News  

Masa Pandemi: Pejabat Makin Kaya Rakyat Makin Menderita

Sungguh Fantastis, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyoroti harta kekayaan pejabat penyelenggara negara bertambah selama masa pandemi Covid-19.

Jumlah pejabat negara yang mengalami kenaikan harta kekayaan selama pandemi bahkan mencapai 70,3 persen.

Bahkan, di tingkat kementerian, pertambahan rata-rata mencapai Rp1 miliar. Hal itu diakui Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan. (Kompas.TV 8 september 2021)

Pejabat negara yang mengalami pertambahan harta tersebut termasuk Presiden RI. Joko Widodo. CNN Indonesia melaporkan 10/09/2021 Harta kekayaan Jokowi selama satu tahun terakhir meningkat senilai Rp8.898.734.925. Jokowi terakhir kali melaporkan harta kekayaan ke KPK pada 12 Maret 2021. Total nilai harta kekayaannya sebesar Rp 63.616.935.818.

Secara rinci, Jokowi mempunyai 20 bidang tanah dan bangunan yang tersebar di Sukoharjo, Surakarta, Karanganyar, Sragen, Boyolali, dan Jakarta, dengan estimasi nilai keseluruhan Rp53.281.696.000.

Ia turut melaporkan kepemilikan 7 unit mobil dan satu unit motor seharga Rp 527.500.000. Mantan Wali Kota Solo ini mempunyai harta bergerak lainnya Rp357.500.000; kas dan setara kas Rp10.047.790.536; dan utang Rp597.550.718.

Sementara dalam laporan sebelumnya, tepatnya tanggal 29 Februari 2020, jumlah harta kekayaan Jokowi sebesar Rp 54.718.200.893. 20 bidang tanah dan bangunan dalam laporan itu senilai Rp 45.643.588.000.

Sedangkan 7 unit mobil dan 1 unit motor tercatat senilai Rp 647.500.000; harta bergerak lainnya Rp360.000.000; kas dan setara kas Rp8.928.471.262; dan utang Rp 861.358.369.

Disusul oleh para mentri seperti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menjadi salah satu pejabat yang harta kekayaannya meningkat selama pandemi Covid-19. Harta kekayaannya bertambah Rp67.747.603.287.

Harta kekayaan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto meningkat Rp23.382.958.500 selama satu tahun terakhir. Harta kekayaan Yaqut Cholil Qoumas melonjak tajam sebesar Rp10.221.697.639 selama ia menjadi menteri agama.

Tidak ketinggalan juga menteri kelautan dan perikanan Sakti Wahyu Trenggono menjadi pejabat negara yang harta kekayaannya meningkat sangat tajam dalam waktu satu tahun terakhir. Tak tanggung-tanggung, kekayaannya bertambah Rp481.530.801.537.

Harta kekayaan Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, dalam kurun waktu satu tahun terakhir meningkat sebesar Rp17.764.059.042. (CNN Indonesia melaporkan 10/09/2021)

Ironisnya, kekayaan para pejabat yang kian dahsyat tidak diiringi dengan kemakmuran rakyat. Hingga ada kisah 2 orang ibu di Blitar yang begitu memilukan di media sosial. Pasalnya, dua orang ibu berinisial MRS (55) dan YLT (29), warga Kelurahan Kotalama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, telah mencuri susu bayi dan minyak kayu putih di sebuah toko.

Dari keterangan yang dihimpun, kedua orang ibu tersebut terpaksa mencuri karena kebutuhan mendesak. Mereka berdua pun mengaku melakukannya karena demi anak mereka yang masih kecil.

Namun, akibat dari kelakuan mereka, akhirnya mereka pun dilaporkan ke Mapolres Blitar oleh pemilik toko. Sehingga mereka pun ditahan oleh polisi dengan ancaman 9 tahun penjara. (SuaraJatim.id Rabu, 08/09/2021)

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) juga mencatat hingga 31 Juli 2020, jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun dirumahkan mencapai 3,5 juta lebih. (KOMPAS.com) dan banyak kemiskinan yang terjadi karena sudah tidak memiliki pekerjaan.

Seperti cerita nenek kariyem di karawang yang makan dari uluran tangan tetangga, tinggal di gubuk reyot, nenek Adriana Mawar (80), seorang warga RT 004 RW 002, Dusun Nangahaledoi, Desa Wairbleler, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT, sudah puluhan tahun tinggal di gubuk reyot. Nenek Dominika (70), warga Dusun Watubala, Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Sikka,Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah puluhan tahun tinggal seorang diri di gubuk reyot.

Masih ada lagi Kisah pilu dialami Supriyanto, warga Desa Mlilir, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Pasalnya, sudah hampir delapan tahun ia dan keluarganya tinggal di gubuk kandang sapi. juga ibu Lela, seorang ibu di Desa Uteunkot, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Aceh, pantang menyerang untuk menghidupi empat anak seorang diri dan tinggal di gubuk reyot dan tanpa penerangan listrik. Dan masih banyak yang seperti mereka.

Kesenjangan yang signifikan tersebut membuat kita mencari penyebab dan solusi. Dan sejarah kegemilangan Islam telah mengajarkan pada kita untuk melihat bagaimana seharusnya menjadi pejabat negara. Bagaimana cara memakmurkan rakyat.

Khalifah Umar bin Khattab RA dikenal sebagai pemimpin yang sangat antikorupsi. Selain kehidupannya yang sederhana, beliau juga senantiasa mengawasi harta yang diperoleh oleh bawahannya.

Bahkan, Umar beberapa kali membuat kebijakan mencopot jabatan atau menyita harta bawahannya hanya karena hartanya bertambah. Apalagi, jika diketahui jika hartanya itu didapat bukan dari gaji yang diberikan oleh negara.

Salah satu contohnya terjadi pada bawahan Umar yang bernama Atabah bin Abi Sufyan RA. Di mana, Umar mencopot Atabah dari jabatannya sebagai gubernur di Thaif.

Suatu ketika, usai jabatan Atabah dicopot, Umar berpapasan dengan dia. Ketika itu Umar mendapati Atabah membawa uang sebesar 30 ribu dirham. Umar lalu mengintrogasinya.

“Dari mana engkau mendapatkan uang ini?” tanya Umar.

“Demi Allah! Harta itu bukan hakmu dan bukan pula hak kaum muslimin. Harta ini saya dapatkan dari hasil masa jerih payah saya selama menjabat di daerah ini (Thaif),” jawab Atabah.

Umar kemudian menyanggah pernyataan Atabah, “Harta yang dihasilkan pejabat selama berkuasa, selain gaji, tidak ada jalan lain kecuali diserahkan ke Baitul Mal (Lembaga negara yang menangani harta umat, baik pendapatan maupun pengeluaran negara).”

Dalam kisah lainnya, Umar juga pernah mencopot bawahannya. Ini karena Umar mendapat laporan bahwa Abu Hurairah RA, yang menjabat sebagai gubernur di Bahrain memiliki banyak harta setelah menjabat.

Umar kemudian memanggil Abu Hurairah dan menghitung hartanya. Setelah dihitung, Umar kemudian menyita sebagian hartanya. Namun, Abu Hurairah menegaskan kepada Umar bahwa hartanya yang bertambah bukan karena hasil korupsi.

Terjadi dialog yang cukup hangat antara Umar dan Abu Hurairah soal masalah ini.

“Saya mengamanahkanmu menjabat di Bahrain. Waktu itu engkau hanya mengenakan sepasang sandal jepit. Setelah menjabat saya mendapat laporan engkau sudah bisa membeli kuda-kuda sebesar 1.600 dinar,” kata Umar.

“Wahai Amirul Mukminin (Umar), sebelumnya kami memiliki kuda. Kemudian kami jadikan usaha, kami kembangbiakkan. Selain itu, ada juga dari hasil pemberian orang,” kata Abu Hurairah.

“Saya sudah memberi hak, gaji dan penghasilanmu. Semestinya itu sudah lebih dari cukup,” tambah Umar.

“Tapi itu bukan hakmu!” kata Abu Hurairah.

“Benar. Demi Allah, saya akan memukul punggungmu!” kata Umar.

Kemudian Umar berdiri dan memukul Abu Hurairah dengan cambuk sampai berdarah.

“Terimalah ini!” kata Umar.

“Saya merelakannya karena Allah!” jawab Abu Hurairah.

“Semestinya harta dan kekayaanmu dihasilkan dari usaha yang tepat dan untuk berbuat taat. Engkau datang jauh-jauh dari Bahrain tidak karena Allah, tidak pula karena kaum Muslimin. Saya tidak hanya menyuruhmu pulang untuk kembali kepada ibumu, tetapi juga rakyat Al Khumur!” kata Umar.

Begitu Amanahnya kepemimpinan dalam Islam dan takutnya akan penambahan harta yang bukan haknya.

Maka, satu-satunya solusi untuk problematika umat saat ini adalah menjadikan Islam sebagai idiologi (mabda) sehingga kaum muslim mampu untuk bangkit dan memperjuangkan tegaknya Khilafah di muka bumi ini. Hanya dengan Khilafah maka seluruh syariat Allah akan dapat dilaksanakan termasuk pemimpin dan penguasa yang amanah serta takut akan tanggung jawab yang besar dihadapan Allah kelak.

Rasulullah SAW menegaskan jabatan adalah amanah yang wajib dijaga

عن أبي ذرٍ رضي الله عنه، قال: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِي؟ قَالَ: فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَىَ مَنْكِبِي. ثُمّ قَالَ: يَا أَبَا ذَرَ إنّكَ ضَعِيفٌ وَإنّهَا أَمَانَةٌ، وَإنّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إلاّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقّهَا وَأَدّى الّذِي عَلَيْهِ فِيهَا

Suatu hari, Abu Dzar berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku (seorang pemimpin)? Lalu, Rasul memukulkan tangannya di bahuku, dan bersabda, ‘Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, dan sesungguhnya hal ini adalah amanah, ia merupakan kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali orang yang mengambilnya dengan haknya, dan menunaikannya (dengan sebaik-baiknya).” (HR Muslim).

Maka dari itu wahai kaum muslimin mari bersama- sama memperjuangkan tegaknya Khilafah di muka bumi ini agar kesenjangan pejabat makin kaya, rakyat makin menderita tidak terjadi lagi dimuka bumi ini.

Ummu Dzakiyah, Pengamat Politik