News  

Diisukan Jadi Kepala KSP Gantikan Moeldoko, Ini Tanggapan Fahri Hamzah

Politikus Partai Gelora Fahri Hamzah memberikan tanggapan terkait adanya kabar dirinya akan diangkat menjadi kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) menggantikan Moeldoko.

Kabar itu beredar setelah Fahri Hamzah menghadap Presiden Joko Widodo pada Senin (20/7/2020) kemarin. Dalam akun Twitternya, Fahri Hamzah menyebut dirinya akan memilih menjadi ‘rakyat’.

“Ijinkan saya menjadi rakyat. Menikmati kebebasan dan kenikmatan memeluk tanah, laut dan hutan. Menghirup udara desa yang bersih dan menjadi sahabat nelayan dan petani,” tuli Fahri Hamzah membalas sebuah postingan yang menyebut ia akan menggantikan Moeldoko.

Fahri Hamzah sebelumnya menuai kritik atas kunjungannya menghadap ke presiden Joko Widodo. Pasalnya, selama ini Fahri begitu kritis dengan pemerintah.

Namun, di pihak lain menganggap kedatangan Fahri Hamzah dan petinggi Partai Gelora menghadap presiden adalah hal biasa.

Fahri sendiri menyebut kunjungannya ke presiden Jokowi hanya untuk bersilaturahmi.

Tanggapi kalung anti corona

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengklaim kalung kayu putih produk Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mampu membasmi Virus Corona.

Merespons hal itu, mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah meminta Kementan diberikan kesempatan melakukan riset dan inovasi dalam penanganan Covid-19.

Menurutnya, temuan tersebut tidak boleh menjadi bahan ejekan, lantaran bisa saja vaksin ditemukan di Indonesia yang memilki jutaan tanaman herbal.

Hal itu ia sampaikannya dalam live IG Viva bertajuk ‘Indonesia di Mata Fahri Hamzah’, Senin (6/7/2020).

“Kan gini, di rumah saya itu ada tanaman yang ditakuti oleh nyamuk. Katakanlah virus itu adalah semacam nyamuk dalam bentuk yang tidak tampak, lebih kecil, mungkin dia (Virus Corona) ada rasa takut dengan bau-bau tertentu.”

“Ya mungkin saja, tapi jangan mencemooh, biar saja dia buktikan,” kata Fahri Hamzah.

“Jangan-jangan obat ini memang nanti akan ditemukan di Indonesia yang kaya raya, lautnya kaya, hutannya kaya, herbalnya kaya, memang jangan-jangan ketemunya di kita. Biarkan, jangan mencemooh,” imbuhnya.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia ini menyarankan agar lembaga riset melakukan penelitian lebih lanjut terkait kalung eucalyptus itu.

Ia meyakini bukan tidak mungkin, vaksin Virus Corona yang saat ini sedang diteliti di seluruh dunia ternyata ada di Indonesia. Fahri Hamzah juga meminta pemerintah untuk mendukung riset dan inovasi yang dilakukan anak bangsa.

“Jangan-jangan itu memang temuan lalu dicek suruh ke WHO, tapi WHO ini kan konspiratif. Suruh itu lembaga Eijkman kita, suruh itu Biofarma cek benar atau tidak.”

“Jangan negara sok tahu, sok negara doang yang bisa ngerjakan ini, rakyat tahu ada jamu, ada empon empon, ada akar kayu, ada segala macam.”

“Ini keajaiban obat-obatan lokal kita ini belum kita ungkap banyak. Itu yang saya kira jadi salah satu PR kita ke depan,” papar Fahri Hamzah.

Bukan Antivirus

Kepala Balitbangtan Kementerian Pertanian Fadjry Djufry menegaskan, persepsi masyarakat soal tumbuhan eucalyptus dapat membasmi Covid-19, tidak tepat.

Dia menjelaskan, eucalyptus yang dikembangkan menjadi produk di antaranya kalung aromaterapi, minyak roll on, balsem, oil diffuser, dan inhaler, sebagian sudah mendapat izin BPOM.

“Kalung aromaterapi, inhaler, dan roll on yang sudah mendapat izin edar BPOM. Ini memang bukan untuk antivirus karena prosesnya panjang, izin ini jamu,” kata Fadjry dalam konferensi pers virtual, Senin (6/7/2020).

Dia kemudian menegaskan tidak pernah mengklaim produk bahan alam ini bisa membasmi Covid-19.

“Kita anggap ini berpotensi terkait penghambat penyebaran Virus Corona. Kita menerima saran dan masukan. Kita sudah menyampaikan juga tidak over klaim,” tuturnya.

Menurutnya, untuk dinyatakan sebagai produk yang bisa mengatasi Covid-19, memerlukan waktu yang tidak sebentar, harus masuk ke tahap uji klinis.

“Bohong sekali kalau kita ini bilang sudah uji klinis, karena butuh waktu sampai 18 bulan, bisa 12 bulan, itu pun banyak sekali mekanismenya,” paparnya.

Fadjry menerangkan, Balitbangtan sudah puluhan tahun melakukan pengembangan dari komoditi sejenis eucalyptus.

Hasil penelitian Balitbangtan juga sudah terbukti berhasil untuk vaksin flu burung. “Tahun 2006 kita sudah menghasilkan vaksin flu burung,” terangnya.

Menurut Fadjry, minyak atsiri aucalyptus citridora eucalyptus dikenal mampu bekerja melegakan saluran pernapasan.

Juga, menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut.

Dalam skala laboratorium, lanjutnya, punya potensi menekan perkembangan virus, dan ini akan melalui tahap uji coba hewan dan seterusnya.

Fadjry Djufry mengungkapkan, pihaknya segera menyiapkan tim untuk pengembangan riset produk eucalyptus, dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI).

“Kita akan segera bikin timnya, MoU juga kita siapkan,” kata Fadjry dalam konferensi pers virtual, Senin (6/7/2020).

Fadjry menekankan, produk eucalyptus ini sudah melalui uji laboratorium dan hasilnya berpotensi membasmi Virus Corona model bukan Covid-19.

“Ini kan aksesori kesehatan, kita bisa hirup, dan secara laboratorium bisa membunuh Virus Corona di sekitar kita,” terangnya.

Selain itu, produk eucalyptus juga sudah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dalam izinnya, BPOM juga tidak menyebut produk eucalyptus bisa menghilangkan Covid-19.

Namun, pihaknya yakin kalung tersebut mempunyai potensi untuk membunuh Virus Corona. “Kita tidak overclaim, memang izin dari BPOM tidak menyebut antivirus, karena memang harus melalui tahapan,” katanya.

“Klaim produk kita ini memang sebatas apa yang menjadi izin dari BPOM, tapi secara laboratorium ini berpotensi untuk membunuh Virus Corona,” terang Fadjry lagi.

Pada kesempatan yang sama, Dekan FK UI Prof Ari Fahrial Syam mengapresiasi upaya Balitbangtan memanfaatkan hasil alam eucalyptus sebagai produk melawan Virus Corona.

Dia memandang harapan masyarakat begitu besar ketika disampaikan ada bahan alam yang bisa mengatasi pandemi.

“Saya rasa ini kan sama untuk mengatasi penyakit sejenis Corona yang digunakan sehari-hari dari bahan minyak kayu putih. Kami rasa perlu atau siap untuk bekerja sama melanjutkan riset ini,” ucap Prof Ari.

Prof Ari menambahkan, nantinya eucalyptus akan dikembangkan di Indonesian Medical Education Research Institute (IMERI-FK UI).

“Kita akan melakukan kegiatan menemukan vaksin seperti identifikasi virus. Saya rasa kita semua berharap Indonesia punya bahan alam yang terbukti menjadi khasiat dari virus,” cetusnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengklaim kalung kayu putih produk Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), mampu membasmi Covid-19.

Hal itu ia sampaikan dalam pertemuan dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), usai membahas lumbung pangan nasional atau food estate di Jakarta, Jumat (3/7/2020).

“Ini hasil Balitbangtan, sudah lewat laboratorium, teruji ampuh membunuh virus dalam pemakaian 15-30 menit,” kata Menteri SYL kepada awak media.

Mentan meyakini kemungkinan Virus Corona hilang dengan kalung minyak kayu putih ini mencapai 42 persen hingga 80 persen, tergantung dari durasi pemakaian.

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu juga menyebut Balitbangtan sudah memproduksi karya lain, yakni minyak atsiri dalam kemasan roll on. “Ini kalau kita kena iris pisau kemudian berdarah, kasih ini bisa tertutup luka,” jelasnya.

Di kesempatan tersebut, jajaran eselon I Kementerian Pertanian yang mendampingi Menteri SYL, tampak kompak mengenakan kalung minyak kayu putih tersebut.

Mentan juga memberikan kalung tersebut kepada Menteri PUPR Basuki Hadimuljono usai pertemuan.

Sebelumnya, Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufry mengatakan, pihaknya telah memproduksi anti Virus Corona, namun masih sebatas sampel atau prototipe.

Formula ini dibuat dari bahan kandungan minyak tanaman atsiri (eucalyptus). Antivirus ini dibagi menjadi lima jenis produk, yakni roll on, inhaler, balsam, kalung, serta aroma terapi tetes.

Tiga di antaranya telah dipatenkan, termasuk antivirus jenis aroma terapi. “Balitbangtan sudah berhasil memproduksi antivirus Eucalyptus, namun masih prototipe.”

“Produk yang sudah berhasil dipatenkan ada tiga jenis, yang aroma terapi, inhaler, dan sebuk (kalung),” ujar Fadjry lewat keterangan tertulis.

Ia kemudian menjelaskan, proses penelitian terhadap potensi yang dimiliki tumbuhan herbal telah dilakukan sejak tiga bulan lalu, tepatnya sejak Februari 2020.

Namun, dari banyaknya tumbuhan herbal yang diteliti, hanya pohon atsiri dengan spesies Eucalyptus Citriodora dan Eucalyptus Globulus yang memiliki kandungan terbaik dan dianggap efektif digunakan sebagai antivirus.

“Balitbangtan sudah 3 bulan ini meneliti potensi beberapa tumbuhan herbal, dan yang paling ampuh adalah dari pohon atsiri,” terang Fadjry. {tribun}