Masalah Krusial Hantui Anthony Ginting dan Jonatan Christie Jelang Olimpiade Tokyo 2021

Dua tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting dihantui masalah krusial jelang Olimpiade Tokyo 2020.

Tujuh wakil Indonesia saat ini masih terus meningkatkan konsistensi penampilan mereka agar bisa tampil apik di Olimpiade Tokyo 2020 yang rencananya bakal di gelar pada 23 Juli hingga 8 Agustus mendatang.

Sejumlah persiapan pun masih terus dikebut, baik secara teknis yang berkaitan dengan pelatihan atlet maupun nonteknis yang bersifat administrative, termasuk di sektor tunggal putra.

Hendry Saputra Ho selaku Kepala pelatih tunggal putra Pelatnas PBSI mengungkapkan program persiapan ke Olimpiade sudah berjalan sejak dua bulan lalu kepada Jonatan Christie dan Anthony Ginting.

Ia menuturkan bahwa pihaknya fokus dalam hal peningkatan fisik, stamina, power, strength, dan kecepatan yang bakal terus berjalan hingga kira-kira dua minggu sebelum keberangkatan, dengan hasilnya cukup bagus dan diharapkan on target dengan kondisi yang telah direncanakan.

Hendry juga menambahkan bahwa ia tidak melihat terlalu banyak kekurangan yang ada pada anak asuhannya. Dia hanya fokus pada peningkatan teknik dan mental di program latihannya ini.

Namun ia juga menyoroti masalah pikiran dan mental Jonatan Christie dan Anthony Ginting karena efek jarang bertanding yang bisa saja menjadi masalah krusial.

“Sebenarnya kalau kekurangan tidak banyak. Mereka ini sudah berada di level yang sekarang kan sudah lama. Dan saya tahu standar kualitasnya,” kata Hendry, dilansir dari laman resmi PBSI.

“Hanya ada tingkat yang tidak maksimal, mungkin dari pikiran dan mental dengan kondisi seperti ini akibat jarang bertanding. Jadi kalau saya lihat bagaimana membuat tekniknya bisa lebih safe, lebih konsisten, dan lebih fokus untuk menerapkan pola main yang benar,” kata Hendry.

Lama Tak bertanding Jadi Alasan Masalah yang Dialami Jojo dan Ginting

Lebih lanjut, Hendry mengatakan masalah pikiran dan mental yang dialami oleh Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting karena keduanya jarang bertanding mengingat sejumlah turnamen dibatalkan karena Covid-19,

“Kita ingin tingkatkan di teknik dengan cara mainnya, strateginya, pola pikir, dan juga mentalnya. Untuk mental saya kira itu yang paling penting karena mereka sudah cukup lama tidak bertanding.

“Makanya nanti seperti rencana PBSI yang akan menggelar simulasi, itu sebuah harapan supaya kita bisa tahu dimana kondisi keadaan mental mereka,” tambahnya.

Tidak bertanding dalam waktu relatif lama diakui Hendry cukup memengaruhi keadaan. Tetapi pelatih berusia 57 tahun itu tentu saja berusaha menyiasatinya.

“Kalau untuk masalah sudah lama tidak bertanding, memang akhirnya kita menyiasati dengan konteks pola latihannya saja. Kita coba disamakan seperti pertandingan nanti. Juga di simulasi jadi kita bisa lihat kondisi mereka dan dampaknya apa nanti,” tutur Hendry.

“Batalnya Malaysia Terbuka dan Singapura Terbuka itu cukup berpengaruh. Bagaimana kondisi fisik dan mental anak-anak sebenarnya sudah siap tempur, tapi akhirnya mau tidak mau harus batal. Itu yang kita cermati untuk persiapan ke Olimpiade ini.

“Ada dua bulan ke depan, kita harus siap dengan keadaan apapun. Jadi bagaimana kita merancang dan mengatur agar nanti bila sudah tiba di sana kondisinya sudah maksimal,” jelasnya.

PBSI sendiri sudah menyiapkan pertandingan simulasi sebagai ajang pemanasan para atlet yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 pada 18-19 Juni di Pelatnas Cipayung. Untuk format simulasi akan segera diumumkan. {indosport}