News  

IDI Catat 111 Dokter Meninggal, Terbanyak di Jatim dan Sumut

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat jumlah dokter meninggal di kala pandemi virus corona (Covid-19) sebanyak 111 dokter. Data tersebut, merupakan data yang dicatat hingga Jumat (11/9).

“Pagi ini ada dua dokter wafat, per hari ini total sudah 111 dokter meninggal, dokter umum dan spesialis,” ujar Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Slamet Budiarto melalui pesan singkat.

Berdasarkan survei Tim Mitigasi IDI, Jawa Timur menjadi wilayah dengan jumlah kematian dokter, sebanyak 29 dokter. Kemudian Sumatera Utara sebanyak 20 dokter meninggal, DKI Jakarta 14, Jawa Barat 10, dan Jawa Tengah 8.

Provinsi lainnya, yakni Sulawesi Selatan mencatat 6 kematian dokter, Bali 4, Kalimantan Selatan 4, Sumatera Selatan 4, Kalimantan Timur 3, Kepulauan Riau 2, Yogyakarta 2, Aceh 2 orang.

Provinsi Banten, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Papua Barat mencatat satu dokter meninggal di masing-masing daerah.

Jumlah dokter di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019 sebanyak 81.011 orang. Sebaran terbanyak terpusat di Pulau Jawa yakni DKI Jakarta 11.365 orang, Jawa Timur 10.802, Jawa Tengah 9.747, dan Jawa Barat 8.771.

Untuk spesialis dokter paru yang bertugas sebagai dokter penanggung jawab (DPJP) pasien Covid-19 di Indonesia berjumlah 1.206.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan jumlah ini masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang harus dilayani, idealnya ada 2.500 dokter paru untuk 267 juta penduduk.

Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PP PDPI) Erlina Burhan, mengatakan pihaknya kelelahan menangani pasien Covid-19 mengingat jumlah dokter paru yang sedikit. Belum lagi, dari angka 1.206 dokter paru itu, tidak semuanya bisa bertugas mengingat faktor usia.

“Kita PDPI ini sungguh diminta perannya dan memang harus kita akui bahwa kita memang sudah kelelahan, sebaran dokter paru tidak merata, karena dokter paru ini jumlahnya sedikit, tidak cukup untuk mengatasi kasus Covid-19 yang angkanya terus meningkat,” kata Erlina beberapawaktu lalu.

Akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Eka Ginanjar menjelaskan lingkaran setan penyebab tingginya kematian pada tenaga kesehatan (nakes).

Menurutnya tingginya kematian pada nakes dimulai dari pasien Covid-19 yang tidak terkendali, sehingga menyebabkan overload dan overcapacity di rumah sakit.

“Pasien Covid-19 tidak terkendali maka Healthcare System Capacity akan overloaded dan exhausted. Perawatan Covid-19 penuh dan pasien menumpuk,” ujarnya dalam cuitan akun Twitter @Dr_EKG.

“Angka kematian pasien Covid-19 meningkat, nakes banyak yang terpapar dan terdampak sampai meninggal, kapasitas pelayanan pasien non-Covid-19 menurun, berdampak pada meningkatnya kematian pasien non-covid-19,” imbuhnya. {CNN}