Agustus, Bulan Terpenting Untuk Indonesia dan Dunia Bulutangkis Tanah Air

Tahun 2020 kini sudah memasuki bulan Agustus. Bulan ke delapan dalam kalender tahunan tersebut merupakan momen spesial untuk Indonesia, sebab Agustus adalah bulan di mana Tanah Air berhasil merdeka.

Kejadian itu tepatnya terjadi pada 17 Agustus 1945 silam, di mana para pejuang Tanah Air berhasil membebaskan diri dari penjajahan dan memproklamirkan bahwa Indonesia adalah negara yang merdeka.

Tentunya sampai saat ini setiap tanggal 17 Agustus semua rakyat Indonesia selalu merayakan hari jadi Indonesia tersebut.

Tapi tahukah Anda bahwa Agustus pun adalah bulan yang spesial untuk dunia bulu tangkis Tanah Air? Sebab pada bulan Agustus-lah Indonesia melalui cabang olahraga (Cabor) bulu tangkis mampu meraih medali emas untuk pertama kalinya di ajang olimpiade.

Momen itu tepatnya terjadi pada gelaran Olimpiade 1992 yang dihelat di Barcelona. Berlangsung sedari 28 Juli sampai 4 Agustus 1992, ajang empat tahunan itu untuk pertama kalinya memasukan cabor bulu tangkis ke dalam perebutan medali emas.

Tentunya kehadiran bulu tangkis itu lantas membuat Indonesia memiliki sebuah harapan bahwa medali emas bisa mereka bawa. Dan benar saja, medali emas pertama Indonesia akhirnya mampu diraih di ajang Olimpiade Barcelona 1992 itu melalui cabor bulu tangkis.

Tak hanya satu, tapi dua medali emas berhasil diraih oleh Indonesia. Dua medali emas itu tepatnya disumbangkan oleh Susy Susantio dan Alan Budikusuma yang tampil luar biasa sehingga mampu mencetak sejarah baru untuk Indonesia.

Susy dan Alan memberikan emas pertama kalinya untuk Indonesia di ajang olahraga multievent itu usai Tanah Air berkompetisi di turnamen tersebut selama 36 tahun lamanya.

Jadi, karena itulah Agustus selalu dikenang selain karena bulan kemerdekaan Indonesia, tapi juga menjadi bulan yang spesial untuk cabor bulu tangkis Tanah Air.

Pada ajang Olimpiade Barcelona 1992, Susy memang menjadi andalan Merah Putih untuk meraih medali emas. Sebab peman kelahiran Tasikmalaya itu merupakan satu-satunya wakil Indonesia yang ditempatkan pada unggulan pertama. Sementara itu Alan hanya ditempatkan pada unggulan 5/8.

Tak terbendung, Susy pun berhasil melangkah ke final dan bertemu Bang Soo-hyun asal Korea Selatan yang berlangsung pada 4 Agustus 2018.

Sejumlah lawan pun mampu dilewati dengan baik oleh Susy yang begitu perkasa sejak babak-babak awal. Beberapa nama seperti Kohhara Harumi (Jepang), Wong Chun Fan (Hong Kong), dan Huang Hua (China), mampu ia lewati untuk menapaki laga final.

Sementara cerita berbeda dialami Alan. Lima lawan harus dihadapi Alan sebelum akhirnya melangkah ke partai final.

Koh Leng Kang Donald (Singapura), Kukasemkij Sompol (Thailand), Antropov Andreij (Rusia), Kim Hak Kyun (Korea Selatan), dan Stuer Lauridsen (Denmark), berhasil dilewati lawan untuk jumpa rekan senegaranya Ardy B. Wiranata di laga pamungkas.

Bertemunya Ardy dan Alan pun sejatinya sudah bisa memastikan bahwa Merah Putih untuk pertama kalinya meraih medali emas di ajang Olimpiade. Tetapi Susy menjadi orang pertama yang secara resmi mempersembahkan medali emas untuk Indonesia di pesta olahraga terbesar di dunia itu.

Menghadapi Bang yang merupakan unggulan keempat, Susy mendapat perlawanan ketat. Set pertama, Susy harus mengakui keunggulan Bang dengan skor 5-11.

Akan tetapi, ia menunjukkan semangat tingginya untuk bisa mempersembahkan medali emas pertama pada set kedua dan ketiga. Hingga akhirnya set kedua dan ketiga pun menjadi milik Susy setelah memenangi set kedua dan ketiga dengan skor 11-5 dan 11-3.

Tangisan haru pun memenuhi wajah Susy yang tak kuasa menahan rasa kebanggaannya. Bang yang menempatkan shuttlecock di luar garis permainan, membuat wanita kelahiran 11 Februari 1971 itu mencetak sejarah bagi Indonesia.

Bahkan matanya berkaca-kaca ketika bersalaman dengan sang lawan dan wasit.

Belum sampai di situ, Indonesia pun menantikan emas kedua yang masih belum tahu akan dipersembahkan oleh Ardy atau Alan. Ardy sendiri menjadi nama yang difavoritkan, karena menempati unggulan 3/4.

Akan tetapi, hal tersebut tak membuat Alan menyerah. Seakan termotivasi dengan jejak sang kekasih, Alan mampu mengawinkan emas Olimpiade bersama Susy setelah memenangi pertandingan atas Ardy dengan skor 15-12 dan 18-13.

Momen itu bahkan menjadi momen yang tak terlupakan karena tidak hanya membanggakan bagi Indonesia, tetapi keduanya.

Alan-Susy pun kerap disebut ‘Pengantin Olimpiade’ yang pada akhirnya pasangan kekasih untuk meneruskan hubungan hingga ke jenjang pernikahan pada lima tahun berikutnya.

Kejayaan bulu tangkis Indonesia itu pun mengantarkan Merah Putih duduk di posisi 24 klasemen akhir dengan koleksi dua emas, dua perak dan satu perunggu.

Kelima medali tersebut pun semuanya dipersembahkan melalui bulu tangkis. Dua perak dipersembahkan Ardy dan ganda putra Eddy Hartono/Rudy Gunawan. Serta satu perunggu dipersembahkan Hermawan Susanto di nomor tunggal putra.

Keberhasilan itu membuat nama Indonesia kian diperhitungkan di Olimpiade. Sejak saat itu, tradisi emas Indonesia di Olimpiade tidak pernah terlewatkan dari cabor bulu tangkis.

Akan tetapi, pada Olimpiade 2012, Merah Putih harus gagal melanjutkan tradisi emas tersebut, sebelum akhirnya dikembalikan lagi pada 2016 lewat pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di Olimpiade Rio Janeiro. {okezone}