Kerugian masyarakat peternak ikan di dalam kerambah jaring apung (KJA) di perairan Danau Toba di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Sumut) diperkirakan mencapai miliaran rupiah.
Edwar Manik (48), satu dari pemilik KJA di Danau Toba menyampaikan, ratusan ton ikan nila dan gurame yang siap dipanen untuk dijual ke pasar, tiba-tiba mati mendadak.
“Kami benar-benar tidak menduga kejadian atas kematian ikan di setiap kerambah ini. Padahal, saya bersama keluarga sudah merencanakan memanen ikan. Semua ikan pada mati semua,” ujar Manik, Minggu (25/10/2020).
Manik mengatakan, ikan yang bermatian itu terpaksa dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung. Seluruh ikan itu kemudian diangkut menggunakan sampan ke daratan. Proses pengangkutan ikan mati itu dilakukan setiap hari.
“Semua peternak pemilik kerambah mengalami kerugian yang sangat besar. Bayangkan saja, ikan ini kalau dijual di pasar seharga Rp 23.000/kilogramnya (Kg). Total ikan yang mati sudah mencapai ratusan ton,” katanya.
Niolando Naibaho, pemilik KJA lainnya menyampaikan, ada ratusan warga yang melakukan budidaya ikan di perairan Danau Toba. Setiap kepala keluarga bahkan sedikitnya memiliki 20 KJA di danau tersebut.
“Untuk satu kerambah jika dipanen bisa menghasilkan ikan dengan total berat mencapai 500 kg bahkan lebih. Ikan saya pun bermatian menjelang dipanen. Kalau kami tahu kejadiannya seperti ini, ikan-ikan itu sudah kupanen jauh hari sebelumnya,” sebutnya.
Niolando mengungkapkan, kejadian ikan bermatian di dalam kerambah di Danau Toba, juga sudah pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Niolando juga mengalami kerugian sangat besar karena kematian ikan terjadi setiap tahun.
“Kami mengharapkan bantuan pemerintah untuk bisa meringankan beban kerugian ini. Sebab, kerambah jaring apung ini merupakan profesi kami. Paling tidak, kita peternak diberikan kemudahan untuk menutupi kebutuhan di rumah,” sebutnya. {beritasatu}