News  

Kisah Witjaksono, Anak Buruh Pabrik Asal Pati Yang Raup Triliunan Dari Jualan Ikan

Nama Witjaksono dari Pati mungkin tidak terdengar beken di antara nama-nama top pengusaha Indonesia lainnya. Tapi pengusaha muda NU ini adalah pengusaha yang berhasil membuat dua perusahaannya “Go Public” yang namanya dikenal dan diakui oleh Presiden Joko Widodo.

Witjaksono tergolong nama baru di tengah belantika bisnis nasional. Namanya tidak sebeken generasi yang lebih senior seperti Budi Hartononya Djarum atau Eka Widjadjanya Sinar Mas.

Akan tetapi, sepak terjang alumni Universitas Diponegoro tersebut di perbisnisan dalam negeri tak bisa diremehkan.

Mas Witjak, begitu ia disapa, dikenal sebagai pendiri perusahaan perikanan PT Dua Putra Utama Makmur (DPUM) Tbk di kampung halamannya, Pati.

Witjak juga merangkap sebagai Direktur Keuangan PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo (DAJK) yang bergerak di bidang pembuatan kemasan kertas karton asal Tangerang.

Di perusahaaan tersebut, Witjak juga tercatat memegang saham minoritas bersama dua kongsi bisnisnya. Ia juga berhasil mencatatkan nama kedua perusahaan tersebut di BEI dan meraup untung triliunan.

Witjak berasal dari keluarga yang pas-pasan. Ayahnya hanya seorang pegawai negeri dengan golongan rendah, sedangkan ibunya adalah seorang buruh pabrik. Di Pati, ia hidup ala kadarnya. Ketika diundang ke kanal Youtube Anthony Sudarsono, ia mengisahkan jika ia dasarnya adalah orang miskin.

“Saya masih ingat waktu kecil dulu, saya pernah makan satu telur dibagi delapan sekeluarga, saking miskinnya kita,” kenangnya.

Namun, ia percaya kalau pengalaman masa kecilnya tersebut bukan suatu hal yang perlu diratapi. Ia justru menjadikannya sebagai sarana untuk membentuk kesadaran untuk sukses.

Meskipun serba kekurangan, orang tua Witjak adalah orang yang ambisius untuk membawa kesuksesan bagi anaknya. Mereka memberikan pendidikan yang terbaik semampu mereka bagi anak-anaknya.

“Beliau berdua punya komitmen kuat bahwa anak-anaknya harus sekolah dengan baik meskipun miskin,” tuturnya pada kanal Youtube Anthony Sudarsono.

Alhasil, pada 2004, berbekal Ijazah sarjana Universitas Diponegoro, ia merantau ke Ibu Kota Jakarta untuk mulai mengadu nasib. Sempat mengejar beasiswa ke Australia, namun gagal berangkat lantaran tak ada dana untuk menebus biaya deposit.

Tak menyerah, ia memutuskan untuk menetap di Jakarta, alih-alih kembali ke Pati. Ia memulai dengan menjadi pegawai bank sebelum akhirnya banting setir menjadi pengusaha pada umurnya yang ke 23.

Transisinya menjadi pengusaha juga bukan perkara mudah. Ketika ia sudah memiliki pendapatan tetap dengan bekerja di bank, ia harus memulai lagi dari nol dan sempat luntang lantung saat melangkah dalam merintis kariernya sebagai pengusaha.

Seiring berjalannya waktu, pada 2009, Witjak mulai berhasil hingga mampu mengakuisisi sebagisn besar saham PT DAJK.

Barulah, berbekal latar belakang anak pesisir di Pati dan pemahaman yang cukup perihal kemaritiman, dan modal sekitar 10 juta, ia berhasil mendirikan PT DPUM Tbk.

Pabrik yang mulanya berlokasi di Pati dan hanya mampu menghasilkan hanya mencapai puluhan ton ikan dan hasil laut per harinya, kemudian mengalami perluasan. Perluasan inipun dihadiri dan diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan.

Modal awal yang hanya 10 juta Rupiah tersebut di kemudian hari kembali dengan nilai berlipat, berubah menjadi aset dengan valuasi melebihi 1,6 Triliun per Triwulan ketiga di tahun 2016.

Perusahaan tersebut juga memiliki empat ribu karyawan yang pada tahun itu juga, berhasil memproduksi hingga 100 ton ikan per hari dengan kemampuan daya simpan mencapai 25 ribu ton yang terdiri dari ikan dan sumber daya laut lainnya.

Tidak puas dengan dua perusahaan tersebut, Witjak juga menjalin kerjasama dengan banyak perusahaan. Namun, ia hanya menggaet saham minoritas. Ia lebih berfokus pada kerjasama dan berkreasi bisnis dengan banyak orang. Ia memang terkenal hobi menggarap berbagai peluang bisnis.

Tak hanya itu, Witjak yang juga anggota NU tidak memikirkan keuntungan dirinya sendiri. Dalam berbisnis, ia berusaha untuk berkhidmat kepada bangsanya.

Ia kemudian menjabat sebagai ketua Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama (SNNU). Bersama NU, ia berusaha memperjuangkan hak para nelayan-nelayan NU maupun nelayan nasional lainnya.

Pada 2019 lalu, Witjak juga melakukan kerjasama dengan perusahaan besar Rusia, Euro-Asia Construction Corporation (EVRASCON). Kerjasama ini ditujukan untuk membangun perusahaan pengolahan jagung terintegrasi pertama dan terbesar di Indonesia dan Asia.

Pria kelahiran 1981 tersebut kini telah menjadi salah satu pengusaha muda berpengaruh di Indonesia. Namanya masuk dalam Majalah Forbes Indonesia sebagai satu di antara lima “Local Champions 2017.”

Ia dinilai berkontribusi dalam peningkatan ekonomi negara lewat ekspor hasil pemberdayaan sumber daya lokal. {kumparan}