Ya“. Al- Ma’mun berkata, “Masuklah ke dalam agama Islam supaya aku perlakukan engkau sebagai muslim.” Orang Yahudi itu berkata, “Aku tetap dalam agamaku dan agama bapak-bapakku.” Kemudian ia pergi.

Setahun kemudian, orang Yahudi itu datang lagi dan sudah masuk Islam. Ia berbicara tentang fikih dengan pembicaraan yang baik. Ketika majelis itu bubar, Al- Ma’mun memanggilnya dan bertanya, “Bukankah engkau teman kami yang dulu?”. Orang itu menjawab, “Ya”. Al-Ma’mun berkata, “Apa yang menyebabkan kamu masuk Islam?”.

Orang Yahudi itu menjawab, “Setelah aku meninggalkan majelismu, aku ingin menguji agama-agama ini. Sebagaimana tuan ketahui, aku mempunyai gaya tulisan yang bagus. Maka aku mengambil kitab Taurat, selain kutulis tiga naskah dan aku tambahi serta aku kurangi dalamnya. Kemudian aku masukkan Taurat itu ke dalam gereja dan dibeli orang dariku.

Kemudian aku mengambil Injil, lalu aku tulis tiga naskah aku tambahkan dan aku kurangi di dalamnya, lalu aku memasukkannya ke dalam kuil dan dibeli dariku. Kemudian aku mengambil Al-Qur’an dan aku menulis tiga naskah. Aku tambahkan dan aku kurangi di dalamnya, aku membawanya kepada para penjual naskah (Al-Qur’an), lalu mereka memeriksanya.

Ketika mereka menemukan adanya tambahan dan kekurangan di dalamnya, mereka pun menolaknya dan tidak mau membelinya. Maka tahulah aku bahwa ini adalah kitab yang terpelihara. Inilah menyebabkan aku masuk Islam. Karena pembeli Taurat dan Injil tidak mengetahui bahwa tulisan itu sudah ditambah dan dikurangi sedangkan Al-Qur’an spontan dapat diketahui, betul-betul dijaga oleh Allah.”

K.H. Luthfi Bashori (Sumber)