News  

Lepas Kepergian Jokowi Ke Eropa, Sinyal Jenderal Andika Perkasa Jadi Panglima TNI?

Kehadiran KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa melepas kepergian Presiden Jokowi ke Roma, Glasgow, dan Uni Emirat Arab di Bandara Soekarno-Hatta pagi tadi menarik perhatian publik.

Sebab biasanya, yang mengantar kepergian Jokowi untuk kunjungan kerja, baik itu di dalam dan luar negeri, adalah Panglima TNI.

Kehadirannya mengantar Jokowi pagi tadi memunculkan pertanyaan. Apakah ini menjadi kode dari Jokowi bahwa Panglima TNI pengganti Marsekal TNI Hadi Tjahjanto adalah Andika?

Sebelumnya, Andika juga pernah terlihat ‘mesra’ dengan Jokowi saat peringatan Hari TNI pada 5 Oktober lalu. Saat itu, Jokowi naik golf car bersama Iriana, Wapres Ma’ruf Amin dan istri.

Jokowi menyetir golf car. Kemudian, Jokowi meninjau sejumlah kendaraan tempur dan kendaraan taktis yang berjejer di depan Istana. Jokowi lalu berhenti di salah satu mobil rantis dan turun dari golf car.

Hadi Tjahjanto yang ada di mobil belakang langsung menghampiri Jokowi. Di mobil itu juga ada Menhan Prabowo Subianto dan Menko Polhukam Mahfud MD. “Ini pembelian tahun berapa?” kata Jokowi.

“Ini pengadaan renstra sampai tahun 2019,” jawab Hadi.

Saat itu, Andika Perkasa langsung menyambut pertanyaan Jokowi. Rupanya, yang dilihat Jokowi merupakan Sherpa Light Scout milik TNI AD.

“Ini ada yang menonjol, Pak. Di TNI Angkatan Darat kami punya 56, seluruhnya ada 88. Itu menonjol sekali,” tutur Andika.

“Kalau kita tidak anu [dipamerkan] gini kan kita tidak tahu punya seperti ini,” ujar Jokowi.

Iriana yang tengah berfoto bersama istri Ma’ruf Amin dan istri Hadi Tjahjanto ikut melihat Sherpa Light Scout itu. “Mau naik gimana? Biar yang nyetir, Pak Andika,” kata Jokowi bertanya ke Iriana sambil tertawa.

Sebagaimana diketahui, ada tiga nama yang menjadi kandidat calon Panglima TNI. Mereka adalah KSAD Andika Perkasa, KSAL Laksamana Yudo Margono, dan KSAU Fadjar Prasetyo. Namun, nama yang menguat adalah Andika dan Yudo.

DPR Condong Dukung Andika Perkasa

Menguatnya Andika dan Yudo dikonfirmasi sejumlah anggota DPR. Seperti anggota Komisi I Syaifullah Tamliha, misalnya, yang mengatakan calon kuat Panglima TNI di DPR masih antara Andika dan Yudo.

Sementara anggota Komisi I lainnya, Bobby Adhityo Rizaldi, mengatakan meski Andika paling berpeluang secara popularitas, namun jika dilihat dari aspek karier, Yudo jauh lebih bersinar.

“Secara objektif, semuanya memenuhi syarat, tapi secara subjektif Presiden tidak ada yang tahu. Secara popularitas, KSAD Andika lebih dikenal publik karena sudah menjabat sejak 2018. Sedangkan yang lain baru Mei 2020,” ujar politikus Golkar itu.

“Tapi secara karier yang paling menanjak di era Panglima sekarang adalah KSAL Yudo,” imbuh dia.

Di sisi lain, anggota Komisi I Fraksi Demokrat, Rizki Aulia Rahman Natakusumah, mengatakan Andika kemungkinan akan dipilih jika Jokowi ingin fokus terhadap isu Papua. Namun jika ingin fokus pada poros kekuatan maritim, kemungkinan Yudo yang akan ditunjuk.

“Kalau Presiden memandang isu yang harus menjadi fokus adalah isu strategis di Papua dan perbaikan citra TNI di mata publik, mungkin KSAD pilihan tepatnya. Sebaliknya, jika Presiden ingin menghidupkan kembali visinya untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, bisa jadi KSAL yang jadi jawaban,” kata Rizki, 13 September yang lalu.

Di sisi lain, Fadli Zon sejak awal tegas mendukung Andika menjadi Panglima TNI. Politisi Gerindra itu menilai Andika lebih cocok menggantikan Hadi.

“Andika lebih cocok,” kata Fadli, 12 September yang lalu.

Menurutnya, Andika memiliki koneksi yang lebih luas di kalangan militer. Sehingga jika dibandingkan dengan Yudo, Fadli berpendapat Andika lebih pas menjadi Panglima TNI. “Punya networking lebih luas di kalangan militer internasional,” tuturnya.

Namun, Syaifullah Tamliha dari Fraksi PPP memiliki pendapat berbeda. Ia juga menjagokan Andika dan mengusulkan Yudo menjadi wakil Andika. Sehingga ketika Andika pensiun pada November 2022, posisi tersebut dapat diisi oleh Yudo.

“Sepertinya yang pas Jenderal TNI Andika sebagai Panglima, dan Laksamana Yudo sebagai Wakil Panglima TNI. Sehingga setahun mendatang, Pak Yudo menjadi Panglima TNI,” ujar dia.

Tanggapan Istana soal Panglima TNI

Hingga kini, Istana belum mengirim Surat Presiden (Surpres) terkait calon Panglima TNI kepada pimpinan DPR. Mensesneg Pratikno memastikan Istana akan segera mengirim Surpres ke DPR, meski tak merinci kapan tepatnya Surpres akan dikirim.

“Belum [dikirim], ini tadi barusan saya sampaikan jadi kita akan ajukan secepatnya,” ucap Pratikno di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, 29 September lalu.

Pratikno beralasan surpres belum kunjung dikirim karena pergantian posisi Panglima TNI masih dilakukan November mendatang. Sehingga Istana masih memiliki cukup waktu untuk mengirim Surpres.

Pratikno juga memastikan Surpres pasti akan dikirim pada awal November nanti. “Targetnya jelas bulan depan. Memang harus diajukan bulan depan, diputuskan DPR bulan depan. Karena masih ada waktu,” ujarnya.

Namun, November tinggal sebentar lagi. Sehingga Istana harus segera mengirim Surpres kepada DPR yang akan mengakhiri masa reses pada tanggal 1 November yang jatuh Senin mendatang.

Anggota Komisi I Syaifullah Tamliha berharap Surpres dapat segera dikirim. Menurutnya, Surpres seharusnya sudah diterima DPR pada 1 November nanti. “Kita berharap Senin depan [surpres Panglima TNI baru] sudah diterima pimpinan DPR,” kata Tamliha. {kumparan}