News  

Daging Kerbau Impor Banjiri Pasar Becek, Harga Daging Sapi Anjlok Pedagang Merugi

Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis dan Peternakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Pujo Setio mendapat aduan terkait bocornya daging kerbau impor ke pasar tradisional.

Hal tersebut, menurut Pujo, menyebabkan harga daging sapi di beberapa pasar tradisional jatuh dan merugikan para pengusaha hingga pedagang.

“Daging-daging penugasan khususnya daging kerbau itu kan khusus untuk hal tertentu. Ini seharusnya tidak masuk ke dalam pasar becek. Karena kalau masuk pasar becek ini yang mengganggu harga-harga semuanya,” ungkapnya dalam dialog HIPMI bertajuk “Mahalnya Harga Daging Sapi dan Kerbau, Apa Solusinya?”, Senin (29/3).

Menurut Pujo, daging kerbau impor kerap kali mengambil alih pangsa pasar daging sapi karena teksturnya yang mirip. Oleh karenanya, pemerintah hanya membolehkan daging kerbau dijual melalui distributor level satu.

“Ini juga kita harus ketat tata niaga daging kerbau jangan sampai ke sana (pasar tradisional),” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong (Gapuspindo) Joni P. Liano membenarkan adanya daging kerbau impor yang dijual di pasar-pasar tradisional. Modus yang kerap dipakai, kata dia, adalah mencampur daging kerbau dan daging sapi.

“Apa yang terjadi kondisi sekarang? Daging kerbau itu banyak yang dioplos, sebagai oplosan. Jadi ibaratnya nggak bisa dia jual 100 persen, karena preferensi di konsumen bukan itu,” tuturnya.

Daging kerbau sendiri diimpor pemerintah melalui Perum Bulog sejak 2014 dengan tujuan menekan kenaikan pada harga daging sapi segar. Sayangnya, menurut Joni penjualannya di pasar tidak dipisahkan dengan daging sapi, sehingga harga daging sapi pun masih bertahan di level tinggi.

“Jadi kebijakan perlu ditinjau ulang, apalagi ke konsumen. Jadi ini siapa yang diuntungkan? Sementara, sebetulnya yang butuh industri pengolahan, karena memang harganya lebih murah. Kami minta ada segmentasi pasar,” tegasnya.

Kendati demikian, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Kementerian Perdagangan Negeri Syailendra membantah hal tersebut. Menurutnya, pedagang tetap menjual daging kerbau terpisah, sehingga tak digabungkan dengan daging sapi.

Ia mencontohkan, jika pembeli memesan daging untuk membuat rendang ke pedagang, maka yang diberikan kemungkinan adalah daging kerbau. Namun, menurutnya harganya tetap menggunakan harga daging kerbau sehingga tak merusak harga daging sapi.

“Terkait oplosan, enggak ada yang mengoplos. Cuma bilang daging rendang, ya dikasih itu (daging kerbau). Kecuali dia beli daging sapi, dia dibohongi. Tapi dia bilang beli daging kerbau ya dikasih itu,” pungkas Syailendra. {CNN}