Kemarahan Risma Cermin Ketidakmampuan Kepala Daerah Tangani Krisis

Sikap emosional yang ditunjukkan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini saat merespons pengalihan mobil laboratorium dari BNPB ke wilayah lain disayangkan banyak pihak.

Menurut pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas), Andi Yusran amarah yang disampaikan Risma tak patut ditonjolkan oleh seorang kepala daerah terlebih disampaikan di depan awak media.

“Marah adalah bentuk perilaku yang buruk dalam komunikasi kebijakan,” kata Andi Yusran kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (31/5).

Ia sependapat bila seorang kepala daerah harus memiliki ketegasan. Namun seorang leader bila merasa tidak puas di dalam satu sistem, selayaknya bersifat internal dan tak perlu dipublikasi.

“Jika itu terbuka ke ruang publik maka hanya akan mengganggu citra laku pemerintah bahwa pemerintah baik pusat dan daerah tidak cakap menangani krisis,” urainya.

Terkait dengan persoalan mobil laboratorium, Pemprov Jatim sendiri telah memberikan penjelasan bahwa pengalihan dua mobil laboratorium ke berbagai daerah tersebut berdasarkan pertimbangan kebutuhan dan penjadwalan. Hal inilah yang kemudian menjadi kritikan bagi Risma.

“Sebagai orang yang berada di posisi level ketiga dalam struktur pemerintahan, Risma seharusnya sadar dan lebih mengintensifkan kordinasi dengan Gubernur Jawa Timur dalam hal penanganan pandemik Covid-19, termasuk dalam hal pemenuhan peralatan tes,” tandasnya. {rmol}