News  

WHO: Herd Immunity Untuk Hadapi Virus Corona Adalah Konsep Berbahaya

Badan Kesehatan Dunia ( WHO) mengecam teori herd immunity terkait wabah virus corona, menyebutnya sebagai “konsep berbahaya”.

Herd immunity atau kekebalan kelompok adalah istilah epidemiologi, pada dasarnya menjelaskan bagaimana populasi terlindungi dari wabah tergantung seberapa banyak yang sudah divaksin.

Misalnya, ketika 90-95 orang dari populasi itu divaksin, seharusnya itu sudah cukup melindungi kalangan yang tidak bisa mendapat inokulasi.

Seperti contohnya adalah bayi yang belum mencapai usia untuk bisa diimunisasi, sebagaimana dibeiitakan The Telegraph Selasa (12/5/2020).

WHO menerangkan, keputusan untuk mengimplementasikan konsep herd immunity di tengah virus corona sangatlah berbahaya, dan menekankan “tidak ada yang selamat sebelum semuanya selamat”.

Dr Mike Ryan, direktur eksekutif program darurat kesehatan organisasi PBB itu dalam konferensi pers di Jenewa berujar, manusia bukanlah kawanan ternak.

“Ini adalah penyakit serius. Ini adalah musuh publik nomor satu. Kami mengatakannya lagi, lagi, dan lagi,” papar Dr Ryan.

Dia menuturkan tidak ada yang selamat hingga semua populasi selamat, dan mengaku khawatir jika ada negara yang sampai menerapkan konsep ini.

Ryan mengaku tidak bisa membayangkan jika ada negara yang “secara ajaib” bisa mengatasi wabah itu berbekal pemahaman kekebalan kelompok.

“Ini adalah kalkukasi yang sangat berbahaya. Saya tidak yakin jika ada negara yang berani membuat keputusan ini,” papar dia.

Ryan menjelaskan, setiap negara tentunya bakal memerhatikan semua warganya karena mereka menghargai kehidupan setiap individu.

Dia meyakini, negara-negara akan sekuat tenaga melindungi kesehatan rakyatnya sementara di saat bersamaan, melindungi ekonomi mereka.

“Tentunya kita harus memastikan sudah mendapat prioritas yang benar ketika memasuki fase lanjutan dalam perang melawan wabah ini,” kata dia.

Dr Maria Van Kerkhove, koordinator teknis respons WHO atas virus corona berujar, dari investigasi awal, diketahui bahwa populasi yang terinfeksi berada dalam tingkatan sangat rendah.

Dr Van Kerkhove mengtaakan, nampaknya terdapat pola yang konsisten bahwa sejumlah kecil orang mempunyai antibodi atas patogen ini.

Dia menjabarkan data ini penting untuk menguji seberapa ampuh klaim herd immunity jika diterapkan ke masyarakat dalam skala besar.

“Anda pikir saja, berapa banyak imunitas yang dibutuhkan oleh populasi tersebut untuk saling melindungi,” paparnya dalam jumpa pers.

Dia mengaku pihaknya tidak tahu persis berapa tingkatan yang dibutuhkan bagi masyarakat agar sukses dalam menerapkan situasi kekebalan kelompok. {kompas}