News  

Jusuf Kalla Yakin Indonesia Bisa Jalin Hubungan Baik Dengan Afghanistan di Bawah Taliban

Pada Minggu (15/8/2021), Taliban menguasai istana kepresidenan Afghanistan di Ibu Kota Kabul. Pihak Taliban ingin pemerintah Afghanistan menyerahkan kekuasaan tanpa adanya pemerintahan transisi.

Jika Taliban resmi mengambil alih kekuasaan dari tangan Presiden Ashraf Ghani, bagaimana nasib hubungan antara Afghanistan dengan Indonesia?

Bagi Eks Wapres, Jusuf Kalla, Indonesia dan Afghanistan dapat tetap menjalin hubungan baik. Sebab, Indonesia melakukan hubungan diplomatik sesama negara, bukan sesama pemerintahan.

“Indonesia berhubungan diplomatik dengan Afghanistan sebagai negara, bukan pemerintahan siapa-siapa. Jadi, dan juga waktu Mujahidin, kedutaan kita tetap ada. Waktu Taliban juga kedutaan kita tetap ada.

Waktu kemudian pemerintah Afghanistan yang terakhir ini, Indonesia punya kedutaan yang ada,” kata Jusuf Kalla kepada wartawan, Senin (16/8).

“Jadi hubungan diplomatik, saya kira, tidak terputus dengan pemerintahan siapa pun karena, seperti saya katakan tadi, hubungan kita antara negara, bukan antara pemerintahan,” lanjutnya.

Selain itu, JK menilai bahwa Taliban akan menjaga hubungan baik antarnegara, melihat Taliban sudah banyak berubah dibandingkan dengan yang sebelumnya. Berubah, menurut JK, adalah cara pandang Taliban terhadap Islam yang kini lebih terbuka atau moderat.

“Saya yakin, pemerintah Taliban ke depan ini akan menjaga hubungan itu dengan baik. Dia banyak berubah, saya yakin Taliban itu banyak berubah dibandingkan waktu pemerintahan yang pertama, antara tahun 1996 sampai 2001,” jelas dia.

Pada masa pemerintahan Taliban 1996-2001 lalu, terjadi perang sipil Afghanistan yang menewaskan puluhan ribu orang.

Berbagai insiden pembantaian massal, penekanan terhadap perempuan, hingga kekerasan terhadap warga sipil mewarnai lima tahun masa kekuasaan Taliban saat itu.

“Itulah dulu kenapa saya mengundang dua kali pimpinan Taliban ke Jakarta, ke Indonesia. Untuk melihat bahwa Islam itu bisa cara begini, dengan moderat dan mereka sangat kagum melihat bahwa kita menjalankan Islam secara baik, kagum tak perlu konservatif.

Dia mengunjungi pesantren-pesantren, satu tujuannya, untuk mengubah cara berpikir mereka untuk terbuka,” jelas JK.

Pada 27 Juli 2019, JK yang saat itu menjabat wakil presiden, sempat mengundang pemimpin Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, ke rumah dinasnya di Jalan Diponegoro untuk makan malam.

Mereka juga sempat salat berjemaah di Masjid Sunda Kelapa yang bertetangga dengan rumah dinas JK. Hadir juga dalam kesempatan itu Menlu Retno Marsudi. {kumparan}