Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) belum menyerah untuk mengubah format skor pertandingan yang sudah ada dari 21×3 gim (best of three) menjadi 11×5 gim (best of five).
Sebelumnya, mayoritas negara anggota BWF menolak perubahan sistem skor tesebut pada BWF Annual General Meeting (AGM) yang berlangsung di Bangkok, Thailand, pada 19 Mei 2018.
Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh beberapa negara Asia lainnya. Tetapi, pembicaraan tentang perubahan skor telah muncul kembali oleh Presiden BWF Poul-Erik Hoyer sejak dia memimpin BWF pada 2013.
Hoyer telah mengungkapkan dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan sebuah stasiun televisi milik pemerintah Denmark, TV2 Denmark.
Hoyer mengatakan dalam wawancara tersebut bahwa ia masih memiliki keinginan mendalam untuk mengubah sistem poin saat ini. Menurut dia, poin saat ini dianggap terlalu lama dan kurang menarik bagi penonton.
Perubahan itu, kata peraih medali emas tunggal putra Olimpiade Atlanta 1996 tersebut adalah salah satu dari beberapa langkah untuk memastikan bahwa bulu tangkis dapat mengimbangi cabang olahraga lain di tingkat internasional.
“Ada satu hal pasti yang membuat saya ingin mengubah sistem skor. Saya pikir kami menjadi terlalu konservatif. Kami stagnan,” kata Hoyer kepada TV2 Denmark yang dilansir BolaSport.com dari The Star.
Format skor 21×3 saat ini telah digunakan sejak diperkenalkan pada 2006 untuk menggantikan sistem skor 15×3.
BWF telah mencoba gagasan itu dan bereksperimen dengan format skor 11×5 pada turnamen tingkat bawah pada tahun 2014.
Namun, pada pertemuan tahunan di Bangkok pada 2018 proposal pengubahan format skor tersebut baru diajukan dalam pemungutan suara oleh anggota asosiasi.
Proposal itu mendapat dukungan suara terbanyak saat. Tetapi, tidak mendapatkan mayoritas dari jumlah 2/3 suara atau 168 suara yang diperlukan untuk melakukan perubahan skor.
Sebanyak 129 Negara memilih format skor diubah, sementara 123 negara yang sebagian besar negara-negara Asia menentang perubahan tersebut.
Hoyer percaya itu masih akan menjadi masalah besar, bahkan jika dia berharap untuk memunculkan ide dalam diskusi AGM mendatang.
“Saya perlu menemukan mayoritas 2/3 (dua pertiga) wakil untuk mengubah skor. Saya sebenarnya memiliki dukungan, tetapi saya tidak berpikir jumlahnya mencapai 2/3 suara,” ujar Hoyer.
“Selama saya menjadi satu-satunya orang yang menjalani format tersebut, itu tidak cukup.”
Sejumlah pemain top menentang format perubahan skor baru ini pada 2018.
Tunggal putra Denmark, Viktor Axelsen, mengatakan bahwa format 11×5 akan menguras fisik pemain karena seorang pemain tidak harus kuat secara fisik untuk memenangkan pertandingan.
“Format ini akan terasa membosankan. Saya menikmati dan berkembang dari segi fisik selama pertandingan,” kata Axelsen.
Tunggal putra asal China, Lin Dan, pada 2014 juga menyatakan ketidaksukaannya dengan wacana perubahan skor.
“Saya tidak suka itu. Saya tidak berpikir membuat perubahan seperti ini baik untuk permainan. Tidak ada yang salah dengan sistem saat ini.” {bolasport}