News  

Ahok Marah Besar Pada Sunny Tanuwidjaja, Ini Penyebabnya

Ahok dan Sunny Tanuwidjaja

Hubungan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan mantan stafnya, Sunny Tanuwidjaja, tak lagi dekat setelah kasus suap reklamasi Teluk Jakarta diungkap Komisi Pemberantasan Korupsi.

Basuki kerap gusar ketika mengingat rekaman sadapan pembicaraan Sunny dan Mohamad Sanusi, terdakwa suap reklamasi Teluk Jakarta, yang diperdengarkan dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, pada 25 Juli 2016.

Saat itu, ia menyadari bahwa Sunny menelepon Sanusi dari dalam ruang kerja Gubernur DKI. “Gue marah besar,” kata Ahok dalam Majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2020 dengan judul “Pecah Kongsi Seusai Reklamasi”.

Sunny diduga menjadi penghubung antara pengembang reklamasi dan Ahok. Richard Halim Kusuma, CEO Supporting Property Agung Sedayu Group, pengembang pulau reklamasi, kerap menyampaikan pesan ayahnya, Sugianto Kusuma alias Aguan, kepada Ahok melalui Sunny.

Kisruh seputar kasus reklamasi itulah yang membuat hubungan keduanya merenggang. Sejak itu, Sunny tak pernah terlihat di Balai Kota DKI. Padahal, sebelum itu, ke mana pun Ahok pergi, pasti ada Sunny di sebelahnya.

Hubungan Ahok dan Sunny juga makin runcing setelah Tempo merilis temuan terkait Teman Ahok pada Juni 2016. Dalam laporannya, Tempo menuliskan dugaan kongkalikong antara beberapa orang di Teman Ahok dengan pengembang.

Teman Ahok memang dibuat untuk mendukung Ahok maju sebagai calon independen dalam Pilgub DKI 2017. Tulisan ini pun pernah digugat ke Dewan Pers. Tempo sudah berkali-kali menghubungi Sunny untuk meminta konfirmasi namun belum dibalas.

Setelah perkara reklamasi dan laporan Tempo tentang Teman Ahok mencuat, situasi di Balai Kota berubah. Staf Ahok terbelah menjadi dua kubu. Satu kubu ada di pihak Sunny, satu pihak ada di kubu Ahok. “Pecah, udah kayak musuh-musuhan,” kata Ahok.

Kedekatan Ahok dan Sunny Tanuwidjaja bermula dari sebuah hajatan mahasiswa Indonesia di Chicago, Amerika Serikat, pada 2010-an. Mahasiswa Indonesia di kota itu mengundang Ahok, yang waktu itu masih menjadi anggota Fraksi Golkar di Dewan Perwakilan Rakyat, untuk berceramah.

Dalam pertemuan selama lima hari itu, bersualah Ahok dengan Sunny, yang menempuh pendidikan doktoral di Northern Illinois University. Kepada Ahok, Sunny bercerita sedang menyelesaikan disertasi politik. “Dia ingin ketemu banyak orang,” ujar Ahok.

Sejak itu, Ahok kerap “menenteng” Sunny ke mana-mana. Sampai akhirnya Joko Widodo dan Ahok memenangi pemilihan Gubernur DKI 2012 dan berkantor di Balai Kota, hubungan Ahok dan Sunny makin intens.

Tak cuma mengamati kegiatan Ahok berpolitik, tugas Sunn bertambah menjadi pengatur jadwal kegiatan Ahok. {tempo}