News  

Terus-Menerus Diledek Kapan ke Papua, Akhirnya Ansor-Banser Nyatakan Siap Kirim Pasukan

GP Ansor dan Banser kerap disindir oleh warganet untuk datang ke kawasan-kawasan yang sedang ada pergolakan isu dis-integrasi. Hal itu tidak lepas jargon Banser sebagai Benteng NKRI.

Sementara, saat jargon itu terus digaungkan, sebagian pihak justru menganggap Banser melakukan tindakan-tindakan yang berpotensi memecah kerukunan.

Semisal, kecaman-kecaman terhadap ustaz atau ulama yang mereka tuding sebagai ‘radikal’. Termasuk penghadangan atau pelarangan pengajian sejumlah ustaz yang dianggap tidak sejalan dengan mereka.

Ansor dan Banser sendiri beranggapan bahwa ceramah ustaz-ustaz yang mereka hadang itu berpotensi memecah belah ummat.

Warganet juga mengeluhkan sikap sebagian anggota Banser yang begitu memusuhi Front Pembela Islam (FPI).

Pendukung FPI pun kerap mempertanyakan alasan oknum Banser tersebut yang begitu membenci kelompok sesama muslim.

Dua pendapat berbeda dari dua kelompok ini justru dianggap memperuncing perbedaan pendapat sesama umat muslim, hingga menimbulkan kubu-kubuan dan saling ejek.

Pihak yang berada ‘di tengah’ terus mendukung agar Banser dan FPI selalu rukun dan berjuang bersama demi kemaslahatan Islam.

Sementara itu, di tengah kabar deklarasi kemerdekaan Papua Barat oleh Benny Wanda cs, frasa Banser sempat menjadi trending topik di Twitter.

Banser kembali ‘diledek’ dan diminta untuk menjadi ‘benteng NKRI’ dengan datang ke Papua menghadapi ‘aksi makar’ atas adanya deklarasi sepihak itu.

Terus-menerus mendapatkan ‘Kapan Banser ke Papua?’ Ketua PP GP Ansor Koordinator, Wilayah Jateng-DIY, Mujiburrohman angkat bicara.

Kepada Tribunjateng.com (Jaringan Warta Kota), Mujiburrohman menyatakan siap jika Banser diminta untuk membantu pemerintah mengatasi gejolak yang terjadi di beberapa daerah, dan mengganggu keutuhan NKRI.

Hal tersebut membuat GP Ansor bersikap untuk membantu pemerintah dalam hal menjaga NKRI. Seperti polemik di Papua yang tejadi beberapa waktu lalu.

GP Ansor menyatakan siap dikirim ke Papua untuk menghadapi pihak yang mengganggu keutuhan NKRI. Ia menjelaskan jika pemerintah meminta GP Ansor berangkat ke Papua, GP Ansor siap menjalankan perintah.

“Jika pemerintah membutuhkan kami, kami siap, untuk NKRI kami siap,” katanya saat menghadiri acara pembagian masker besama Aice dan GP Ansor di THR Kabupaten Batang, Kamis (3/12/2020).

Dilanjutkannya amanah Pemuda Ansor ada dua, menjaga NKRI dan ahlussunnah wal jamaah. “Perlu diketahui Pemuda Ansor sudah berjihat sejak era kemerdekaan, dan melawan penjajah selama 11 tahun,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kalau sekarang ada yang mengajak jihat, mau melawan siapa, karena Indonesia sudah damai. “Perang itu melawan kebatilan dan musuh kemanusiaan yang wajib dibalas,” paparnya.

Ia menambahkan, jihat yang dilakukan GP Ansor adalah jihat untuk membantu masyarakat.

“Terutama di tengah pandemi Covid-19, dengan berbagi masker dan saling meringankan beban. Namun kalau pemerintah membutuhkan kami dalam hal menjaga keutuhan NKRI, GP Ansor siap,” tambahnya.

Banser jaga rumah ibunda Mahfud MD

Terpisah, Banser menyayangkan aksi demonstrasi di rumah ibunda Menteri Menko Polhukam RI, Mahfud MD di Jalan Dirgahayu, Kelurahan Bugih, Kabupaten Pamekasan, Madura.

Puluhan Ansor dan Banser pun berjaga bahkan membuat posko di sisi timur rumah ibunda mahfud MD. Bersama polisi, Banser menerapkan protokol pengamanan yang ketat.

Setiap orang yang ingin masuk dan bertamu ke rumah Ibunda Mahfud MD diwajibkan melapor terlebih dahulu kepada petugas Polisi yang berjaga.

Ketua PC GP Ansor Pamekasan, Syafiuddin mengatakan, organisasi di bawah naungan NU ini ikut andil melakukan penjagaan dan memberikan pengamanan di rumah Ibunda Menko Polhukam, karena Mahfud MD merupakan tokoh kebanggaan Nahdlatul Ulama (NU) dan tokoh kebanggaan warga Madura.

Ia mengaku gelisah bila teringat kejadian penggerudukan yang dilakukan oleh sejumlah massa ke rumah Ibunda Mahfud MD, Selasa (1/11/2020) siang kemarin.

“Banser sebagai benteng NKRI dan para penjaga marwah ulama serta orang tua kita, wajib ikut andil menjaga keamanan dan keutuhan NKRI,” kata Syafiuddin saat diwawancarai TribunMadura.com (Jaringan Warta Kota) di depan rumah Ibunda Mahfud.

Adanya kejadian penggerudukan kemarin ke rumah Ibunda Mahfud, lalu pihaknya berinisiatif untuk memberikan pengamanan dan kenyamanan terhadap keluarga Mahfud MD yang ada di Pamekasan, Madura.

Sebab, ia khawatir akan terjadi demo lanjutan yang dilakukan oleh orang yang sama. Hari ini, Syafiuddin mengaku mengerahkan 20 Banser yang pihaknya perintahkan untuk siaga dan berjaga ketat di rumah Ibunda Mahfud MD.

“Di rumah Ibunda pak Mahfud MD ini, para Banser dan Pengurus Ansor Pamekasan akan melakukan penjagaan setiap hari hingga situasi aman dan kondusif,” ujarnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Pamekasan tersebut juga menyatakan ikut andil melakukan penjagaan di rumah Ibunda Mahfud MD karena hanya ingin menunjukkan solidaritas dan rasa kekeluargaan yang utuh terhadap sesama warga Madura.

Sebab, menurut dia, Mahfud MD merupakan kebanggaan warga Pamekasan, dan Madura yang marwahnya patut dijaga.

Syafiuddin juga mengaku sudah melakukan koordinasi dengan TNI-Polri, sebelum memutuskan untuk ikut andil memberikan pengamanan dan penjagaan di rumah Ibunda Mahfud.

“Kita tidak boleh melangkahi TNI-Polri, karena merekalah yang punya tanggung jawab untuk mengamankan keutuhan dan kesatuan NKRI,” jelasnya.

Bahkan, Syafiuddin mengaku siap menerjunkan hingga ratusan Banser bila memang dibutuhkan oleh TNI-Polri untuk ikut andil menjaga keamanan rumah Ibunda Mahfud MD.

Kata dia, rumah Ibunda Menkopolhukam RI ini akan dijaga ketat oleh pengurus Ansor dan Banser Pamekasan sampai situasi benar-benar aman.

“Kami menurunkan Banser sebanyak itu sesuai kebutuhan di lapangan. Dalam penjagaan ini, kami selalu berkoordinasi dengan TNI-Polri. Misal dibutuhkan 40 sampai 100 lebih Banser untuk menjaga rumah Ibunda pak Mahfud MD, kita siap datangkan,” tegasnya.

Alissa Wahid sayangkan aksi demo di rumah Mahfud MD

Alissa Wahid, putri mantan presiden Abdurrahman Wahid alias Gusdur turut berkomentar terkait aksi penggerudukan rumah Ibunda Menkopolhukam RI, Mahfud MD di Jalan Dirgahayu, Kelurahan Bugih, Kabupaten Pamekasan, Madura, Selasa (1/12/2020) siang.

Alissa Wahid menyayangkan adanya aksi tersebut dan mengecam pihak-pihak yang melakukannya.

Seperti diketahui, sebelum datang ke rumah Mahfud MD, massa terlebih dahulu melakukan aksi demonstrasi di Polres Pamekasan pada siang hari sebelum menggeruduk rumah ibunda Mahfud MD di Pamekasan.

Massa mendatangi rumah di Jalan Dirgahayu, Kelurahan Bugih, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, itu menggunakan kendaraan.

Dilansir dari TribunMadura, Korlap Aksi, Muhammad Saifuddin mengatakan, kedatangan pihaknya bersama sejumlah massa ke Polres Pamekasan ingin memberikan pernyataan sikap.

Kata dia, gabungan Umat Islam Pamekasan Madura menolak pemanggilan Habib Rizieq karena adanya ketimpangan ketidakadilan.

Menurutnya, bila dari pihak organisasi umat Islam yang lainnya berkumpul dan melakukan kerumunan tidak ada yang mempermasalahkan, serta mengusik.

Padahal, kata dia, sudah jelas dan nyata berkumpul dan berkerumun. Sedangkan, saat puluhan ribu massa yang menyambut kedatangan Habib Rizieq di Petamburan, Jakarta, malah banyak pihak yang mempermasalahkan.

“Ya kami dari umat Islam Madura sangat tidak setuju, karena ini sangat jelas ada ketimpangan ketidakadilan,” kata Muhammad Saifuddin kepada TribunMadura.com.

Ia juga mengungkapkan, sudah memberikan berkas yang berisi penolakan dari gabungan Umat Islam Pamekasan Madura perihal pemanggilan Habib Rizieq mengenai kasus kerumunan di Petamburan.

Berkas itu diberikan saat melakukan audiensi dengan Polres Pamekasan ketika melakukan demo.

“Jadi kami minta supaya berkas dan pernyataan sikap itu disampaikan ke pusat. Ini cuma aspirasi dari umat Islam, jangan mendiskriminasi ulama terutama Habib Rizieq,” tegasnya.

Muhammad Saifuddin juga mengecam, bila tuntutan dari pihaknya tidak dipenuhi, maka kemungkinan akan melakukan demonstrasi kembali.

Hanya saja tinggal tunggu perintah dari ulama. “Kalau di Madura ini, misal sudah merah, ya murah,” ucapnya.

Sementara itu, Kapolres Pamekasan, AKBP Apip Ginanjar mengatakan, kedatangan massa ini untuk memberikan aspirasi perihal kasus kerumunan yang terjadi di Petamburan, Jakarta.

Sementara itu, Alissa Wahid menilai, aksi seperti itu seharusnya tidak dilakukan. Apalagi, Mahfud MD merupakan perwakilan dari pemerintah.

“Kejumawaan seperti ini sudah saatnya dihentikan. Bila terhadap Ulil Amri (Pemerintah) saja sudah merasa di atas & membangkang, bagaimana pula sikapnya kepada sesama warga yang tidak punya kuasa apa-apa? Semoga prof @mohmahfudmd dan ibunda dilindungi dari kejahatan2 ini,” tulis Alissa dikutip Wartakotalive.com dari akun Twitternya, Kamis (3/12/2020).

Alissa bahkan menyebut, kelompok yang melakukan aksi itu makin pongah lantaran selama ini tidak ditindak dengan tegas.

Seharusnya, kata Alissa, aparat jangan membiarkan kelompok-kelompok tersebut berbuat sesukanya. Caranya, menurutnya, dengan melakukan tindakan secara konstutisi, bukan lagi melalui pendekatan politis.

“Kelompok-kelompok ini makin lama ya makin merasa pongah, yakin dengan mobokrasi (berkuasa dengan gunakan mob/aksi massa), yakin bahwa Negara memang harus & akan nurut pada mereka. Seharusnya bgmn? Gunakan perspektif konstitusi, jangan taktis politis melulu hadapi mereka. Biar tdk jadi spt ini,” ujar Alissa {tribun}