Dewan Pimpina Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI) menyorot banyaknya kelompok milenial yang terlibat dalam aksi terorisme. Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino menyampaikan bahwa perekrutan teroris saat ini mengincar generasi milenial.
Analisa Arjuna, generasi muda yang duduk di bangku Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi menjadi sasaran empuk bagi jaringan teroris untuk melakukan regenerasi.
Ia kemudian menyebutkan beberapa fakta, peristiwa pengeboman di sebuah gereja Katolik di Makassar, Sulawesi Selatan, pelakunya merupakan seorang pemuda kelahiran tahun 1995.
Selain itu, pelaku penyerangan Mabes Polri juga kelahiran tahun 1990-an, keduanya termasuk ke dalam generasi milenial.
Bahkan merujuk data BNPT, Arjuna mengatakan sekitar 500 orang telah bergabung dengan ISIS, yang sebagian besar adalah anak-anak muda.
“Banyak pelaku teroris kini justru generasi milenial, anak muda menjadi sasaran empuk jejaring terorisme untuk mempertahankan regenerasi,” demikian kata Arjuna saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (23/4).
Dalam pandangan kader asal Yogyakarta ini, banyaknya anak muda yang bersimpati dengan ISIS semakin mengkhawatirkan karena banyak dari anak muda tersebut direkrut melalui media sosial. Bahkan mereka rela pergi ke Suriah untuk mewujudkan keyakinannya tentang kekhalifahan.
Banyak dari anak muda terpapar terorisme karena kerap mengkonsumsi konten berita mengenai propaganda ISIS di media sosial tanpa mengecek kebenarannya.
“Situs-situs yang berisi propaganda ISIS menjadi bacaan favorit anak muda”, lanjut Arjuna
Atas dasar hal itu, Arjuna menilai bahwa program deradikalisasi yang selama ini dicanangkan telah mengalami kegagalan. Ia bahkan menyebutkan, program deradikalisasi yang dilakukan pemerintah hanya berorientasi pada “proyek” semata.
“Selama ini program deradikalisasi semata-mata hanya menjadi proyek, tidak ada arah, perencanaan serta indikator yang jelas. Jadi sulit mencapai terget yang diinginkan. Artinya program deradikalisasi gagal,” sambung Arjuna
Catatan Arjuna, sedikit sekali perhatian pemerintah terhadap deradikalisasi di kalangan anak muda. Banyak program pemerintah di bidang kepemudaan justru hanya menghabiskan anggaran.
Di mata Arjuna, pemerintah seharusnya memberikan perhatian serius terhadap kalangan milenial dengan program deradikalisasi. Tujuannya, mempersempit ruang perekrutan para teroris.
“Banyak program kepemudaan hanya sekedar menghabiskan anggaran, tidak ada yang menyasar pada deradikalisasi secara komprehensif,” pungkas Arjuna. {rmol}