News  

Kemendikbud Baru Salurkan Subsidi Kuota Internet Ke 48 Persen Nomor Ponsel

Plt Kepala Pusat Data dan Informasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pusdatin Kemdikbud), Hasan Chabibie mengatakan, penyaluran subsidi kuota internet hingga Minggu (27/9/2020) baru dilakukan ke 27 juta nomor ponsel dari total 55,55 juta nomor.

Artinya, baru sekitar 48% nomor yang mendapatkan subsidi kuota internet. Jumlah ini merupakan akumulasi dari secara keseluruhan penerima bantuan yakni siswa, guru, mahasiswa, dan dosen.

Berdasarkan data pokok pendidikan (Dapodik) Kemdikbud, terdapat 44 juta siswa dan 3,3 juta guru. Kemudian, terdapat 8 juta mahasiswa dan 250.000 dosen yang terdaftar pada pangkalan data pendidikan tinggi (PD Dikti).

Meski jumlah yang disalurkan masih rendah, Hasan menyebutkan, angka tersebut akan terus bertambah setiap hari setelah dilakukan verifikasi dan validasi (verval) nomor ponsel oleh operator. Yang berstatus masih aktif akan segera disalurkan kuota internetnya.

“Jumlah ini akan bergerak terus dan kami cek terus untuk memastikan jumlahnya sinkron. Jika tidak, kami akan menghubungi lagi para kepala sekolah dan rektor serta operator untuk menginformasikan kami tetap membuka kesempatan perbaikan data,” kata Hasan, Minggu (27/9/2020).

Ia menuturkan, subsidi kuota ini akan berlangsung empat bulan dengan tujuan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) daring. Hal ini menjadi pertimbangan Kemdikbud membagikan kuota internet ini menjadi dua bagian kuota umum dan kuota belajar.

Adapun kuota umum bisa digunakan untuk mengakses semua aplikasi sementara kuota belajar hanya bisa untuk mengakses aplikasi belajar yang tercantum pada http://kuota-belajar.kemdikbud.go.id/.

Hasan menyebutkan, pembagian kuota umum dan khusus ini tidak dilakukan serta merta tetapi mempertimbangkan masuk dan hasil survei yang dilakukan oleh tim Kemdikbud selama sekolah dan kampus menjalani PJJ.

Dari hasil survei tersebut, ada tiga aplikasi yang sering digunakan siswa dan mahasiswa, di antaranya WhatsApp, media conference meeting seperti aplikasi Zoom, serta pencarian sumber belajar dari platform seperti Rumah Belajar.

“Persentase ini variatif, kami mengambil dari dua hal terbesar itu WA dan aplikasi conference meeting ini ada dalam kuota belajar.”

“Sedangkan Youtube, kami sadar betul memang banyak sumber bahan belajar, tetapi kami memahami ada potensi dipergunakan untuk hal yang bersifat hiburan. Jangan sampai bantuan kuota ini salah sasaran,” ucapnya. {beritasatu}